Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menghadapi Aksi Teror ISIS, Intelijen Kecolongan?

23 Januari 2016   06:50 Diperbarui: 23 Januari 2016   10:00 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Suasana kawasan Thamrin setelah bom meledak (foto : terasbintang)"]

[/caption]

Aksi teror pada awal tahun 2016 di jantung ibukota Jakarta, yang terjadi pada hari Kamis (14/1/2016) terasa mengejutkan baik di masyarakat, aparat keamanan hingga presiden. Dari serangan yang menggunakan bom jenis low eksplosive, serta pistol kaliber 9 mm, tercatat 8 nyawa melayang serta sekitar 33 orang terluka. Polisi merilis bahwa dari korban tewas empat diantaranya adalah para pelaku.

Dalam pengejaran selanjutnya, Densus 88 berhasil menangkap 18 orang. Enam orang terlibat langsung dengan bom Thamrin. Mereka ditangkap di beberapa lokasi. Ditegaskannya, "Enam orang terkait kasus bom Thamrin," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Jumat (22/1/2016). Menurut Badrodin mereka dibina Bahrun Naim (propagandis) dari Suriah, dalam bentuk sel-sel kecil dan tidak saling kenal, dengan strategi bila satu terbongkar sel akan terputus. Pengirim dana adalah Bahrumsyah (sayap militer) dan Abu Jandal (petinggi ISIS).

Presiden Jokowi saat kejadian menyatakan turut berduka atas jatuhnya korban dari peristiwa ini, mengecam tindakan yang mengganggu keamanan masyarakat, mengganggu ketenangan rakyat dan menimbulkan teror ke masyarakat, memerintahkan Kapolri, Menko Polhukam untuk mengejar dan menangkap, baik yang di peristiwa maupun yang ada di jaringan. Negara, bangsa dan rakyat tidak boleh takut, tidak boleh kalah oleh aksi teror seperti ini. Presiden setelah kejadian mengharap masyarakat tetap tenang karena semua terkendali.

Pada hari Kamis (21/1/2016) Presiden Jokowi membuka rapat terbatas mengenai revisi UU Anti Teror di kantor presiden. Dikatakan oleh Presiden, "Saya perintahkan Panglima TNI, Kapolri, BIN, BNPT memperkuat sinergi. Terutama di antara lembaga intelijen. Jangan ada egosentrisme," tegasnya. Juga ditekankan agar komunikasi dengan intelijen lebih ditingkatkan guna mencegah aksi terorisme.

[caption caption="Presiden Jokowi memimpin Rapat Terbatas setelah terjadinya serangan teror bom di Jalan Thamrin (Foto : suarasurabaya)"]

 

[/caption]

"Semua harus fokus pada pelemahan kekuatan teroris, dari ideologi, kepemimpinan, jejaring, organisasi," kata presiden. Diinstruksikan juga agar Kemenkumham, Kementerian Agama serta BNPT fokus pada program deradikalisasi. Kemenkominfo agar menutup akun serta situs yang menyebarkan radikalisme.

Apabila dibandingkan, teror di Thamrin dapat dikatakan lebih kecil dari aksi teror sel ISIS yang terjadi di Paris hari Jumat, 13 November 2015. Dari enam lokasi yang di serang (Stade de France ,Le Petit Cambodge,Rue de la Fontaine au Roi, La Belle Équipe,Boulevard Voltaire and Bataclan), tercatat 129 orang dinyatakan tewas, korban terbanyak di teater Bataclan, 89 orang tewas saat dilakukan penembakan dan pemboman, dimana sedang berlangsung konser band Eagles dari Amerika. Selain itu, diketahui 352 orang korban mengalami luka-luka, 99 orang dalam kondisi kritis.

[caption caption="Suasana setelah serangan teror di salah satu lokasi di Paris, petugas menolong korban yang ditembak (foto : spelli)"]

 

 

[/caption]

 

Dalam peristiwa tersebut dilaporkan delapan pelaku tewas melakukan bom bunuh diri, diantaranya setelah melakukan penembakan. Para pelaku diketahui dari jaringan Islamic State (ISIS) yang merupakan warga negara Perancis dan Belgia. Sebagian besar korban teror tewas karena ditembak pelaku yang menggunakan senapan serbu jenis AK-47. Dalam operasi pengejaran, tiga dari pelaku yang lolos berhasil ditembak mati oleh polisi anti teror Perancis saat masih bersembunyi di safe house yang lokasinya relatif dekat dengan target awal di Stade de France.

Presiden Perancis François Hollande dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada hari yang sama dengan serangan, Jumat (13/11/2015) pukul 23:58 (waktu Paris), menyatakan negara dalam keadaan darurat dan memberlakukan jam malam, perbatasan negara di kontrol penuh. "Ini adalah tindakan perang yang dilakukan oleh teroris, pasukan Jihad, Daesh, melawan Perancis," kata Hollande dari Istana Elysee. "Ini adalah tindakan perang yang disiapkan, terorganisir dan terencana dari luar negeri, dengan keterlibatan dari dalam negeri," tegasnya.

Setelah aksi teror di Paris, terjadi aksi teror serupa di Amerika Serikat. Pada hari Rabu (2/12/2015) pukul 10:59 terjadi aksi teror penembakan massal di kota San Bernardino, California, AS dengan menggunakan senjata senapa otomatis, pistol serta bom pipa. Pelaku yang terdiri pasangan suami isteri melakukan penyerangan di kompleks Inland Regional Center, dengan menggunakan pakaian hitam serta masker penutup muka. Serangan dilakukan saat di kompleks tersebut berlangsung pesta liburan untuk pegawai.

[caption caption="Mobil pelaku teror di Bernardinho California rusak berat, dikepung dan ditembaki aparat keamanan, kedua pelaku tewas (foto : crisismagazine)"]

[/caption]

 

Penembakan membabi buta yang dilakukan kedua orang itu mengakibatkan jatuhnya 14 orang korban tewas ditempat dan 21 orang lainnya mengalami luka-luka. Pelaku diketahui menggunakan dua senapan serbu AR-15, dua pistol jenis Llama dan Smith and Wesson. Pihak berwenang memperkirakan kedua pelaku melepaskan sekitar 65-75 tembakan. Polisi juga menemukan tiga bom pipa yang terpasang bersama-sama dan dilengkapi dengan remote control tetapi gagal meledak. Tersangka penembakan diketahui bernama Syed Rizwan Farook (28) dan Tashfeen Malik (29), sangat patut di duga sebagai cell simpatisan ISIS.

Presiden AS, Barack Obama pada hari Minggu (6/12/2015) menyatakan bahwa penembakan massal di San Bernardino, California, adalah aksi terorisme. Pernyataan itu ia sampaikan bahwa ada peningkatan serangan terorisme di seantero AS. Dikatakannya, "Ancaman teroris itu nyata, namun kita akan menghadapinya. Kita akan hancurkan ISIS dan organisasi sejenis yang dapat menyakiti. Kita akan menang dengan cara yang kuat dan cerdas, tangguh, dan tak kenal lelah untuk melawan ISIS," tegasnya.

 

Analisis

 

Dari tiga kasus serangan, terlihat peta serangan dengan tenggang waktu satu bulan, 13 November 2015 di Paris, Perancis, 2 Desember 2015 di California AS, dan 14 Januari 2016 di Jakarta Indonesia. Dalam ketiga kasus, penulis lebih cenderung mengatakan bahwa aksi teror di tiga negara lebih kepada upaya sebagai sebuah pesan untuk menunjukkan eksistensi ISIS di negara lain, jauh dari pusatnya di Suriah.

[caption caption="Setelah terjadinya teror di Paris saat diundang menjadi Nara Sumber di CNN Indonesia, Penulis menyatakan yang berbahaya dari aksi teror di Paris itu akan menginspirasi dan memotivasi sel teror ISIS di negara lain (Foto : koleksi pribadi)"]

[/caption]

Sebenarnya selain tiga kasus tersebut, terdapat juga aksi teror bom dengan korban cukup banyak, seperti bom bunuh diri di Ibukota Turki Ankara (10/10/2015) yang menewaskan hampir 100 jiwa, serta di Istambul, juga di Irak dan Yaman. Tiga kasus teror di Perancis, AS dan Indonesia menurut penulis mempunyai nilai tersendiri terkait dengan tuduhan intelijen yang kecolongan, disamping modus operandinya mirip.

Nampaknya fatwa dari Amir ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi agar simpatisan ISIS dengan teori musuh jauh mulai terlaksana. Terlepas bahwa serangan adalah sel langsung dibawah kodal (komando dan kendali) dari Suriah ataupun merupakan bentuk serangan lone wolf simpatisannya, Baghdadi mampu membuktikan dia berhasil mengorganisir teror jauh ke garis belakang negara sasaran.

Diketahui bahwa ISIS dalam dua bulan terakhir mengalami tekanan berat baik dari negara koalisi pimpinan AS maupun dari Irak, serta Rusia. Beberapa sumber minyak yang dikuasainya telah dihancurkan oleh serangan udara, pusat kodal dan keuangannya juga diserang. Titik terlemah ISIS adalah tidak memiliki kemampuan pertahanan serta kekuatan udara. Karena itu mereka mudah didikte oleh serangan udara dengan teknologi mutakhir.

[caption caption="Serangan teror muncul dari "Niat, Kesempatan dan Kapabilitas". Menurut penulis, mereka harus tetap di monitor dengan ketat, bisa jadi sarana proxy war yg ngacak-ngacak (Foto: koleksi pribadi)"]

[/caption]

 

Dari database Study of Terrorism and Responses to Terrorism, saat ini aliran pejuang dari luar ke Suriah dan Irak terur mengalir. Sejak 2011 hingga kini diperkirakan telah bergabung ke ISIS antara 25.000-30.000 pejuang dari 100 negara berbeda di Irak dan Suriah. Aliran asing pejuang masih tinggi dengan perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 7.000 anggota baru tiba di paruh pertama 2015. Data ini membuktikan bahwa daya tarik dari kelompok-kelompok jihad masih kuat.

Dari dua kasus serangan di negara besar sebelumnya apabila di teliti, orang awam akan mengatakan intelijen kecolongan, karena serangan besar terjadi dengan korban cukup banyak. Secara khusus, dari pengamatan intelijen, terjadinya serangan di Paris menurut penulis disebabkan karena aparat Perancis teledor. Yang dimaksud, mereka tidak memperkirakan dan tidak siap menghadapi serangan kejutan teror. Aparat dinilai lambat mengantisipasi sehingga korban jatuh cukup banyak. Dikatakan karena terkait dengan hambatan sistem hukum yang berlaku di Perancis. Untuk lengkapnya penulis membuat artikel dengan judul "Suksesnya Serangan Teror Mematikan di Paris Karena Perancis Teledor", (www.ramalanintelijen.net/?p=10123).

Demikian juga dengan serangan teror Bernardino AS, sepertinya aparat intelijen AS yang demikian canggih gagal mendeteksi dan gagal mengantisipasi sehingga pelaku bebas melakukan serangan. Penulis menyusun analisis terkait teror California, baca, "Intelijen AS Tidak Mampu Membaca Serangan Lone Wolf, Teror Bernardino Bukti Nyata" (www.ramalanintelijen.net/?=10215). Dengan demikian maka dari dua kasus teror tersebut, menunjukkan bahwa memang serangan teror, khususnya serigala tunggal yang terencana dengan matang mampu mengecoh deteksi aparat kontra intelijen. Kelebihan aksi teror, karena mereka memegang inisiatif dan siap mati dengan keyakinan berjihad dan mati syahid.

Nah, khusus untuk teror di Thamrin itu, penulis melihatnya lebih kepada pembuktian kemampuan sel ISIS dalam menyampaikan pesan eksistensinya di Indonesia. Motif aksi di Thamrin selain menyampaikan pesan eksistensi, juga menurut istilah pelaku teror sebagai bentuk amaliah jihad, dgn tujuan sebagai bentuk Irhab (membuat suasana teror / menebar rasa takut bagi mereka yang dianggap musuh).

[caption caption="Dalam Rapat terbatas membahas revisi UU Nomor:15/2015 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Presiden Jokowi menekankan perkuat sinergi instansi intel dan hilangkan egosentrisme (Foto : beritasatu)"]

[/caption]

 

Presiden Jokowi rupanya faham bahwa ada yang perlu disempurnakan dalam penanganan ancaman terorisme, khususnya mengenai Undang-Undang pemberantasan Terorisme Nomor : 15/2003 yang kini sedang dipelajari beberapa instansi terkait dan akan dilakukan revisi. Selain itu, presiden juga melihat nampaknya kontra intel dalam menangani teror kurang terkordinasi. Oleh karena itu Presiden Jokowi menegaskan perlunya di perkuat sinergi diantara institusi intelijen. Bahkan, ditekankannya agar egosentrisme dihilangkan. Inilah celah rawan yang ada di institusi counter terrorism Indonesia. Maka disitulah mereka memanfaatkan celah tersebut.

Terkait dengan serangan di Thamrin, media ISIS menyatakan serangan di kafe Starbucks dan pos polisi di Jakarta Pusat, dilakukan oleh apa yang mereka sebut 'tentara Khalifah'. Mereka juga mengatakan menempatkan sejumlah bahan peledak, yang rencananya akan diledakkan bersamaan dengan empat milisi yang membawa senjata ringan dan rompi bom. ISIS mengatakan sasaran mereka adalah 'warga koalisi negara-negara yang memerangi' mereka. Dengan demikian jelas bahwa Barat kini kembali akan menjadi target teror di Indonesia, baik simbol-simbolnya, instansi maupun warganya.

[caption caption="Ingat, seseorang tanpa pendidikan yang berarti dapat melakukan aksi teror spektakuler dan bahkan menyebabkan goyahnya stabilitas keamanan sebuah negara (Foto : beritasatu)"]

 

[/caption]

Nah, dengan tiga contoh kasus diatas, apakah kita sependapat dengan istilah intelijen kecolongan? Sel teror yang aktif, walaupun kecil akan tetap menjadi ancaman potensial. Tiga serangan dalam tiga bulan terakhir di luar Timur Tengah menunjukkan bahwa kelompok ini telah tumbuh menjadi lebih kuat. Simpatisannya menjadi lebih masif. Perubahan signifikan dalam strategi negara-negara Barat yang terlibat dalam konflik Suriah telah mampu menekan ISIS di Suriah dan Irak. Koalisi pimpinan AS akan memulai operasi militer skala penuh untuk menghentikan teroris mengancam "oposisi moderat" di Suriah, mengerahkan pasukan darat NATO dan mengambil kendali dari infrastruktur minyak dan logistik penting.

Kini yang perlu kembali dianalisis oleh aparat intelijen, terorisme adalah sebuah fenomena yang sulit untuk dimengerti. Seseorang tanpa pendidikan yang berarti dapat melakukan aksi spektakuler dan bahkan menyebabkan goyahnya stabilitas keamanan sebuah negara. Aksi yang dlakukan teroris mempunyai dimensi yang kuat dan dapat memberikan tekanan kepada pemerintah dimana aksi tersebut berlangsung.

Intelijen dan terorisme berdiri pada sisi yang sama sebagai pengetahuan tetapi dalam implementasinya counter terrorism adalah badan yang berusaha meniadakan aksi/serangan teror. Di beberapa negara penanganan teror umumnya dilakukan oleh badan intelijen serta penegak hukum.

Di Indonesia, operasi penanggulangan terorisme kini lebih dikenal masyarakat dilakukan oleh satuan khusus Densus 88 Mabes Polri sebagai ujung tombaknya. Selain itu terdapat institusi lain yang juga aktif menangani aksi teror yaitu BIN (Badan Intelijen Negara), BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), Bais TNI serta beberapa institusi-institusi lainnya yang memiliki organisasi intelijen. Densus 88 merupakan ujung tombak taktis terdepan yang ditugasi melakukan operasi penangkalan serangan teror. Sementara BNPT lebih sebagai badan strategis dalam penanggulangan terorisme. Apakah ini cukup? AS sebagai negara besar saja kini resah dan kemudian membentuk gugus tugas kontra teror di Homelend Security yang dipimpin oleh seorang pejabat dari intelijen, dengan anggotanya dari 11 departemen.

 [caption caption="Ilustrasi, ancaman terhadap masyarakat seperi ini oleh sel ISIS akan semakin potensial dan nyata, dan Presiden Jokowi menekankan: " Intelijen perlu bersinergi dan menghilangkan egosentrisme (Foto : cnnindonesia)"]

[/caption]

 

Menangkal terorisme bukan pekerjaan satuan intelijen taktis saja, tetapi akan lebih sukses apabila dilakukan oleh beberapa institusi intelijen strategis yang yang jauh lebih komprehensif dan tetap bersinergi dengan satuan taktis. Tuduhan intelijen kecolongan memang tidak mengenakkan disaat aparat telah melakukan upaya keras penanggulangan. Karena itu langkah yang lebih terstruktur dan teratur kini menjadi tuntutan yang tidak dapat ditunda lagi. Aparat keamanan perlu melakukan evaluasi kontra teror dari sisi Undang-Undang, aliran dana, sistem baru perekrutan serta manajemen operasi.

Intelijen tidak perlu menjawab atau membela diri dari tekanan atau tuduhan publik, karena intelijen adalah badan tertutup yang bekerja secara clandestine. Pejabat institusi intelijen tidak perlu memunculkan diri di publik atau media. Sistem pengawasannya sudah ada. Yang terpenting adalah membuktikan mampu menggagalkan setiap rencana aksi teror. Seperti dikatakan Presiden Jokowi, sudah saatnya kontra teror bersinergi untuk menggulung mereka. Apabila dalam waktu dekat tidak terlaksana, masih ada sel-sel lain binaan Bahrumsyah dan Bahrun Naim atau mungkin tokoh ISIS lainnya, yang terkompartmentasi secara clandestine siap menyerang setiap saat, kembali terjadi tanpa diketahui.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

Artikel terkait :

- Jaringan, Arah Serta Target Yang Ditetapkan Teroris, Mengacu Konser di Thamrin, http://ramalanintelijen.net/?p=10302

-Anggota Raider TNI AD Tewas Ditembak Kelompok Santoso di Poso, http://ramalanintelijen.net/?p=10204

-Latar Belakang Serangan Teror di Paris dan Prinsip Desentralisasi, http://ramalanintelijen.net/?p=10138

-Suksesnya Serangan Teror Mematikan di Paris Karena Perancis Teledor, http://ramalanintelijen.net/?p=10123

-Indikasi Kuat Sabotase Bom Pada Kecelakaan Metrojet Airbus A-321-200 Kogalymavia Rusia, http://ramalanintelijen.net/?p=10095

-Rusia Harus Mewaspadai Serangan Teror Lanjutan Terhadap Pesawat Komersialnya, http://ramalanintelijen.net/?p=10112

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun