CATATAN:
1. Penyebaran virus corona Covid-19 tetap mengikuti pergerakan manusia. Sebuah catatan menarik dari Dina Litovsky warga AS, kelahiran Ukraina, psikolog alumnus NYU, sarjana MFA di bidang Fotografi dari Sekolah Seni Visual di New York menganalisis soal covid di AS.
"Negara paling kuat di planet ini, Amerika telah gagal melindungi rakyatnya, meninggalkan mereka dengan penyakit dan kehancuran finansial. Itu telah kehilangan statusnya sebagai pemimpin global. Ini telah berbelok antara kelambanan dan ketidakmampuan. Luas dan besarnya kesalahannya sulit, pada saat ini, untuk benar-benar dipahami" ujar Dina.
Dina yang bertemu dengan 100 pakar, mendapat penjelasan "AS pada dasarnya gagal dengan cara yang lebih buruk dari yang pernah saya bayangkan," kata Julia Marcus, ahli epidemiologi penyakit menular di Harvard Medical School.
Respons lamban oleh pemerintah yang tidak memiliki keahlian memungkinkan virus corona mendapatkan pijakan. Platform media sosial yang sama yang menyebarkan keberpihakan dan misinformasi selama wabah Ebola 2014 di Afrika dan pemilu AS 2016 menjadi vektor teori konspirasi selama pandemi 2020.
2. Pendapat ahli tentang meledaknya kasus Covid di Brasilia ; Respons Brasil terhadap COVID-19 dibatasi oleh kelumpuhan institusional yang didorong oleh presidennya, Jair Bolsonaro.
Ketika negara-negara lain menegakkan social distancing, Bolsonaro tidak pernah berhenti bertemu para pendukungnya sementara, pada saat yang sama, berkomplot melawan menteri kesehatannya sendiri setelah tidak setuju atas respons pandemi.
Sejak pandemi dimulai, satu menteri kesehatan telah dipecat dan yang kedua telah mengundurkan diri. Respons Brazil terhadap pandemi ini dipimpin oleh seorang jenderal non-spesialis yang tidak menyadari bahwa negara tersebut adalah belahan bumi selatan dan tidak dapat menyebut negara-negara kecil di federasi. Di tengah kekacauan ini, pengujian massal tidak pernah berjalan. Pelacakan kontak bahkan tidak pernah dimulai.
3. Analisis Penulis; Indonesia tercatat sejak 2 Maret 2020, berbeda 15 hari dengan AS yang mendahului ditemukannya kasus, berbeda 8 hari lebih cepat Brasilia.
Tetapi data yang menarik, hingga 12 Agustus 2020, di Indonesia yang terinfeksi 130.718 kasus, total yang meninggal 5.903 pasien. Sementara AS total kasus terkonfirmasi positif 5.305.957, total meninggal 167.749. Brasilia kasus terkonfirmasi positif 3.112.393 kasus, total meninggal 103.099 jiwa.
Dari besarnya perbedaan angka yang terinfeksi menyolok, juga perbedaan jumlah yang meninggal, bukankah dan apakah kita tidak membaca ini sebagai sebuah petunjuk?
AS sebagai negara modern, super power, sulit terbantahkan memang ternyata tidak siap menghadapi serangan covid. Respons lamban oleh pemerintah yang tidak memiliki keahlian memungkinkan virus corona mendapatkan pijakan.