Tapi, yang ngeri, di suatu hari dia bertemu ruh wanita yang berbentuk manusia, rambutnya acak-acakan, bajunya rombeng dan mukanya berkutil serta berlendir.
Dia nangis, katanya lapar, sakit, dingin...Â
Karena bisa komunikasi, ruh penasaran itu mengaku kalau dia bunuh diri. Waah... Setelah didoakan, ruh itu menyembah dan masuk ke pohon tempat dia gantung diri.
Karena terus terganggu bertemu makhluk yang aneh-aneh, dari sebuah info, Pray membawanya kepada seorang Kiai yang sakti di Lereng Gunung Ciremai, minta tolong ditutup pandelengan ghaib itu.
Di sana diberi tahu bahwa ada lapisan ghaib yang membuka mata ghaibnya. Bahkan, kata Kiai, dia punya nama ghaibnya, Ratu Ayu Delifah (bukan Ayu Dewi looh...).
Menurutnya, Ratu Ayu Delifah ini keturunan ketujuh dari Kanjeng Ratu Amanah, nama lain dari Kanjeng Ratu Kidul. Kiai tanya, apa isteri Pray ada keturunan dari Keraton Jogja?
Betul Uti (Istri Pray) dari Jogja, dari dua sisi keturunan Hamengkubuwono II dan Hamengkubuwono VI. Nah, betul kata Kiai, Ratu Delifah ini turunan ghaib ketujuh dari Kanjeng Ratu Amanah. Dalam proses penutupan itu dilakukan upacara di rumah sang Kiai yang memiliki nama lengkap Raden Rasmaya Satria Sakembaran atau biasa dipanggil Romo ini.
Di sana juga hadir sekitar 150 kiai lainnya, murid Romo dari Jawa Barat yang punya pesantren juga datang. Mereka semua memakai gamis dan bersorban, terus melantunkan shalawat.
Ratu Ayu Delifah yang harus pakai kain dan kebaya hijau, dipanggil ke muka Romo yang duduk di muka para kiai yang duduk di bawah. Di sebelahnya ada kursi kosong.
Dan, ternyata itu Kanjeng Ratu Amanah, nama lain dari Ratu Kidul. Menurut Ayu mukanya cantik mirip seperti Chintami Atmanegara. Kepala Ayu dielus dan diberi air putih. Sejak itu mata ghaib keluarga Pray itu tertutup. Alhamdulillah...Â