Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah Jokowi Diserang Media Melalui Psychological Operation?

28 Mei 2020   14:21 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:20 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir, penulis mendapat message dari beberapa teman tentang adanya psychological operation, berita yang dinilai sebagai disinformasi kegiatan Presiden Jokowi dalam menangani Covid-19. 

Penulis kemudian memelajari kasus tersebut, karena Psy Ops adalah sarana conditioning intelijen untuk tujuan cipta kondisi.

Media arus utama yang ada dimanapun hidup dari kepercayaan publik terhadap berita yang ditayangkan, branding yang terbentuk harus dijaga sebagai nilai yang paling mahal. 

Masyarakat kini makin pintar, netizen tidak akan percaya sosmed begitu saja. Publik makin paham informasi di WAG bisa digelincirkan, dimanfaatkan untuk kepentingam pribadi, kelompok atau politik. Ada juga yang sengaja bikin kisruh, melempar hoaks.

Media arus utama (mainstream) terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai kepentingan masing-masing. Nah, yang kini muncul dan disanggah adalah berita kegiatan presiden ke Bekasi seakan dipelesetkan judulnya. Media tersebut kemudian melakukan koreksi tetapi berita sudah kadung menyebar di masyarakat. Muncul counter berupa meme-mene yang menyerang media tersebut.

Apa risikonya? Citra dan kepercayaan masyarakat akan menurun terhadap pembuat berita. Kasus yang penulis pelajari menyentuh media Detik yang branding-nya selama ini baik, dipercaya publik di tanah air untuk mencari berita. 

Saat kejadian, Detik memberitakan kegiatan Presiden Jokowi yang bersama Panglima TNI dengan Kapolri serta Gubernur DKI meninjau kesiapan arus balik mudik, serta persiapan New Normal.

Detik.com memberitakan: Jokowi Pimpin Pembukaan Sejumlah Mal di Bekasi Siang Ini di Tengah Pandemi. 

Setelah diprotes judulnya dikoreksi menjadi: Pemkot: Jokowi Siang Ini ke Bekasi dalam Rangka Pembukaan Mal.

Berita tersebut diluruskan oleh Pemkot Bekasi: Pemkot Bekasi Luruskan Soal Kunjungan Jokowi Cek Persiapan New Normal.

Sebetulnya kasus bisa saja terjadi karena kurang tajamnya akurasi pencari berita, yang berakibat munculnya tuduhan ini dan itu. 

Rasanya Detik tidak akan bertaruh menjadi sarana psy ops (disinformasi), terlebih mencari gara-gara dengan Presiden yang pada saat ini dikawal penuh TNI dan Polri dalam menangani covid untuk menuju era New Normal, serta mengandalkan para kepala daerah sebagai ujung tombak.

Hati-hati Menayangkan Tulisan, Jangan Asal Forward

Kerawanan memosting berita asal-asalan berbahaya bila melanggar UU ITE, ada sanksi yang berat. Banyak yang asal forward informasi, tanpa tahu sumber dan tujuan berita, manipulasi sering terjadi, terutama terkait politik.

Penulis perlu mengingatkan siapapun si netizen, pikirkan dahulu sebelum melakukan klik terakhir, apakah mengandung risiko hukum atau tidak. Berbahaya bila saat menulis kita sedang marah, jengkel atau negative thinking.

Nah, sebagai tambahan wawasan,  informasi valid tentang apapun terkait Indonesia juga dibutuhkan orang luar negeri. Mereka akan mencari informasi dari media arus utama terpercaya yg sudah diseleksi. 

Jika ingin melihat berita otentik dan berimbang bisa dilihat peringkat di dunia untuk media mainstream, di mana Kompas dinilai sebagai media terpercaya tertinggi di Asia dan kelima didunia. 

Berita Kompas.com: Saat Pemerintah Persiapkan Fase New Normal di Tengah Pandemi Covid-19

Selain Kompas yang masuk peringkat dunia dari Indonesia, hanya koran tempo (no.131) dan Jakarta Post (no.180).

Demikian apa yg bisa disampaikan, semoga bermanfaat. (Pray, Old Soldier)

Penulis : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun