Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Menhan Ryamizard Selain sebagai Penanggung Jawab Pertahanan RI Juga Akan Menjadi Jembatan Politik

27 Oktober 2014   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:32 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_369739" align="aligncenter" width="624" caption="Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (TRIBUNNEWS/HERUDIN)"][/caption]

Hari Minggu (20/10/2014) sore rakyat Indonesia menyimak pengumuman Presiden Jokowi yang menyampaikan siapa-siapa  menteri yang akan bekerja bersama dalam mengelola negara dalam lima tahun mendatang. Salah satu menteri yang dipilihnya adalah Jenderal (Pur) Ryamizard Ryacudu yang dipercaya sebagai Menteri Pertahanan.

Penunjukan Ryamizard sebagai Menhan merupakan sebuah langkah baru keluar dari kebiasaaan sejak Reformasi di mana Menhan dijabat oleh sipil. Setelah Reformasi, sejak 26 Oktober 1999, jabatan Menhan dipegang oleh Profesor Juwono Sudarsono, kemudian dilanjutkan oleh Mahfud MD, Matori Abdul Djalil, kembali Juwono Sudarsono dan sebelum digantikan oleh Ryamizard dijabat oleh Purnomo Yusgiantoro. Penulis pernah bertugas sebagai penasihat Menhan RI di era Bapak Matori Abdul Djalil (alm).

Bisa difahami, sejak reformasi adanya keinginan yang besar dan tekanan politis dari tokoh-tokoh LSM yang menginginkan Menhan dijabat oleh sipil, karena mengkhawatirkan munculnya kembali militeristik seperti masa lalu. Lantas, mengapa kini justru dengan Presiden yang dikenal kerakyatan, jujur, demokratis justru dipilih kembali Menhan yang purnawirawan militer? Penulis mencoba mengulasnya dengan pendekatan intelijen.

Pada saat saat mengumumkan nama menterinya di halaman belakang Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (26/10/2014), Presiden Jokowi mengatakan, “Ryamyzard Ryacudu adalah militer pemikir, demokratis dan loyal ke NKRI. Pernah jadi KSAD, dan saya minta jaga kebijakan pertahanan kita," katanya. Komentar awal Presiden merupakan dasar kepercayaannya kepada sosok alumnus Akabri Darat tahun 1974 itu. Penulis pernah menyampaikan sebuah artikel, dan bahkan menyarankan Ryamizard dipilih oleh Jokowi sebagai salah satu cawapresnya. Penulis mengenal Jenderal yang "mukanya serem", kaku tetapi dikenal mampu menjaga pertemanan dengan baik.

Mengenal Ryamizard

Pada awal penulis mengenal Ryamizard terjadi sekitar awal tahun 1991, saat penulis bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma sebagai Kepala Seksi Intelijen Udara. dengan pangkat Letkol. Pada pagi hari sekitar pukul 02.00 WIB, penulis melakukan patroli memeriksa Ring-1 Pangkalan di mana diparkir beberapa pesawat C-130 Hercules yang akan menerjunkan penyegaran Batalyon Linud 305/Tengkorak Hitam. Saat itu dilaporkan oleh petugas pengamanan pangkalan Halimbahwa Danyon 305 (Letkol Inf Ryamizard Ryacudu) sudah memasuki Ring-1. Penulis langsung mendatangi dan bertemu dengannya.

Begitu bertemu, yang pertama dia tanyakan, "Bang, di mana saya bisa menumpang sholat" Penulis terkejut dan menunjukkan tempatnya di skadron 31. Kemudian ia melaksanakan sholat tahajud. Penulis menanyakan rajin sekali, datang lebih awal dan langsung sholat, dijawabnya, sebagai komandan, salah satu tugas saya selain memimpin adalah juga mendoakan seluruh anggota pasukan, agar selamat pada acara penerjunan, mereka itu anak-anak saya yang juga harus saya lindungi. Di situlah penulis mengamati ini perwira selain perwira tempur juga agamanya kuat, perhatian dan mencintai anak buahnya.

Ryamizard lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 21 April 1950, dan dibesarkan dalam keluarga militer. Ayahnya yang bernama Musanif Ryacudu (almarhum) pangkat terakhirnya Brigadir Jenderal TNI, dan dikenal dekat dengan Presiden RI 1945-1966 Soekarno.

Dalam perjalanan kariernya, Ryamizard yang lulus dari Akabri 1974, empat tahun di bawah penulis terus berjalan dengan pesat. Kariernya yang menonjol adalah sebagai Panglima Divif 2/Kostrad (15 Maret 1998), Kepala Staf Kostrad (15 Juni 1998), Pangdam V/Brawijaya (14 Januari 1999–4 November 1999), Pangdam Jaya/Jayakarta (4 November 1999–1 Agustus 2000), Pangkostrad (1 Agustus 2000–4 Juni 2002) dan Kepala Staf Angkatan Darat (4 Juni 2002–5 Februari 2005). Setelah itu Ryamizard pensiun dan aktif sebagai salah satu sesepuh di PPAD.

Perwira yang berpenampilan dan selalu bersikap tentara ini pernah bertugas juga sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B ke Kamboja (1992). Saat di Kamboja itu, ada kejadian yang mengejutkan, ada tembakan mortir yang pelurunya jatuh di dalam tendanya, tetapi Alhamdulillah tidak meledak katanya, entah apa yang terjadi kalau peluru mortir itu meledak. Ia menjadi semakin tekun beribadah dengan terjadinya peristiwa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun