Penulis hanya ingin mengajak pembaca memahami dan berpikir secara rasional. Penulis setuju dengan yang dikatakan jurnalis asing itu, bahwa ini sepertinya bagian delegitimasi pemilu dan juga KPU.
Tuduhan kecurangan sebagai strategi yang diimplementasikan menjadi langkah taktis adalah jurus pamungkas bila kalah. Sementara itu Pak Amien Rais, tokoh kelas dewa yang tidak jelas juga sudah menyatakan tidak percaya kepada Mahkamah Konstitusi.
Apakah ini upaya memancing chaos? Masalahnya tidak sesederhana itu, seberapa banyak yang mau dikerahkan dan seberapa besar powernya? Masyarakat makin paham arti berdemokrasi, yang suka gegera jumlahnya bisa dihitung.
Memang ada yang mengancam akan mengerahkan people power apabila kalah karena dicurangi. Nah, narasi dicurangi, pengerahan people power itu berpotensi penciptaan chaos.
Tetapi ada faktor penentu yang harus mereka hitung yaitu TNI. Beberapa hari yang lalu, Panglima TNI dengan jajarannya, AD, AL, AU dengan tegas mengingatkan, akan mengamankan jalannya pilpres dan pileg, NKRI harga mati.
Memang masih ada yang mau nekat? Cari gara-gara? Janganlah, kita bersama-sama hari Rabu 17 April 2019 mau memilih pimpinan nasional. Mengapa lantas sesama anak bangsa jadi bermusuhan?
Tidak perlu pakai gaya "reman", kalau gegeran memang mau seperti Suriah: hancur-hancuran, rusak bertahun-tahun setelah kekuatan asing masuk, kekejaman merajalela, kelompok teror membesar.
Bangsa kita hanya jadi kacung, ada yang jadi penghianat, pokoknya susah dan menderita.
Ingat, Indonesia seperti gadis cantik perawan --yang menarik minat banyak negara untuk dikuasai-- karena posisi strategis, sumber daya alam melimpah, wilayah yang sangat luas.
Janganlah kita terlalu naif, rela mengorbankan kesatuan dan persatuan, menghalalkan cara hanya demi kepentingan sempit. Tapi ya terserah, sebagai Old Soldier, pengamat dan pengalaman bertugas 2,5 tahun di BNPT hanya mengingatkan, kalau tidak cepat sadar, bisa berbahaya, bersaing seperti itu akhirnya akan menjadi raja tega, bisa mengorbankan rakyat dan bahkan negara.
Jadi begitu saja... kesimpulannya ada yang bikin ulah coblos surat suara sebagai bagian dari operasi conditioning, tapi maaf, pelakunya tidak paham ilmu intelijen. (PRAY)