Aksi teror bisa berbentuk kegiatan ancaman, pemerasan, penculikan, intimidasi, perkosaan dan pembunuhan. Pada setiap serangan teror, perancang tidak mengharapkan dapat tercapai tujuannya sebagai hasil langsung, tetapi dia mengharapkan hasil menakjubkan lewat efek dan reaksi yang mereka lakukan dengan kejam yang dapat membangkitkan kepanikan terhadap masyarakat dan bahkan pemerintah.Â
Efek terorisme mereka tujukan terus berkembang dan memiliki dimensi yang luas, sebagai sebuah tekanan. Menurut teori lama China tentang terorisme, bunuh satu akan menakuti 10.000 orang, dan apabila dibaca ulang, bunuh satu akan menakuti 10 juta orang.Â
Itulah efek yang mereka harapkan. Serangan teror biasanya spektakuler, hingga disukai media dan akan terus diberitakan. Tanpa media, maka efek teror kecil nilainya.
Nah, membaca penembakan kepada dua anggota polisi yang disebutkan tidak ada motif, benar itu adalah langkah teror. Kini dalam rangka pengamanannya, polisi diinstruksikan agar jangan berseragam/beratrubut apabila akan pulang waktu malam, dan jangan bertugas sendirian.Â
Artinya mulai muncul rasa khawatir dikalangan polisi yang bertugas sebagai penegak hukum. Hanya dengan bermodalkan sepucuk pistol dan sebuah air soft gun, efek serangan teroris mulai terasa.Â
Membaca secara taktis langkah teror tersebut, memang dalam pemberantasan kelompok teror di Indonesia, memang Polisi yang terus menangani, karena teror adalah pelanggaran hukum berat.Â
Polisi kemudian dibalas dan mereka jadikan target serangan, polisi tidak hanya memburu, tetapi kini mereka diburu. Beberapa ditembak dan markasnya di bom. Selama ini kasus perseteruan terus terjadi. (Baca ulasan penulis "Perseteruan Antara Polisi dan Teroris makin Merucing")Â
Dari pembacaan strategis, langkah teror terhadap polisi termasuk juga upaya penurunan derajat keamanan. Teror di Ibukota, terhadap polisi, kekhawatiran polisi, yang kemudian diberitakan terus oleh media jelas menurunkan derajat keamanan. Jakarta sebagai ibukota adalah barometer Indonesia, hingga gangguan keamanan bernilai lebih tinggi dibandingkan di daerah lainnya.Â
Dengan aksi teror terjhadap polisi, maka kredibilitas polisi akan turun dan rakyat akan mulai gelisah. Bila dikaitkan lebih jauh, maka kepercayaan rakyat terhadap polisi dan pemerintah akan turun.
Secara teori terkait dengan terorisme, sebuah pemerintahan yang buruk, lemah atau tidak layak dalam sebuah negara merupakan ladang persemaian yang bagus bagi kelompok teror.Â
Akan tetapi, bagi para teroris yang sejak awal pergerakannya apabila menghadapi sebuah pemerintahan dengan sistem yang kuat, diprediksikan oleh para ahli terorisme, pergerakannya tidak akan berlangsung lama. Karena itu apabila menghadapi pemerintahan yang kuat, mereka akan terus memperlemahnya.Â