Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Persepsi Intelijen soal Selesainya Perang Lawan Corona

7 April 2020   13:50 Diperbarui: 7 April 2020   14:09 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Corona Covid-19 ini sulit diraba dan berbeda dengan Virus SARS yang pernah ada. Para peneliti, ahli kesehatan belum dapat menentukan secara pasti bagaimana membunuhnya.

Di luar tubuh, kita bisa gosok dengan sabun, selesai. Tapi kalau sudah masuk ke sinus, ke paru- paru , banyak kegagalan untuk mengatasinya.

Paling parah justru kepada lansia yang berusia di atas 60 tahun  atau mereka yang punya penyakit penyerta, umumnya bisa fatal. Kasus di DKI menurut Gubernur Anies 60 persen yang meninggal Lansia.

Walaupun belum dikuasai 100 persen tentang Corona virus SARS-CoV-2, tetapi beberapa telah berhasil mengidentifikasi semakin jelas dan mencoba membuat penangkalnya.

Tiap negara jelas memiliki perbedaan baik letak geografis, cuaca, perilaku, kemampuan antisipasi, kesiapan menghadapi pandemi global seperti yang terjadi saat Covid menyebar.

Kalau melihat fakta sebaran terlihat bahwa di garis Lintang Utara 23,5-60 derajat yaitu negara-negara beriklim subtropis dan sedang, virus sangat menular dan ganas, mematikan.

Korban terinfeksi puluhan ribu, yang meninggal ribuan, sementara di negara2 tropis, Asia Tenggara misalnya, Malaysia diurutan30, kasus,3793, meninggal 62, Filipina urutan 33, kasus 3660, meninggal 163, Indonesia urutan 38, kasus 2.491, meninggal 209.

Fakta menunjukkan memang di iklim tropis yang terpapar dalam satu bulan hingga saat ini tidak mencapai 4.000. Virus menulari dan mudah tersebar karena perilaku mirip karakter di Italia dan Spanyol juga di AS sudah 364.000, Italia, Spanyol dan Jerman sudah diatas 100.000, bandingkan dengan tiga negara Asean yang hanya dibawah 4.000 kasus.

Memang di Indonesia korban yang meninggal lebih besar dibanding Malaysia, Filipina atau Singapura. Bisa saja ini terjadi diawal antisipasi, disebabkan jumlah lansia atau fasilitas kesehatan yang belum siap sepenuhnya.

Oleh karena itu penulis dari persepsi intelijen tidak sependapat dengan beberapa hasil penelitian matematis yang menyebut korban di Indonesia bisa mencapai 95.000 bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 5 juta (serem amat).

Persepsi intelijen strategis menggunakan 9 komponen, bukan satu saja. Penulis masih percaya ke depan jumlah yang terpapar tidak akan ekstrem meledak, akan seperti saat ini terus.

Memang diakui apa yang dilakukan pemerintah belum sempurna, tapi upaya makin teratur dan terstruktur, pun didukung banyak pihak. Wisma Atlet jadi RS, TNI full dilibatkan, RS Pulau Galang disiapkan, sekarang justru dengan anjuran menggunakan masker kain jadi ladang rejeki.

Kalau semua berjalan, bukan kita yang pusing tapi virus itu pusing terputus. Bagian pentingnya kita harus satu komando di bawah Presiden Jokowi, buat yang anti presiden atau ngorupsi dinamika perang ini, dosa sampeyan, gak takut apa?

Kesimpulan

Dari beberapa fakta dan analisis, puncak curva bisa diperkirakan akan tercapai pada pertengahan Mei hingga akhir Mei 2020. Saat tercapai puncak curva jumlah yang terinfeksi penulis perkirakan sekitar 7.000-an. Mengenai korban yang meninggal apabila menggunakan data death rate selama satu bulan yang berkisar rata-rata 9 persen, maka jumlahnya diperkirakan 630-an pada puncak curva setelah itu turun.

Jumlah yang meninggal akan bisa berkurang, mengingat presiden Jokowi aktif turun ke lapangan menyiapkan Rumah Sakit khusus perawatan Corona dan membeli APD, obat2an, dan lain-lain.

Selain itu kini pemerintah pusat menyetujui PSBB di DKI Jakarta sebagai epicenter pandemi nasional, disamping juga mulai diberlakukan keharusan menggunakan masker. Ramalan anak indigo India itu mirip perkiraan, 29 Mei sbg puncaknya, setelah itu turun.

Penutup

Penulis harap kita jangan terlalu pesimis seperti AS, Malaysia, Italia, dan Spanyol, mereka diuji bagian beratnya, kita InsyaAllah sedang-sedang saja.

Allah telah mengizinkan bangsa petarung ini terlatih siap menghadapi perang biologis, seperti misalnya ada yang buat tahu yang dicampur dengan formalin, pengawet mayat, makan sayuran yang disemprot racun, ayam potong yang disuntik obat supaya mulus. Hebat, bukan?

Nah, terakhir, mari kita berdoa,  semoga bulan suci Ramadan bisa kita jalani dan lalui, Idul Fitri bisa kembali normal. Sementara jangan mudik dulu, nanti diatur lagi, percaya deh.

Salut kepada pemerintah yang telah bekerja keras, perkara masih ada saja yang "cecet-croet", yah dibiarkan karena kita nganut paham demokrasi, bisa omong bebas. Tapi jangan bikin hoax (dosa!), juga jangan ada yang menghina Presiden, ditangkep dan dituntut dgn UU ITE , kena 3 tahun atau denda semilyar, kapok.

Politisi kala mau berantem nanti setelah perang selesai, daripada kena sawan Covid. Semoga persepsi intelijen sederhana ini bermanfaat,  salam sehat dan kompak. Salam hormat Pak Jokowi, semoga selalu dalam lindunganNya, Aamiin. Pray, Old Soldier.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun