Amerika Serikat, misalnya, masih belum berhasil mengendalikan penyebaran, terlebih kini ada demo-demo masalah rasialis. Data worldometer pada tanggal 9 Juni 2020 menunjukkan total positif 2,066,401, kasus baru (24 jam) +20,852, total meninggal 115,130 jiwa, tambahan meninggal dalam 24 jam +982.
Contoh kedua, Brazil total positif 775,184, kasus baru (24 jam) +33,100, total meninggal 39,797, tambahan meninggal dlm 24 jam +1,300 jiwa. Nah, kita lihat Indonesia, total positif 34.316, kasus baru (24 jam) +1.241, total meninggal 1.959 tambahan meninggal dlm 24 jam +36.
Dari perbandingan tiga kasus, sekali lagi mari kita bersyukur, pakai ukuran, yang terinfeksi di AS dua juta lebih, Brazil 775 ribu lebih, Indonesia 34 ribu lebih.
Kalau lihat yang meninggal di AS total 125.130 jiwa, Brazil 39.797, Indonesia 1.959 jiwa. Walau korban di Indonesia hampir 2.000, tetapi dibandingkan kedua negara yang jumlah penduduknya juga banyak mestinya kita optimis, bersyukur dan yakin ada invisible hand yang melindungi kita.
Rasa syukur inilah yang kemudian akan memberi kesempatan lebih banyak bagi bangsa Indonesia untuk menjadi lebih positif dalam mengatasi ujian dan cobaan berat ini.
Kita juga harus tetap berpijak pada realita yang ada, tetap perlu mengenali karakter virus serta titik rawan kita. AS dan Brazil titik rawannya adalah soal perilaku, menyangkut kebebasan penduduk.
Kita sebetulnya 11-12 dengan keduanya, tapi ada misteri yang kita belum ketahui dari virus Covid-19 ini yang menolong kita.
Lima Petarung Kunci Indonesia
Seperti pernah penulis sampaikan pada artikel sebelumnya, dalam berperang melawan Corona, Presiden Jokowi adalah Panglima Perang.
Sementara ada empat Komandan Perang yaitu Gubernur, DKI, Jabar, Jateng dan Jatim. Mengapa? Karena mayoritas penduduk terkonsentrasi di pulau Jawa.
Pergerakan penduduk di empat provinsi sangat menentukan pesebaran covid. Ritme, pola pikir dan kepiawaian lima petarung ini sangat menentukan 'menggebah' Covid-19.
Siapa mereka? Dalam perang, intelijen kita harus mengetahui siapa si pemimpin, biografi, pola pikir hingga karakternya. Penulis melihat ada kesamaan karakter dan pola pikir mereka. Kelima petarung itu lahir pada generasi yang sama, "X" (antara 1961-1980)