Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rosiy, Kompasiana Sedang Mencari Bentuk

19 November 2009   10:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:16 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya, dalam satu atau dua hari ada artikel yang bisa terselesaikan dari pikiran dan mata tua ini. Tetapi karena dikejar harus segera naik cetak, semua konsentrasi tertuang kepada buku yang akan diterbitkan oleh PT Grasindo. Memang sebahagian besar tulisan yang mengedit Admin Kompasiana, Mas Pepih Nugraha, yang setelah selesai kemudian terbang memenuhi panggilan Allah, menuju ketanah suci. Tetapi kelengkapan lainnya harus disiapkan oleh penulis. Begitu sempat membuka Kompasiana dengan lebih fokus, dan menjawab beberapa tanggapan teman, mata tertumbuk kepada artikel dari Rosiy yang berjudul "Penasaran." Penulis kemudian berlanjut ketulisan Pak Nurtjahjadi yang berkait dengan tulisan Rosiy. Memang yang ditulis itu topiknya sederhana, tetapi dibahas di kompasiana melebihi popularitas dari kasus cicak dan buaya. Tercatat  tulisan Rosiy sore ini saja diklik 2613 kali, mendapat 151 tanggapan, dan 9 kompasianer memberinya nilai. Rosiy melempar pertanyaan tentang Dr Anugra dan Olivia, apakah seperti yang mereka katakan?. Pertanyaan Rosiy kemudian mendapat respons dari para kompasianers, bukan main...tanggapan yang terbaca demikian ramai, atau saya katakan "seru." Ada yang mendukung, ada yang marah, ada yang menyukuri, ada yang bijak, ada yang masa bodoh. Sungguh menarik. Para kompasianer terlihat lebih banyak yang mengejar Dr Anugra, dibandingkan Olivia. Rosiy dengan Sri mempertanyakan keabsahan beberapa ijazah Dr Anugra sebagai dokter spesialis dari University of Adelaide. Bahkan sampai ada pelacakan ke Universitas tersebut, mencari data-data dan lain-lain. Rasa penasaran tersebut banyak didukung oleh kompasianer lainnya, bahkan Pak Nur yang Profesor di Malaysia juga kemudian mempostingkan message Dr Anugra, yang menyampaikan keluhannya serta memberitakan bahwa Olivia kini sakit dan diopname karena stress. Nah, sebetulnya apa sih inti dari semua permasalahan ini? Jawabannya adalah "kejujuran." Terjadinya kasus Puri yang fiktif, yang dibuat oleh kompasianer parkir yang cerdas Fuad Muthofa nampaknya telah mempengaruhi banyak  kompasianers. Perasaan yang demikian murni, keprihatinan atas sakit hingga meninggalnya Puri yang kemudian ternyata bohong,  telah  "menghantui" para kompasianer, para wanita khususnya. Kemudian faktor eksternal lainnya juga mempengaruhi, yaitu masalah cicak, buaya dan Anggodo. Secara psikologis kompasianers telah bosan dan "muak" dengan kondisi tidak jujur itu. Yang belum selesai juga. Oleh karena itu maka kompasianer wanita yang demikian halus perasaannya kemudian menjadi galak dan mengejar Dr Anugra. Semua mereka lakukan dengan sedikit emosional. Tetapi kalau dibaca, secara ringan, ungkapan mereka itu logis. Ada Inge, Inge Hanum, Sri, Melok Kinanthi, Vicky Laurentina, Novrita. Para kompasianer wanita, selain banyak juga yang pria  meminta Dr Anugra untu menjelaskan gelar-gelarnya. Setelah membaca tulisan dan tanggapan tadi, apakah kita akan susah, ribut, tetap berkelahi? Old Soldier ini sebagai orang tua bahkan bersyukur. Kasus ini adalah sebuah perkembangan positif di Kompasiana, memang ada admin, yang mempunyai kekuasaan mengunci