Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

TV One Kembali Mengundang Pray

25 Juni 2010   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kemarin, salah satu produser TV One mengundang penulis untuk berdiskusi dengan salah satu pengamat intelijen, besok pada  hari Sabtu (26/6) dalam acara Apa Kabar Indonesia pagi pukul 07.00. Topik yang akan didiskusikan sekitar penyergapan Abdullah Sonata dan beberapa temannya di Klaten. Diskusi akan menarik, karena Abdullah Sonata adalah tokoh dan DPO Polri yang paling terkenal dalam jaringan teror di Indonesia saat ini. Penulis telah menuliskan pada artikel sebelumnya dengan judul "Densus Berhasil Mencokok Abdullah Sonata." Secara resmi dan lengkap,  Mabes Polri melalui Kadiv Humas Polri Irjen Edward Aritonang telah menggelar jumpa pers tentang penyergapan teroris pada tanggal 23-24 Juni 2010 di daerah Klaten. Mereka yang ditangkap lima orang, empat orang dalam keadaan hidup dan satu tewas ditembak. Data lengkap para teroris tersebut adalah : 1. Abdullah Sonatta alias Armand Kristianto, alias Nata alias Andri alias Heri alias Eko Pramono Wibowo (32th) Ditangkap diatas bis kramat jati Solo - Boyolali tertanggal 23 Juni 2010 pukul 17.00 wib. Sonatta  termasuk residivis, penanggung jawab awal pelatihan militer senjata di Aceh, melakukan survey serta menentukan lokasi, merekrut, mencari kader, menguasai perakitan senjata api dan memasok amunisi ilegal, pernah menyembunyikan Dulmatin. Dari tangan Sonatta, Tim Densus 88 berhasil menyita satu senjata api revolver dan 50 butir amunisi.] 2. Ansori alias Aki Soghir, Dari Soghir, Densus berhasil menyita satu pucuk senjata walter amunisi kaliber 59mm dan sejumlah rangkaian elektronik siap pakai yang belum tersambung dengan amunisi. 3.  Meidi alias budianto (55 th) Ayah tersangka Soghir yang berdomisili di Purbalingga ditangkap dilokasi yang sama dengan Soghir, diduga menyembunyikan DPO Abdullah Sonatta. 4. Agus mahmudi, alias agus alias said alias sofyan (32th) Berdomisili di desa Macana Boyolali berkerja sebagai tukang servis handphone,diduga menyembunyikan keberadaan dan rencana-rencana yang disusun oleh tersangka Soghir. 5. Yuli Harsono (33 th), berdomisili di Purworejo. Yuli, tersangka yang tewas ditembak karena menembak anggota Densus, adalah mantan anggota TNI AD di kesatuan Pusdikhub dengan jabatan terakhir sebagai Pratu, Yuli dipecat karena tindak pidana penjualan amunisi Ilegal.  Yuli diduga kuat menyembunyikan Abdullah Sonata. Dari tangan Yuli Densus 88 berhasil menyita satu pucuk senjata SNW. Yuli diduga kuat sebagai penembak  anggota polisi hingga tewas pada penyerangan kantor polisi Purworejo Jawa Tengah bulan April lalu. Dari kelima orang yang ditangkap, pihak keamanan diperkirakan akan banyak mendapat masukan, sehinga mapping perkembangan teroris gaya baru yang dikembangkan oleh Abdullah Sonata menjadi lebih jelas. Pergeseran pola dari kelompok Noordin M Top ke pola Abdullah Sonata menjadi bagian yang perlu didalami. Yang terpenting kini adalah kemungkinan gaya serangan baru, gabungan serangan antara bom dengan senjata serbu atau senjata runduk yang telah mereka latihkan. Kombinasi antara Sonata dengan Soghir yang bersama-sama adalah gambaran jelas perubahan pola tersebut. Teror sangat mungkin dilakukan dengan meledakkan bom pengalihan perhatian, kemudian serangan sesungguhnya dilakukan dengan tembakan yang dilengkapi dengan peredam. Demikian artikel ini sebagai pelengkap dari artikel sebelumnya. Nampaknya memang program deradikalisasi dari Kemenkopolhukam perlu untuk dilaksanakan segera. Abdullah Sonata adalah contoh kongkrit kebutuhan segera untuk mengubah cara pandang para teroris yang selalu mendudukkan dirinya sebagai instrumen penghukuman. Tindakan preventif dalam mengatasi tindak terorisme jelas akan jauh lebih besar hasilnya dibandingkan tindakan represif. Penanganan pasca hukuman serta upaya mempersempit tempat yang bisa menjadi persemaian ideologi teroris menjadi point yang terpenting dan harus diutamakan. Semoga bermanfaat. PRAYITNO RAMELAN, Pengamat Intelijen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun