Penulis diminta memberi pendapat buku dari teman baik, DR Tito Sulistio tentang arti dan makna "Negara Hadir".
Buku ini menarik karena Tito dalam beberapa tahun menjabat sebagai Dirut BEJ, menulis dan memberikan pandangan alternatif arah pembangunan ekonomi. Dari persepsi dan terminologi intelijen tentang ATHG, menurutnya, "racun" pertumbuhan adalah Konsumerisme, Hedonisme dan Feodalisme.
Berbicara negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, dari tinjauan komponen ekonomi sebagai satu di antara sembilan komponen intelstrat, negara harus hadir untuk mengatur aktivitas yang ada, membentuk aturan sesuai dengan konsensus bersama untuk mencapai ketertiban.
Sejak meluasnya era globalisasi, sistem ekonomi Pancasila harus berhadapan dengan ekonomi liberal yang sifatnya lebih individual. Kesejahteraan manusia bisa dicapai dengan kebebasan individu dalam berusaha melalui pasar bebas, perdagangan bebas, dan hak kepemilikan pribadi yang kuat.
Dari persepsi Intelijen, penulis menilai "racun" mulai mengontaminasi masyarakat kelas menengah ke atas, yang jumlahnya menjadi semakin banyak.
Faham konsumerisme dianut sebagai ideologi seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.
Pandangan atau ajaran hedonisme di era kebebasan masa kini juga merupakan bahaya, di mana kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Sekat antara halal dan haram menjadi tipis dan akan terabaikan.
Sementara itu pemikiran feodalisme masih disukai oleh kelompok tertentu. Hal ini akan mengabaikan tata kelola negara di mana struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai wilayah yang dibangun melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.
Dari tiga racun tadi, penulis menilai tidak ada jalan lain, di mana negara dalam bentuk kebijakan tertinggi, sebagai wakil kepentingan umum harus hadir serta mengatur masyarakat yang mewakili kepentingan perorangan atau kelompok.
Selain komponen ekonomi, demikian juga negara harus hadir pada komponen intelstrat lainnya, yaitu ideologi, politik, budaya, milkam, biografi, demokrasi dan sejarah.
Dari beberapa fakta kasus yang tejadi, maka dampak dari racun di atas adalah tindak korupsi, bisa terjadi baik di hulu hingga hilir. Istilah korupsi berjamaah akan semakin kental terjadi bila negara tidak hadir dan mengabaikan