Mengutip seorang pengamat intelijen, "Propaganda model Rusia  baru, menghibur, membingungkan, dan membanjiri penonton dan pembaca di medsos, bertumpu pada prinsip bahwa orang akan diyakinkan ketika mereka mendengar pesan yang sama berkali-kali dari berbagai sumber, tidak peduli seberapa bias. Â
Ditambahkan pemahaman intuitif tentang cara kerja media sosial. Berbeda dengan teori penggalangan masa lalu saat penulis mengikuti sekolah intelijen , pengondisian tidak dibenarkan secara terus menerus, karena akan terjadi aliran 'pukul balik' ke pembuat.
Model Rusia saat ini, dikatakan, "Jika Anda membuat klaim yang benar-benar keterlaluan, itu akan menarik perhatian, di mana perhatian itu akan menyebar semakin jauh dan meluas dan memastikan bahwa orang yang mendengarnya berulang kali seiring dengan berjalannya waktu mulai mempercayainya".
Kebenaran yang membosankan akan mati di Twitter, sementara kebohongan sensasional menjadi viral dan (yang paling mengganggu) dari waktu ke waktu menjadi setengah kebenaran. Kebohongan yang sensasional jauh lebih efektif daripada kebenaran yang rumit.
Berita dengan sensasi parah makin di sukai oleh media mainstream, elektronik dan penggiat medsos di Indonesia yang jumlahnya sudah diatas 130 juta orang, mayoritas millenial.
Pandemi covid-19 Â yang cukup menimbulkan stress, mungkin telah mempercepat kecenderungan keberhasilan disinformasi tersebut. Gadget semakin maju teknologinya dan merupakan santapan dan hiburan hati dan pikiran setiap saat.
Fakta yang paling mengejutkan  pada tahun 2020 ini terlihat di AS, dimana setelah kalah dalam pilpres melawan Biden, bukan berita baru bahwa Trump akan berusaha membalikkan hasil pemilu dengan model cipkon model Rusia tersebut. Â
Banyak ahli strategi  cipta kondisi di Amerika yang  memperkirakan dia pasti akan mencobanya. Â
Tetapi yang  menakjubkan adalah, dari hasil  jajak pendapat, ada 60 juta orang Amerika Serikat yang percaya pernyataan Trump itu serta serangkaian kebohongan yang mendukungnya.
Jadi masalahnya, bukan hanya Rusia yang telah meretas sistem komputer Amerika. Â Tampaknya juga telah meretas pikiran masyarakat Amerika.
Untuk Indonesia, para ahli conditioning pihak pemerintah maupun lawan pemerintah pasti sudah paham dan mengikuti model-model cipta kondisi seperti di atas.