Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kasau, Jalan Tengah Calon Panglima TNI

1 November 2021   08:14 Diperbarui: 1 November 2021   20:54 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo (sumber: TNI AU)

Surat Presiden (Surpres) berisi nama calon Panglima TNI dikabarkan akan dikirim Presiden Jokowi saat masa sidang DPR RI yang akan dibuka 1 November 2021.

Surpres ini dikirim menyusul Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun pada akhir November 2021.

Selama beberapa bulan muncul pendapat siapa calon penggantinya. Nama yang kuat disebutkan adalah Kasad Jenderal Andika Perkasa (1987) dan Kasal Laksamana Yudo Margono (1988).

Berbagai pertimbangan diajukan publik dengan kepentingan masing-masing. Sementara Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo, walaupun memenuhi syarat, tidak diunggulkan karena dinilai satu korps dengan pak Hadi.

Penyelesaian konflik

Presiden belum juga mengambil keputusan, menunggu saat terakhir waktu yang tepat karena keputusannya bisa berakibat memunculkan efek rasa tidak puas, baik kekuatan politik, kalangan militer, dan yang berbahaya bisa memunculkan pengaruh negatif ke esprit de corps. Dengan hak prerogatifnya, presiden bisa mengajukan salah satu di antara ketiga kepala staf Angkatan.

Dari perjalanan kepemimpinannya, Presiden Jokowi pernah mengambil keputusan berani, seperti memilih pak Prabowo, kompetitor pilpres, sebagai Menhan.

Penulis pernah menuliskan pak Jokowi sebagai Maestro. Pernah menulis juga keputusannya memenuhi kaidah ilmu perang Sun Tzu fokus kaidah intelijen dalam memenangkan perang.

Keputusan dalam pemecahan konflik

Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan "akomodasi". Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama, saling memahami posisi masing- masing.

Dalam hal mengajukan calon Panglima TNI dengan hak prerogatifnya, pak Jokowi harus mengakomodasikan terutama kekuatan politik yang terlibat. Kedua, menghindari rasa tidak puas dalam persaingan dua calon utama, antara Kasad dan Kasal

Bentuk-bentuk akomodasi yang dikenal adalah elimination, domination, majority rule, minority consent, integrasi dan kompromi. Keputusan siapa si calon akan dinilai dari faktor integrasi (yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat) serta kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

Kasau sebagai calon jalan tengah

Memilih satu di antara dua calon Kasad dan Kasal jelas ada risiko, walau sekecil apapun. Karena itu, keputusan terbaiknya setelah melalui jalan panjang faktor integrasi adalah mengajukan nama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo, alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1988, yang termuda di antara tiga calon (lahir 9 April 1966).

Dengan hak prerogatifnya, Fadjar yang tidak diributkan parpol atau pengamat, tidak dinilai macam-macam, tidak berada di pusaran konflik adalah jalan tengah terbaik bagi presiden dalam memilih calon.

Untuk Pak Hadi Tjahyanto sebagai orang kepercayaan presiden (empat tahun menjadi Panglima TNI) jelas dinilai sukses selama ini, kemungkinan akan tetap berada di inner circle menggantikan Jenderal Purn. Moeldoko yang mantan Panglima TNI sebagai Kepala Staf Kepresidenan.

Moeldoko pernah terlibat konflik politik berbahaya dengan Partai Demokrat, yang kini masih dalam proses hukum. Ini partai besutan mantan Presiden SBY. Posisi penggantian KSP bisa dinilai aman, karena saat pademi Covid-19 yang lebih terkendali, pak Jokowi tidak akan menggoyang kabinet.

Kesimpulan dan penutup

Dari persepsi intelijen, setelah melakukan integrasi, langkah kompromi dan akomodasi adalah yang terbaik dalam pengambilan keputusan. Presiden Jokowi tidak menginginkan terjadinya keributan atau gesekan di antara para pejabat dan kekuatan politik.

Ini adalah sebuah prediksi yang penulis susun, dengan mencermati beberapa keputusan presiden sebelumnya yang tidak diperkirakan orang. Prediksi intelijen bukan sesuatu yang pasti, tetapi telah melalui tahapan tertentu.

Dua masalah diselesaikan dengan satu langkah, memilih Panglima dan menenangkan hati Pak SBY. Tidak salah penulis katakan beliau ini Maestro yang matang, berani dan misterius, di situlah kekuatan Pak Jokowi.

Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun