Dari fakta elektabilitas tersebut terbaca bahwa serangan hoaks yang disebut oleh petahana mampu memengaruhi 9 juta orang, bila diukur dari hasil survei, nampak tidak terlalu signifikan efek negatif elektabilitasnya dibandingkan jumlah 192 juta pemilih di DPT.
Hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian memang strategi serangan, tetapi kegiatan tersebut rawan karena dinilai melanggar hukum, mudah diantisipasi, itu adalah bagian atau dinamika kampanye abu-abu.
Dalam teori conditioning, penggalangan tidak dibenarkan dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama, justru akan berbalik dan akan merugikan penyerang. Hal ini yang mungkin kurang dihitung BPN, Jokowi sebagai tokoh sederhana dan merakyat justru menjadi tokoh teraniaya terus diserang.
Nah, kini masyarakat justru bersimpati dan mendukungnya. Serangan pendukung paslon 02 saya nilai tidak mampu menyerang baik identitas, kompetensi, kapabilitas dan integritas Jokowi sebagai petahana.
Prabowo yang sebelumnya demikian keras bersuara, dengan nada menekan, terlihat pada debat pertama menjadi lebih santun, tetapi sudah terlambat, publik sudah cukup banyak membuat keputusan dalam tiga bulan terakhir.
Penggunaan jargon Islam untuk menyerang petahana nampaknya juga tidak sukses, karena JKW juga Muslim yang mampu menunjukkan bersatu dengan ulama Muslim. Dukungan NU tetap menjadi kekuatan dukungan umat Muslim moderat, selain Jokowi, PKB juga akan meraih keuntungan.Â
Saya melihat, justru ada dukungan ke Paslon 02 yang rawan, seperti munculnya berita dukungan HTI, khilafah dan kelompok radikal. Hal tersebut merugikan Paslon 02, karena konstituen Muslim di Indonesia mayoritas moderat dan abangan yang kurang suka dengan aksi kekerasan dan tindak radikalisme.
Dari fakta sepuluh lembaga survei, ditemukan elektabilitas rata-rata kedua paslon, Jokowi-Ma'ruf (54,9 %), Prabowo- Sandi (32,4 %), tidak menjawab dan Tidak Tahu 12,7%.
Menurut Lembaga Survei LSI, setelah debat pertama Paslon (17/1/2019) Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf: 54,8 % (naik 0,6 %), Prabowo-Sandi: 31 % (naik 0,4 %). Hasil menunjukan bahwa debat pengaruhnya tidak signifikan. Survei memberikan indikasi bahwa konstituen tidak terlalu terpengaruh dengan debat, memang memberikan respon positif.
Dua bulan menjelang pilpres, menurut LSI, elektabilitas Paslon 01 semakin menguat, Jokowi-Ma'ruf 58,7 %, Prabowo-Sandi 30,9 %.
Lembaga survei Cirrus Network 18-23 Januari 2019, menyebut elektabilitas Paslon 01 (Jkw-Ma'ruf), 57,5 % , pemilih sudah tetap : 47,8%, masih mungkin berubah: 8,2 %. Paslon 02 (Prabowo -Sandi), 37,2 %, pemilih sudah tetap: 29,7 %, masih mungkin berubah: 6,5%. Belum memutuskan dan tidak menjawab: 5,3 %. Fakta ini menunjukkan bahwa keunggulan elektabilitas Paslon 01 lebih besar yang sudah tidak berubah dibandingkan elektabilitas Paslon 02 yang lebih kecil, yang tidak berubah hanya 29,7%.