Sosok Jokowi dari Persepsi Intelijen
Bila melihat sosok seseorang tokoh besar dari persepsi intelijen, pisau bedah yang digunakan adalah komponen intelijen strategis, yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Milhan, Biografi, Demografi, dan Sejarah.Â
Dari sisi ini Jokowi berpegang pada Ideologi Pancasila, seorang Nasionalis, tokoh asli dari suku Jawa, Muslim dengan karakter kepemimpinan yang kental budaya Jawa. Memiliki pengetahuan sebagai pengusaha, serta sangat memercayai TNI dan Polri sebagai penjaga keamanan negara. Tidak mudah dipengaruhi oleh pembantunya.
Saat wawancara Eksklusif Merajut Kembali Persatuan Bangsa, Jokowi menyebut kepada Retno Pinasti yabg mewawancarai, tentang falsafah Jawa sebagai pegangan hidupnya, "Lamun Siro Sekti Ojo Mateni, Lamun Siro banter, Ojo Ndhisiki dan Lamun Siro Pinter, Ojo Minteri".Â
Pemahaman falsafah serta kepercayaan Jawa lain seperti neptu jarang dipahami penulis non Jawa, tetapi besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan pemimpin Jawa.
Dari sisi psikologi politik, pada awalnya di level kepemimpinan Pemerintah Daerah, Jokowi menerapkan sense of politics ala wong cilik, bertahap dan terstruktur kegiatan turun kebawah, meninjau masyarakat hingga bersedia masuk ke got sangat besar nilainya bagi publik yang sebelumnya tersekat oleh birokrasi. Kesan ini melekat di publik menjadikannya bagian dari rakyat yang sedang berjuang untuk maju.
Jokowi sangat paham bahwa politik itu kotor, penuh intrik, pragmatis dan lebih memikirkan kelompoknya. Dalam periode lima tahun pertama, peran Wapres JK sangat besar sebagai sekondan untuk mengolah posisi dukungan di legislatif. JK sebagai problem solver dan fixer, sejak era SBY masalah Aceh dan Poso, oleh Jokowi diberi porsi politik lima tahun pendampingan.Â
Pada Pilpres 2019 yang bergemuruh melawan Prabowo tokoh militer pasukan khusus, strategi low profile Jokowi tetap memikat konstituen dan mampu menaklukan kegarangan taktik gebrak podium lawan politiknya itu. Jokowi kemudian menggandeng tokoh tak terbantahkan, dan mereka yang dia percayai sejak lama.Â
Dia meyakini Indonesia akan maju apabila sumber daya manusia ditingkatkan, dibangun infrastruktur, tol laut, dan penyederhanaan perijinan. Karena itu akan lebih mempercepat berkembangnya perekonomian daerah dan mengundang datangnya investor.
Ada sesuatu yang ditunjukkan dan dibuktikannya, penulis menyertakan dokumentasi hasil pembangunan di pulau Jawa dan di daerah, terakhir Jokowi meresmikan jembatan di Kendari. Kita akan terkejut melihat jembatan hebat dan jalan tol di Papua, banyak yang heran, tetapi itu akan membuat Papua bangkit.Â
Hanya seorang visioner yang dapat membuat prediksi masa depan, walau kini dinilai orang kurang bermanfaat. Kini Jokowi berjuang dengan draft Omnibus Law, yang sudah disahkan DPR, dia merasakan betapa peliknya birokrasi di Indonesia, yang sulit membuat Indonesia maju.Â