blogger, apabila dianggap berbahaya, itu urusannya Mas Pepih dan tim Admin. Penulis melihat sebuah perkembangan, bagaimana para Kompasianers bersama-sama menjaga blog keroyokan ini dari kemungkinan ketidak jujuran. Kita hargai Rosiy, walau tulisannya yang menurut Melok Kinanthi, berani, Melok ikut  penasaran tapi tidak berani menuliskannya. Rosiy, ini yang penulis kenal sebagai teman virtual, penanggap setia di blog dan juga teman di FB, memang agak "ceplas-ceplos" orangnya, pernah salah faham dengan Inge. Akhirnya penulis mendamaikan dan keduanya berpelukan..... maksudnya di dunia maya. Jadi kalau urusan dengan Dr Anugra selesi, jangan berpelukan, jabat tangan saja deh. Jangan dibawa berat, yang enteng saja boleh kan? Nah, kini kita sudah belajar bersama dari kasus ini, walaupun belum selesai dengan permintaan para blogger yang meminta penjelasan Dr Anugra itu. Dr Anugra mempunyai hak untuk menjelaskan ataupun tidak kepada para blogger yang bertanya, iya kan?. Maksudnya menjelaskannya sudah, tetapi bisa mengirimkan copy ijazahnya ke Rosiy yang bertanya, biar jelas dan puas,  ataupun tidak dilakukannya. Rosiy tidak dalam posisi sebagai investigator resmi di Kompasiana ini. Benar pendapat Vicky yang juga dokter, tidak perlulah mempostingkan ijazah di blog ini. Nah, kini sebagai orang tua di Kompasiana, saya persilahkan Dr Anugra memenuhi atau tidak permintaan Rosiy, sebagai teman yang "penasaran." Saya kira itu saja jalan keluarnya kok. Kalau tidak mau menjawab permintaan Rosiy, maka tetap saja Dr Anugra sebagai Kompasianer, kok. Hanya kerugiannya, mungkin agak kehilangan teman ataupun penggemar tulisannya, khususnya para wanita yang cukup galak dan pintar itu. Penulis juga mengharap Olivia akan berani dan kembali muncul disini deh, begitu kan Izzah, si sahabat. Oleh karena itu para kompasianers yang saya hormati dan saya banggakan, perlu kembali penulis ingatkan, bahwa pada era globalisasi ini,  keterbukaan sudah menjadi bagian hidup kita. Jadi tolong berhati-hatilah dengan "kejujuran" itu. Sekali anda berbohong diblog ini, sebagai teman dan bahkan sahabat virtual, maka anda harus berbohong terus. Kalau nama dan foto samaran masih diperbolehkan Admin  kali ya?. Nah, mari kita bangun blog kita berkumpul ini sebagai rumah sehat, membangun pertemanan, menambah wawasan, kita nikmati dengan nyaman, tidak justru menambah musuh yang tidak perlu dan merugikan. Lebih-lebih kalau dikeroyok orang banyak. Berbeda pendapat seperti kata Broer Honny itu boleh, tapi jangan dirusak tempatnya kan? Anda tidak pakai foto atau nama asli juga tidak apa-apa, masing-masing punya alasan sendiri, seperti tulis Inge ke penulis. Tetapi ingat, apa yang ditulis akan dicerna dan dinilai oleh blogger lainnya. Dan jangan coba-coba deh mencoba berbuat buruk, misalnya menipu, siap-siap saja...banyak wanita galak lainnya tuh menunggu, masih ada Linda, Lintang, Nuni, Imarithin, Yenny, Rita, Aninditia, Yunika dan lainnya. Dan juga perlu diingat pepatah, diatas langit ada langit, artinya jangan merasa hebat disini, banyak yang jauh lebih hebat kok. Jadi kesimpulannya yang paling hebat itu adalah "kejujuran"...yang katanya sudah jadi barang langka dinegara kita....selamat berkarya my friends. PRAYITNO RAMELAN, Old Soldier Yang Matanya Sedang Pedas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun