Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pilpres 2019, Jokowi, dan Ridha Allah

20 April 2019   14:39 Diperbarui: 20 April 2019   15:45 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalimat "Selamatkan Indonesia" ini muncul di media setelah kunjungan Capres Petahana Jokowi ke Saudi Arabia untuk berumrah dan memenuhi undangan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Keduanya bertemu di Istana yang berada di Riyadh. Selain itu, untuk menghormati tamu, Putra Mahkota Muhammad bin Salman juga mengundang Presiden Jokowi untuk bertemu secara terpisah di Riyadh. 

Keberangkatan Jokowi ke Saudi memanfaatkan tiga hari saat minggu tenang sebelum hari "H" 17 April 2019. Dalam pertemuan itu selaku Presiden Republik Indonesia, Jokowi diterima Raja Salman lengkap dengan para menteri ekonominya dan Indonesia diberi tambahan kuota haji sebanyak 10.000 jamaah, disamping akan ada kerjasama perekonomian, Alhamdulillah,

Dalam melaksanakan umrah, Jokowi selain ditemani isteri dan dua putranya, juga ditemani sosok ulama, Gus Karim yg nama aslinya K.H. Abdul Karim Ahmad. Gus Karim adalah pimpinan Pondok Pesantren Az Zayadiy yang berada di Kampung Bumi, Laweyan, Solo. Selama ini kabarnya Gus Karim adalah guru ngaji dan tempat mendalami ilmu Islam.

Presiden Jokowi dan rombongan saat mencium Hajar Aswad (foto : Jatimnow)
Presiden Jokowi dan rombongan saat mencium Hajar Aswad (foto : Jatimnow)

Dalam pelaksanaan umrah tersebut, Jokowi mendapat kawalan penuh dari militer Saudi sbgmana layaknya VVIP kepala negara. Jokowi dan rombongan kecil saat di Masjidil Haram, Mekah, selain saat bertawaf, sa'i, juga dikawal saat mencium Hajar Aswad dan yang teristimewa diijinkan masuk dan salat sunnah di dalam Ka'bah (Al Ka'bah Al Musyarrafah).

Selain itu, saat berada di Masjid Nabawi, di kota Madinah,  Jokowi dan rombongan sempat salat sunnah di  Raudhah atau Raudhatul Jannah, dipercaya sebagai "taman surga" yang ada di dunia. Dahulu Raudhah terletak di luar halaman Masjid Nabawi, yaitu di antara rumah Rasulullah SAW dan mighrab atau mimbar di Masjid Nabawi. Kini setelah Masjid Nabawi diperluas, lokasi Raudhah terletak di dalam masjid, dengan ukurannya yang hanya 22 x 15 meter. Lokasi itulah yang menjadi taman surga yang tak pernah sepi oleh jamaah haji dan umroh.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

"Tempat yang di antara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman surga." (HR. Bukhari).

Raudhah dengan karpet hijau tersebut dipercaya umat Islam, barang siapa yang  berdoa di tempat tersebut akan diijabah oleh Allah. Setelah salat di Raudhah, Jokowi diijinkan memasuki makam Rasulullah bersama Ibu Iriana, ini yang pertama kalinya ada wanita yang diijinkan oleh Raja Arab Saudi masuk  ke makam Rasulullah.

Dari penjelasan Dubes RI untuk Arab Saudi, atas ijin Raja Salman, saat ziarah ke makam Rasulullah,  Presiden Jokowi yang dipersilahkan bersama juru kunci berada lebih dekat dengan makam Rasulullah untuk berdoa.  "Kami menjadi saksi. Ketika memasuki ruangan tersebut, presiden membacakan sholawat dan air matanya menetes. Kami terenyuh karena diberikan kesempatan oleh Raja Salman untuk memasuki sebuah ruangan tempat Nabi Muhammad memperjuangan Islam," tutur Agus Maftuh Abegebriel.

Presiden Jokowi didampingi anaknya Gibran dan di kanan Gus Nuril (foto : Poskota)
Presiden Jokowi didampingi anaknya Gibran dan di kanan Gus Nuril (foto : Poskota)

Yang mengharukan, selama umrah tersebut menurut Gus Karim, dia tidak melihat yang keluar dari mulut Pak Jokowi kecuali kalimat doa yang disebutnya, "Selamatkan Indonesia, Selamatkan Indonesia...!"

Apa yang tersirat dari yang tersurat tentang kisah Umrah di atas? Sebagai Muslim penulis pernah beberapa kali berumrah dan sekali berhaji, mengunjungi Ka'bah di Masjidil Haram dan juga salat di Raudhah, ziarah sambil keluar melewati makam Rasulullah di  Masjid Nabawi di Madinah, pengunjung selalu berdesak-desakan. Tempat-tempat itu  yang sangat penting dan suci bagi umat Islam, bahkan saat berada di Masjidil Haram kita harus menjaga lisan, jangan bicara sembarangan.

Dari apa yang penulis pelajari dari para ulama besar, kegiatan bertawaf  mengelilingi Ka'bah, salat di dalam masjidil Haram dan duduk sambil memandang Kabah itu ada nilai-nilai  tersendiri. 

Banyak ulama yang mengatakan, ketika memandang Ka'bah hendaklah membayangkan seolah-olah sedang memandang Sang Pemilik Ka'bah itu sendiri, yaitu Allah SWT. Ketika memandang Ka'bah dan membayangkan Sang Pemilik Ka'bah, hendaklah berdoa semoga di Akhirat kelak mendapatkan anugrah untuk memandang wajah Allah SWT.

Ka'bah titik kiblat Umat Islam di seluruh dunia, tempat suci (foto : BangkaPos)
Ka'bah titik kiblat Umat Islam di seluruh dunia, tempat suci (foto : BangkaPos)

Tempat itu memang  suci, memiliki kekuatan magis tak terkira, bayangkan tiap saat demikian banyak umat Islam yang terus bertawaf dan berzikir, ratusan juta dan bahkan sudah miliaran manusia menyuarakan zikirnya di tempat itu. Subhanallah.

Jokowi Yang Disayang Allah

Pada saat mendengar rencana Pak Jokowi setelah debat terakhir tanggal 13 April 2019 lalu  akan berangkat umrah, terus terang penulis merasa heran, mengapa justru di hari kritis tiga hari itu beliau berani melakukan perjalanan yang sangat jauh, melintasi benua, bepergian  ke Arab Saudi, terbang selama sembilan jam.

Penulis melihat pak Jokowi berani mengambil keputusan dengan resiko tinggi, terbang ke Riyad, Mekah dan Madinah Saudi, selain untuk bertemu dengan Raja Salman,  putra Mahkota Muhammad bin Salman, bertemu para menteri-menteri kerajaan, kemudian melanjutkan dengan melaksanakan umrah. Menurut Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, hampir tidak ada waktu istirahat bagi Jokowi, acaranya penuh.

Menyebut resiko tersebut, penulis melihat ada tiga. Pertama, soal fisik, apabila ketahanan fisiknya tidak prima, beliau bisa saja jatuh sakit. Ternyata piyantun Solo ini pria yang benar-benar tangguh setelah fisik dan pikirannya dihajar gelombang pasang surut, baik tugasnya sebagai presiden, padat dan panjangnya kegiatan kampanye, terus menerus berbulan-bulan dihantam berita-berita hoax, dan segala macam tetek bengek kekisruhan dan kejahatan yang menyerang dirinya, dia tetap tegar, tersenyum dan andap asor.

Dia lelah, itu pasti, penulis melihat saat kampanye hari terakhir di GBK, kantung matanya agak hitam. Tapi dia berpidato membuat penulis di rumah ikut bergetar, terharu dan heran...terasa ada kekuatan magis yang mengiringinya, yang membuat pendukungnya  satu stadion menyatu dengannya. Semua bersemangat menggelora.

Kedua, soal keamanan, sebagai purn. TNI AU, penulis percaya bahwa pesawat kepresidenan itu terjaga, laik terbang dengan crew terbaik yang disiapkan oleh Kepala Staf TNI AU dan jelas terus  dimonitor Panglima TNI. Tetapi, pemikiran penulis, ini waktu tinggal tiga hari, kalau ada apa-apa bagaimana? 

Alhamdulillah, perjalanan lancar dan sukses hingga Jokowi beserta rombongan kembali dengan selamat ke Jakarta, siap untuk menghadapi pelaksanaan pilpres.

Ketiga, nah, ini pertaruhan terbesarnya, karena Jokowi berurusan dengan Allah, dengan niatnya mengunjungi  kota suci Mekah dan Madinah. Bagaimana kalau tidak mendapat ridho Allah?Seberapapun rapihnya perencanaan, penulis percaya akan timbul masalah, hambatan atau gangguan, apabila saat akan berangkat atau dalam pelaksanaannya tidak mendapat ridhoNya.

Menurut penulis, dari sisi batiniah, apabila keberangkatannya lebih dengan tujuan untuk  berdoa mohon menang pilpres, mungkin ceritanya akan lain. Penulis selalu teringat pesan almarhum ayah, Ran Ramelan, wartawan tiga jaman, tokoh Betawi yang fasih berbahasa Arab, terus mendalami Islam. 

Beliau  berpesan, berdoalah yang benar kalau berdoa jangan sekali-sekali ngajari Allah, semua ada suratan dan takdirnya. Misalnya minta panjang umur, mohonlah tambahan nikmat panjang umur, karena umur sudah ditetapkan sebelum kita lahir. Kita memohon tambahan panjang umur dengan nikmatnya, tanpa nikmat, kita justru bisa sengsara kata Almarhum. Jadi berdoa karena kita faham dan benar dengan apa yang kita mohonkan.

Jadi, di sinilah kebersihan hati Jokowi diuji dan pasti dinilai sebagai calon Presiden Republik Indonesia oleh Allah, beliau selama ini orang biasa, rakyat kebanyakan, sederhana. Tetapi menurut kepercayaan Jawa, dalam sejarah hidupnya, beliau mendapat apa yang dikenal sebagai Wahyu Cokroningrat,  seseorang yang akan menjadi raja atau pemimpin nasional.

