Secara teori membangun sebuah sistem pemerintahan diawali dengan membangun popularitas, kepercayaan terhadap parpol, serta siapa pemimpinnya.Â
Mirip seperti membangun sebuah mall didua ujungnya sebuah ada toko serba ada seperti Sogo, Hero, Foodhall dan lain-lain. Toserba dalam sebuah mall adalah toko jangkar, selain itu mall dilengkapi toko-toko lainnya.
Nah, dari hasil survei tersebut, terlihat Partai Gerindra serta PDIP hingga saat ini bagi anak muda menujukkan indikasi sebagai partai kelas atas (jangkar Indonesia), disusul tiga partai menengah yaitu Golkar, PKS dan Demokrat yang perolehan surveinya diatas 5 persen.Â
Sementara NasDem 2,8 persen, PKB 2,7 persen dan PAN 1,2 persen sementara berada di kelompok papan bawah yang harus berjuang untuk masuk kelompok parpol papan tengah.Â
Survei menunjukkan diluar 8 papol diatas ada 9 parpol lainnya yang umumnya dalam politik disebut partai gurem, karena sementara perolehan surveinya di bawah satu persen.
Dalam sebuah pemilu, perolehan suara akan menentukan kekuatan poros di parlemen, Indikator menunjukkan dalam perjalanan sejak pemilu 2019, terlihat sementara ada dua poros utama yaitu PDIP dan Gerindra.Â
Keduanya mempunyai unggulan yaitu Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 9,5 persen dan Puan Maharani hanya 1,1 persen. Gerindra punya second opinion yaitu tokoh yang lekat dalam pilpres 2019 sebagai cawapres Prabowo, yaitu Sandiaga Uno (elektabilitas 9,8 persen) dan PDIP punya kader, Ganjar Pranowo (13,7 persen). Oleh karena itu politisi Gerindra mulai menyuarakan akan kembali mengusung Prabowo.
Sementara Anies Baswedan (15,2 persen) dan Ridwan Kamil (10,2 persen) walau mempunyai nilai tawar dengan ekektabilitas tinggi adalah non partisan, sehingga nasibnya akan tergantung kepada dua parpol utama atau dilamar bila terbentuk poros ketiga.Â
Dari hasil survei, para pemilih muda itu cenderung memilih tokoh yang berusia 50 tahunan, kecuali Prabowo yang elektabilitasnya mampu mengimbangi tokoh-tokoh muda.
Cukup menarik, AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat walau masih berusia 43 tahun kini masih bermasalah dengan munculnya KLB, sudah masuk enam besar tokoh nasional, mempunyai elektabilitas 4,1 persen, sementara partai Demokrat yang dipimpinnya ektabilitasnya 5,3 persen.Â