Sejak tanggal 2 Juli 2021 pemerintahan dibawah Presiden Jokowi menerapkan PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali, karena menghadapi efek negative arus mudik dan berkembangnya beberapa varian baru virus corona khususnya Delta. Intinya lebih ganas dan mudah menulari.
Penyebaran covid yang ganas menurut Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sebagai koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro darurat untuk Pulau Jawa dan Bali, 90 persen kasus di Jakarta adalah varian Delta.
Ada dua pemikiran warga yang berkembang yaitu berfikir optimis atau pesimis. Penularan di Indonesia mencapai rekor 54.000 perhari, dimana DKI Jakarta pernah tembus di angka 14.000 perhari.
Kita banyak termakan pengaruh psikologis kasus India, berita seakan-akan semua akan berantakan. Memang kita terpukul meningkatnya penularan, sehingga BOR RS umumnya diatas 90 persen.
Banyak warga yang harus isolasi mandiri dan menjadi korban. Pasokan oxygen dan obat-obatan terbatas, diberitakan banyak padien covid tergeletak di lantai UGD.
Nah, pemerintah jelas mengambil langkah menambah RS dan pusat Isolasi di Rusun, Wisma Haji serta tenda- tenda. Selain menerapkan PPKM Darurat, pemerintah menerapkan PPKM Mikro ketat di 43 wilayah luar Jawa.
Selain itu pemerintah juga melakukan akselerasi program vaksinasi serta meningkatkan kesiapan sistem kesehatan yaitu fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.
Hindari Pandangan Pesimis
Dalam menghadapi pressure berat penyebaran covid, seharusnya kita bangsa Indonesia jangan pesimis karena kita akan terbawa arus ke jurang emosional tidak berbatas, curiga, benci, putus asa dan berbagai sikap intoleran.
Dari pemahaman kata optimis dan pesimis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digolongkan sebagai nomina. Optimis bermakna 'orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.
Makna pesimis ialah orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dsb); orang yang mudah putus (tipis) harapan'.