Sepuluh hari setelah Presiden Jokowi dilantik, penulis membuat analisis tentang pria sederhana asal Solo ini, kini sudah menjadi Sang Maestro.
Kejutan terjadi setelah susunan kabinet diumumkan, umumnya para pendukung paslon 01 dan 02 terkejut terpana tidak terkira.
Baca juga:Â "Jurus Kuda" ala Presiden Jokowi
Penyebabnya, karena Letjen Purn Prabowo (code number 08) lawan JKW saat pilpres dipercayainya menjadi Menhan. Bila diukur dari fungsi intelpam persepsi intelijen taktis, ada kecurigaan terjadinya penetrasi atau bahaya kuda Troya.
Memang intelijen harus selalu curiga lebih ke waspada bukan? Bekas lawan Jokowi yang saat kampanye pilpres memainkan strategi "tumpas", bubar-bubaran kok kini diambil, di posisikan sebagai Menhan, ujung tombak Triumvirat. Jelas ada urusan politik besar atau kekuatan penyangganya.
Tetapi, bila di analisis dari persepsi Intelijen Strategis, ini sebuah keputusan high risk, high profit. Dimana untuk mencapai sasaran jangka panjang (strategis), presiden berani mengambil langkah taktis agak beresiko, tetapi terukur.
Menurutnya dibutuhkan stabilitas politik, yang akan memengaruhi stabilitas keamanan dan ekonomi. Ini keputusan kelas "dewa" terkait erat dengan sense of security dan maturity.
Sense of security adalah rasa aman, bagian dari sense of intelligence. Pokok dari rasa ini hanya dimiliki oleh mereka yang sudah memiliki pengalaman cukup dan wawasan luas, saat akan mengambil keputusan.
Keputusan yang diambil menggunakan sense ini didukung dan berkait erat dengan maturity of Jokowi as a leader.
Dalam ilmu psikologi, maturity berarti kematangan seseorang, sementara pribadi yang memilikinya disebut individu yang mature (matang).
Penulis melihat presiden mampu memahami permasalahan negara dari sudut pandang yang lebih luas. Sehingga dapat mengetahui apa yang tepat untuk dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi tertentu. Dapat mengetahui apa konsekuensi dari tindakannya, dan dengan sadar membuat keputusan.