Jelas, tidak begitu saja, lancar dan nikmat mengemban amanah itu, Allah selalu memberikan ujian dan cobaan, itu pasti.  Terucap jelas, bahwa Jokowi berdoa kepada Allah  untuk menyelamatkan  Indonesia.  

Jokowi paham, bahwa dalam masa lima tahun ke depan ada tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia. Dia mohon Indonesia selamat dari ancaman baik dari dalam maupun luar negeri, selamat dari keterpurukan, ambisi-ambisi orang yang buruk, dari kutu-kutu busuk, kakerlak, selamat dari kemiskinan, kebodohan, dan kalau diurai akan luas sekali.

Seorang calon presiden Indonesia, harus mampu menjaga kebersihan hatinya, niatnya, jelas  berat menjadi pimpinan nasional dari 267 juta rakyat ditengah gelombang globalisasi dan keinginan negara lain, juga kelompok tertentu yang ingin menguasai, bahkan dengan menghalalkan cara berupaya mengganti ideologi negara Pancasila dan UUD 1945.

Karena itu, doa pak Jokowi itu adalah doa orang besar, penulis menyebutnya doa puncak seorang yang mendapat   Wahyu Cokroningrat, mampu menjawabnya singkat tetapi luas dan sangat bermakna.

Jokowi kita percaya telah mendapat ridha Allah, terbukti bisa masuk dan salat ke dalam Ka'bah, mencium Hajar Aswad, salat di Raudhah dan sebagai presiden pertama dari Indonesia yang dapat berziarah kedekat makam Rasulullah. Ini menunjukkan  kebersihan hatinya, Insha'Allah semakin bersih setelah umrah.

Masalah Pilpres Akan Selesai Dengan Sendirinya, Percaya?

Kini, situasi pilpres dalam negeri,  dari versi quick count enam lembaga survei, Paslon-01 (Jokowi-Ma'ruf) lebih unggul dari Paslon-02 (Prabowo-Sandi), nampaknya pendukung kelompok 02 tidak terima. 

Pendukungnya menyatakan mempunyai data formulir C-1 yang valid, bahkan Prabowo sudah beberapa kali deklarasi memang sebagai presiden. Para timses BPN dan pendukung Islam garis keras menurut penulis yah boleh-boleh saja  melakukan klaim. Terbaca ada yang mencoba melakukan upaya-upaya pengondisian, menuduh curang, merangsang people power yang sebenarnya salah pengertian. Menurut guru penulis disekolah intelijen, ini Teori Psy War, mind game to create public opinion.

tiga-tokoh-ri-5cbacb843ba7f74805286a16.jpg
tiga-tokoh-ri-5cbacb843ba7f74805286a16.jpg

Tiga tokoh inilah yang menjadi ujung tombak negara Indonesia, semoga ketiganya bersama dapat menenteramkan kegelisahan rakyat, dan tetap memegang Pancasila sebagai ideologi negara. Pak Jokowi kini bersama Prabowo masih menunggu keputusan KPU, sementara Pak SBY sedang menghadapi ujian karena Ibu Ani sedang sakit. Damai, damai, mari kita terima keputusan KPU. (Foto : monitor)

Nah, apakah kita menjadi ragu, galau, khawatir  dengan perkembangan situasi dan kondisi saat ini? Ini sebuah dinamika pemilihan langsung dengan dua kandidat. Kita sikapi biasa saja, mari kita menunggu hasil resmi penghitungan suara KPU. 

Menurut penulis, kita bersama perlu sadar, mohon hati-hati dengan pemikiran-pemikiran yang dilandasi keputusan  nekat dari para die hard. Kalau salah langkah, maka pegerahan massa yang terjadi bukanlah people power, tetapi apa yang disebut makar, inskonstitusional.

Penulis hanya mengingatkan,  siapa yang mampu melawan orang yang demikian besar telah mendapat hidayah Allah. Saat dua hari sebelum pilpres, Allah memperlihatkan barokahNya untuk Capres Petahana Jokowi di Masjidil Haram dan di Nabawi, apakah itu tidak cukup? 

Jokowi itu hanya orang biasa, rakyat biasa, tetapi Allah telah menetapkannya, jadi inilah yang tersirat, berat melawan mereka yang telah diberi hidayahNya.  Kapan sih kita bisa masuk Ka'bah, dan bersimpuh di dekat makam junjungan kita Rasulullah? Bisa dalam mimpi mungkin.

Penulis percaya, semuanya ini Insha'Allah akan selesai dan lancar dengan sendirinya...Apakah  yang terjadi pada kisah diatas itu kebetulan? Bukan, bagi umat Islam, di dunia ini tidak ada yang namanya  kebetulan, sebenarnya  itu adalah ridha Allah semata. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.

Penulis: Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen.
*) Catatan: Penulis hanya menganalisis fakta yang berlaku, tidak kenal, dan belum pernah sekalipun bertemu beliau, cuma mengenal dan lihat di TV saja. Nah, kalau dengan Prabowo justru kenal dan pernah sama-sama sekolah intel tahun 1978 di Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun