Yang mengharukan, selama umrah tersebut menurut Gus Karim, dia tidak melihat yang keluar dari mulut Pak Jokowi kecuali kalimat doa yang disebutnya, "Selamatkan Indonesia, Selamatkan Indonesia...!"
Apa yang tersirat dari yang tersurat tentang kisah Umrah di atas? Sebagai Muslim penulis pernah beberapa kali berumrah dan sekali berhaji, mengunjungi Ka'bah di Masjidil Haram dan juga salat di Raudhah, ziarah sambil keluar melewati makam Rasulullah di  Masjid Nabawi di Madinah, pengunjung selalu berdesak-desakan. Tempat-tempat itu  yang sangat penting dan suci bagi umat Islam, bahkan saat berada di Masjidil Haram kita harus menjaga lisan, jangan bicara sembarangan.
Dari apa yang penulis pelajari dari para ulama besar, kegiatan bertawaf  mengelilingi Ka'bah, salat di dalam masjidil Haram dan duduk sambil memandang Kabah itu ada nilai-nilai  tersendiri.Â
Banyak ulama yang mengatakan, ketika memandang Ka'bah hendaklah membayangkan seolah-olah sedang memandang Sang Pemilik Ka'bah itu sendiri, yaitu Allah SWT. Ketika memandang Ka'bah dan membayangkan Sang Pemilik Ka'bah, hendaklah berdoa semoga di Akhirat kelak mendapatkan anugrah untuk memandang wajah Allah SWT.
Tempat itu memang  suci, memiliki kekuatan magis tak terkira, bayangkan tiap saat demikian banyak umat Islam yang terus bertawaf dan berzikir, ratusan juta dan bahkan sudah miliaran manusia menyuarakan zikirnya di tempat itu. Subhanallah.
Jokowi Yang Disayang Allah
Pada saat mendengar rencana Pak Jokowi setelah debat terakhir tanggal 13 April 2019 lalu  akan berangkat umrah, terus terang penulis merasa heran, mengapa justru di hari kritis tiga hari itu beliau berani melakukan perjalanan yang sangat jauh, melintasi benua, bepergian  ke Arab Saudi, terbang selama sembilan jam.
Penulis melihat pak Jokowi berani mengambil keputusan dengan resiko tinggi, terbang ke Riyad, Mekah dan Madinah Saudi, selain untuk bertemu dengan Raja Salman, Â putra Mahkota Muhammad bin Salman, bertemu para menteri-menteri kerajaan, kemudian melanjutkan dengan melaksanakan umrah. Menurut Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, hampir tidak ada waktu istirahat bagi Jokowi, acaranya penuh.
Menyebut resiko tersebut, penulis melihat ada tiga. Pertama, soal fisik, apabila ketahanan fisiknya tidak prima, beliau bisa saja jatuh sakit. Ternyata piyantun Solo ini pria yang benar-benar tangguh setelah fisik dan pikirannya dihajar gelombang pasang surut, baik tugasnya sebagai presiden, padat dan panjangnya kegiatan kampanye, terus menerus berbulan-bulan dihantam berita-berita hoax, dan segala macam tetek bengek kekisruhan dan kejahatan yang menyerang dirinya, dia tetap tegar, tersenyum dan andap asor.