Final sepak bola antara Belanda melawan Spanyol terasa demikian menghibur baik bagi penggemar bola di tanah air, dan juga milyaran penonton di belahan dunia lainnya. Kita patut bersyukur bahwa selama menyaksikan acara pertandingan sepak bola empat tahunan itu, tidak ada gangguan berarti, semua berlangsung aman, kecuali terjadinya keributan antara pendukung Spanyol dengan pendukung Belanda di Manokwari. Persoalan segera dapat diselesaikan oleh aparat keamanan. Sebuah noda hitam justru terjadi terjadi di Kampala, ibukota Uganda, dimana saat final berlangsung telah terjadi dua serangan bom. Ledakan bom pertama terjadi di sebuah restoran Ethiopian Village di Distrik Kabalagala, yang merupakan tempat hiburan malam terkenal, dimana banyak wisatawan asing kerap berkunjung. Ledakan kedua terjadi di klub Rugby Lugogo. Ledakan terjadi saat perpanjangan kedua  waktu pertandingan. Dari kedua serangan bom tersebut, polisi mengumumkan sebanyak 74 korban dipastikan tewas. Kelompok perlawanan Somalia, Al-Shabaab mengakui bertanggung jawab atas kedua serangan bom tersebut. Syaikh Ali Muhammad Raji juru bicara Al-Shabaab  menyatakan "Al-Shabaab berada di balik dua ledakan bom di Uganda," dia mengancam akan melakukan serangan yang lebih keras. Muhammad Raji mengucapkan terima kasih kepada 'mujahidin' yang telah melaksanakan pemboman. Bom tersebut merupakan bom peringatan kepada Uganda dan Burundi, apabila tidak menarik pasukan dari Somalia dalam  AMISOM (Misi Uni Afrika di pasukan Somalia). Selain mengancam akan kembali menyerang Kampala, dikatakannya Al-Shabaab juga akan menyerang Bujumbura, ibukota Burundi. Dengan pengakuan tersebut, Presiden Uganda Yoweri Museveni menyatakan keprihatinan, dan dengan marah mengatakan para teroris itu sebagai orang yang patut diperlakukan dengan tindakan setimpal. Ditegaskannya, "Kami akan mencari mereka dan membuat mereka seperti yang dilakukan terhadap kami." Panglima Al-Shabab di Mogadishu, Somalia Syekh Yusuf Isse menyatakan "Kami (Al-Shabaab) tahu Uganda amat menentang Islam dan kami senang dengan apa yang telah terjadi di Kampala. Ini adalah berita yang paling bagus yang pernah kami dengar." Dari penjelasan baik juru bicara Al-Shabaab maupun Presiden Uganda, Yoweri Museveni jelas bahwa pelaku pemboman adalah kelompok Al-Shabaab yang mendapat cap sebagai teroris. Kelompok yang menamakan dirinya Harakat al-Shabaab al-Mujahidin (Persatuan Pemuda Mujahidin) yang lebih dikenal sebagai Al-Shabaab (pemuda), adalah kelompok perlawanan di Somalia. Al-Shabaab juga dikenal sebagai Ash-Shabaab atau Hizbul Shabaab yang berarti Partai Pemuda. Kelompok dari etnis muslim ini pada bulan Desember 2008 diketahui berkekuatan antara 3000-7000 orang.  Pada musim panas 2010 kelompok ini diketahui telah menguasai  sepertiga negara Somalia, atau sebagian besar wilayah bagian selatan dan tengah, termasuk sebagian wilayah ibukota Somalia, Mogadishu. Pemerintah Eritrea telah dituduh baik oleh pemerintah Somalia, Uni Afrika, PBB dan Amerika sebagai negara yang mempersenjatai dan mendanai Al-Shabaab. Dalam kelompok tersebut pemerintah Somalia menyatakan terdapat sekitar 1200 orang asing yang mendukung. Kelompok ini menyatakan jihad melawan "musuh-musuh Islam" dan bergerak memerangi Pemerintah peralihan Federal  (TFG) dan Misi  Uni Afrika ke Somalia (AMISOM). Al-Shabaab juga menyatakan perang terhadap PBB dan organisasi-organisasi non-pemerintah Barat yang mendistribusikan bantuan pangan di Somalia. Dalam dua tahun mereka merampas bantuan dan membunuh 42 tenaga sukarela. Al-Shabaab oleh Amerika dan negara-negara Barat lainnya telah dinyatakan sebagai Organisasi Teroris dan diketahui mempunyai hubungan dengan Al-Qaeda. Seperti diketahui, kelompok Al-Shabaab selama ini hanya melakukan penyerangan didalam negeri Somalia. Serangan ke Uganda tersebut adalah serangan teroris keluar batas negara untuk pertama kalinya. Al-Shabaab menyatakan bahwa mereka akan menyerang Uganda dan Burundi yang telah mengirimkan pasukan penjaga perdamaian AMISOM (Uni Afrika ke Somalia). Tercatat sekitar 5.000 orang pasukan perdamaian tersebut di Somalia. Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka menyerang saat berlangsungnya  final pertandingan sepak bola? Penulis sejarah Jason Burke menyatakan, pertama, karena mereka adalah sasaran empuk. Kedua, karena al-Shahab menyatakan tidak menyetujui sepak bola, karena terlibat dalam kekerasan.   Kelompok  ini hanya mengikuti pemikiran yang lebih luas di kalangan jihadi. Dalam salah satu situs, salah seorang ulamanya menyatakan bahwa menonton piala dunia tidak Islami karena terlibat perjudian, persaingan, terlibatnya wanita yang tidak senonoh di media elektronik serta tindakan pemainyang dianggap berdosa. Apa pelajaran dari kasus pemboman tersebut? Serangan ke Kampala tersebut adalah serangan teroris lintas batas, pemboman dilakukan dengan melakukan infiltrasi ke sasaran. Kemungkinan pelaku melakukan suicide bombing (bom bunuh diri), setelah ditemukannya sabuk berisi bom yang tidak meledak, dan ditemukannya kepala penduduk Somalia. Pemerintah dan aparat Uganda nampaknya tidak alert terhadap kemungkinan serangan dari kelompok Al-Shabaab yang berada di Somalia. Pembacaan situasi dalam menghadapi kelompok bersenjata yang terlatih dan militan seharusnya tidak boleh diabaikan. Situasi pertandingan sepak bola yang menyita perhatian berbagai kalangan menjadikan kerawanan yang mereka eksploitasi menjadi sebuah teror mengerikan dan mematikan. Bagaimana dengan Indonesia? Kita pernah diinfiltrasi oleh dua tokoh teroris asal Malaysia Noordin M Top dan Dr.Azhari yang ahli bom. Selain itu beberapa teroris dalam negeri dengan mudah melakukan pergerakan penyusupan lintas batas dalam operasinya, khususnya Indonesia-Philipina. Kerawanan pengawasan tapal batas menjadi bagian yang lebih penting kini. Yang terpenting kini adalah pembacaan situasi. Seberapa besar potensi ancaman tehadap mereka yang dimungkinkan menjadi target operasi. Kondisi Uganda jelas. Dengan gelar pasukan ke Somalia, terdapat ancaman dari Al-Shabaab. Di Indonesia, yang diketahui ancaman masih tetap kepada Amerika dan sekutunya, serta kini sasaran lokal. Dalam melakukan aksinya, kelompok teroris bisa saja mendapat bantuan tenaga spesialis dan dukungan bahan pembuat bom dari luar. Kelompok terdekat berada di kawasan Mindanao, dimana mereka pernah bekerja sama dan banyak kader yang mengikuti kaderisasi dan pelatihan teroris. Dengan demikian maka memang kita harus lebih waspada kemungkinan serangan terhadap pejabat serta obyek vital. Masih agak kecil kemungkinan mereka menyerang tempat berkumpul publik. Sasaran pejabat pemerintah ataupun asing serta obyek vital akan mempunyai efek yang lebih berarti. Akan tetapi yang terpenting dari pembelajaran kasus bom di Kampala adalah, jangan lengah, tetap waspada. Mereka akan menyerang pada saat yang tidak diperkirakan. Prinsip dasarnya adalah inisiatif serangan berada pada mereka. Mampukah kita mengendusnya? PRAYITNO RAMELAN, Yang Masih Khawatir. Ilustrasi : www.nytimes.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H