Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menyelisik Aksi Teror yang Terjadi di Tiga Wilayah Jawa Tengah

6 Februari 2019   22:36 Diperbarui: 7 Februari 2019   09:10 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Petugas polisi mengambankan benda diduga bom molotov di Gereja Jago Ambarawa, Kamis (13/4/2017). (Foto: Kompas.com/Syahrul Munir)

Dari penjelasan pejabat jajaran Polda Jawa Tengah, penulis mencermati beberapa hal penting yaitu serangan dilakukan terpola, karena adanya kesamaan modus operandi menggunakan sarana semacam bom molotov, dan pemilihan waktu dini hari (antara pukul 02.00 s/d 05.00). 

Jika melihat dari hasil pemeriksaan saksi menurut Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono tidak ditemukan adanya motif ekonomi, juga tidak ada yang terkait dengan urusan pribadi. 

Serangan diketahui dipilih secara acak dan semua target yang diserang adalah masyarakat yang tinggal di daerah terbuka, tanpa pengamanan khusus (bukan kompleks perumahan).

Nah, dari data-data di atas, teror yang terjadi jelas direncanakan dengan matang. Dalam teori intelijen, teror adalah salah satu sarana intelijen penggalangan, disamping sarana lain yaitu sabotase, propaganda, penculikan, kerusuhan, dan pembunuhan. Oleh karena itu, membaca kasus teror yang lebih tepat dilakukan dengan pakem intelijen.

Menurut penulis, dalam kasus ini, cipta kondisi secara khusus tujuannya telah dan akan mengganggu stabilitas keamanan. 

Selain itu secara perlahan apabila teror tidak segera terungkap dan pelaku tidak segera ditangkap, akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat keamanan dan sasaran akhirnya pemerintah yaitu Presiden Jokowi.

Apabila target tersebut yang disasar, nampaknya ada masalah sakit hati atau dendam terkait dengan kebijakan pemerintah beberapa waktu terakhir. Jadi, ini merupakan pesan eksistensi, mereka ada tetapi tidak mencari korban jiwa. Hal ini yang mungkin bisa menjawab, mengapa terjadi di Jawa Tengah?

Teror tersebut sementara ini dinilai dilakukan oleh agent action dengan handler yang cukup mumpuni. Apabila dilakukan oleh kelompok teroris atau sel ISIS, pelaku adalah sel baru yang belum terdata oleh mapping Densus 88. 

Oleh karena itu jejak jaringan belum tercium. Mengingat serangan terjadi di tiga wilayah, kemungkinan besar para pelaku telah menguasai wilayah tersebut. 

Mereka melakukan serangan lebih mudah, targetnya acak, disamping mereka mampu melakukan desepsi. Memungkinkan juga, walau kemungkinannya kecil, ada pihak lain yang sengaja akan membuat kekacauan dengan memanfaatkan suhu politik.

Diakui, memang agak sulit menangkap kelompok teror yang terlatih, karena inisiatif ditangan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun