Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pilpres 2019, Jokowi, dan Ridha Allah

20 April 2019   14:39 Diperbarui: 20 April 2019   15:45 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi didampingi anaknya Gibran dan di kanan Gus Nuril (foto : Poskota)

Dia lelah, itu pasti, penulis melihat saat kampanye hari terakhir di GBK, kantung matanya agak hitam. Tapi dia berpidato membuat penulis di rumah ikut bergetar, terharu dan heran...terasa ada kekuatan magis yang mengiringinya, yang membuat pendukungnya  satu stadion menyatu dengannya. Semua bersemangat menggelora.

Kedua, soal keamanan, sebagai purn. TNI AU, penulis percaya bahwa pesawat kepresidenan itu terjaga, laik terbang dengan crew terbaik yang disiapkan oleh Kepala Staf TNI AU dan jelas terus  dimonitor Panglima TNI. Tetapi, pemikiran penulis, ini waktu tinggal tiga hari, kalau ada apa-apa bagaimana? 

Alhamdulillah, perjalanan lancar dan sukses hingga Jokowi beserta rombongan kembali dengan selamat ke Jakarta, siap untuk menghadapi pelaksanaan pilpres.

Ketiga, nah, ini pertaruhan terbesarnya, karena Jokowi berurusan dengan Allah, dengan niatnya mengunjungi  kota suci Mekah dan Madinah. Bagaimana kalau tidak mendapat ridho Allah?Seberapapun rapihnya perencanaan, penulis percaya akan timbul masalah, hambatan atau gangguan, apabila saat akan berangkat atau dalam pelaksanaannya tidak mendapat ridhoNya.

Menurut penulis, dari sisi batiniah, apabila keberangkatannya lebih dengan tujuan untuk  berdoa mohon menang pilpres, mungkin ceritanya akan lain. Penulis selalu teringat pesan almarhum ayah, Ran Ramelan, wartawan tiga jaman, tokoh Betawi yang fasih berbahasa Arab, terus mendalami Islam. 

Beliau  berpesan, berdoalah yang benar kalau berdoa jangan sekali-sekali ngajari Allah, semua ada suratan dan takdirnya. Misalnya minta panjang umur, mohonlah tambahan nikmat panjang umur, karena umur sudah ditetapkan sebelum kita lahir. Kita memohon tambahan panjang umur dengan nikmatnya, tanpa nikmat, kita justru bisa sengsara kata Almarhum. Jadi berdoa karena kita faham dan benar dengan apa yang kita mohonkan.

Jadi, di sinilah kebersihan hati Jokowi diuji dan pasti dinilai sebagai calon Presiden Republik Indonesia oleh Allah, beliau selama ini orang biasa, rakyat kebanyakan, sederhana. Tetapi menurut kepercayaan Jawa, dalam sejarah hidupnya, beliau mendapat apa yang dikenal sebagai Wahyu Cokroningrat,  seseorang yang akan menjadi raja atau pemimpin nasional.

Jelas, tidak begitu saja, lancar dan nikmat mengemban amanah itu, Allah selalu memberikan ujian dan cobaan, itu pasti.  Terucap jelas, bahwa Jokowi berdoa kepada Allah  untuk menyelamatkan  Indonesia.  

Jokowi paham, bahwa dalam masa lima tahun ke depan ada tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia. Dia mohon Indonesia selamat dari ancaman baik dari dalam maupun luar negeri, selamat dari keterpurukan, ambisi-ambisi orang yang buruk, dari kutu-kutu busuk, kakerlak, selamat dari kemiskinan, kebodohan, dan kalau diurai akan luas sekali.

Seorang calon presiden Indonesia, harus mampu menjaga kebersihan hatinya, niatnya, jelas  berat menjadi pimpinan nasional dari 267 juta rakyat ditengah gelombang globalisasi dan keinginan negara lain, juga kelompok tertentu yang ingin menguasai, bahkan dengan menghalalkan cara berupaya mengganti ideologi negara Pancasila dan UUD 1945.

Karena itu, doa pak Jokowi itu adalah doa orang besar, penulis menyebutnya doa puncak seorang yang mendapat   Wahyu Cokroningrat, mampu menjawabnya singkat tetapi luas dan sangat bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun