[caption id="attachment_341445" align="aligncenter" width="585" caption="Penyandera Sheik Man Haron Mansor (Foto: news.com.au)"][/caption]
Pada Senin (15/12/2014) pagi terjadi aksi penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place Sydney. Penyanderaan yang diperkirakan dilakukan oleh seseorang bersenjata api kemudian menguasai cafe tersebut dan menyandera baik pegawai maupun pengunjung yang sedang berada di dalam cafe tersebut. Polisi beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa pelaku diketahui bernama Sheik Man Haron Monis (49), yang merupakan seorang pendakwah Islamic State , sebagai pria bersenjata yang menahan 15 sandera di cafe tersebut. Monis yang sedang mendapat tuduhan pembunuhan sementara bebas dengan jaminan, dia juga didakwa tahun ini dengan tuduhan kelakuan tidak senonoh dan tindak kekerasan seksual terhadap perempuan pada tahun 2002. Pada bulan Oktober Monis mendapat tambahan dengan 40 tuduhan.
Penyandera (Monis) kemudian membuat benteng manusia, dimana beberapa sandera diantaranya wanita dipaksa merapat ke jendela serta meletakkan tangannya ke jendela kaca. Nampak para sandera mengalami ketakutan yang sangat. Selain itu nampak ditayangkan adanya sebuah bendera berwarna hitam dengan huruf arab berwarna putih tertulis ditengahnya.
Setelah mendapat laporan, Kepolisian New South Wales mengatakan pihaknya telah bergegas menuju ke lokasi sekitar pukul 09.45 LT (Local Time). Polisi mengatakan pada awalnya setidaknya terlihat satu pria bersenjata yang terlibat. Polisi mengatakan terdapat juga bendera hitam dan putih yang diletakkan di jendela. Hal ini diyakini sebagai bendera hitam standard yaitu bendera jihad (news.com.au).
Insiden tersebut belum dimasukkan sebagai serangan teroris, tetapi polisi telah mengkonfirmasi mereka telah memberlakukan penanganan masuk kategori" konsisten sebagai sebuah serangan terorisme.” Polisi terus mengepung cafe tersebut dan mencoba melakukan negosiasi dalam rangka menyelamatkan sandera.
Komisaris Polisi NSW, Andrew Scipione kepada wartawan tetap sebagai situasi penyanderaan "tapi kami siap untuk meningkatkan tindakan jika kita perlu". Polisi mengatakan mengidentifikasi setidaknya satu pria bersenjata yang terlibat. Seorang pekerja di Lindt cafe yang berhasil keluar dari bangunan mengatakan kepada kepada stasiun Nine News: "Semua orang duduk, pintu terkunci. Ada satu orang berjalan-jalan dengan topi dan janggut,"katanya. Sandera sebagai pagar di jendela serta nampak bendera hitam. Dalam situasi terakhir, beberapa sandera telah dilepaskan oleh Monis, yang lainnya masih ditahan di dalam cafe. (foto:news.com.au).
Pada konferensi pers pagi ini Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan, pemerintah tidak tahu apakah situasi penyanderaan itu bermotif politik. "Kami belum tahu motivasi pelaku, kita tidak tahu apakah itu bermotif politik meskipun ada indikasi kearah itu ada," katanya."Inti dari kekerasan bermotif politik adalah untuk menakut-nakuti orang. Australia adalah masyarakat yang damai, terbuka dan murah hati dan tidak pernah harus berubah, oleh sebab itu saya menghimbau semua warga untuk tetap melakukan kegiatan seperti biasa," katanya.
PM Abbott meminta kepada warga, kalau ada melihat sesuatu yang aneh mereka diharapkan melaporkan kepada Keamanan Nasional. "Ini jelas merupakan insiden yang sangat memprihatinkan tetapi semua warga Australia harus diyakinkan bahwa lembaga penegak hukum dan keamanan kami yang terlatih dan juga telah dilengkapi akan mampu menanggapi secara menyeluruh dan profesional," katanya.
Reaksi internasional terhadap krisis telah datang dari PM Kanada Stephen Harper yang menyatakan melalui tweeter berupa dukungan. Kanada juga pernah mengalami serangan serupa dari jaringan Islamic State. Presiden AS Barack Obama juga telah mendapat laporan tentang terjadinya penyanderaan tersebut.
"Martin Place adalah lokasi bagi beberapa bangunan penting, termasuk kantor NSW Premier Mike Baird, Reserve Bank of Australia, Westpac Bank dan kantor pusat Commonwealth Bank serta kedutaan AS dan Tujuh Jaringan. Mahkamah Agung, Rumah Sakit Sydney, Perpustakaan Negara Bagian NSW, dan NSW parlemen sementara juga di tutup. The Sydney Opera House juga di tutup untuk sementara dimana otoritas keamanan melakukan langkah-langkah keamanan di seluruh kota.
Konsulat AS juga telah ditutup. Para staf dari Stasiun TV Channel 7 yang terletak di sudut Philip dan Hunter Styang berjumlah beberapa ratus orang juga telah di evakuasi. Salah seorang reporter Channel-7 Chris Reason mengatakan bahwa polisi memasuki bangunan Channel 7 pada jam 10.00/LT dan menggunakan gedung mereka sebagai titik tinjau/pengintaian setelah insiden pertama terjadi pada 09:44/LT.
Analisis
Walaupun aksi penyanderaan belum ditetapkan sebagai aksi teror dari jaringan ISIS yang kini bernama Islamic State (Negara Islam), tetapi nampaknya warga Australia kini mengalami paranoid. Warga melihat, pengamanan gedung parlemen di Australia telah ditingkatkan.
Pemerintah Australia semakin mengkhawatirkan dengan keterlibatan warganya dalam organisasi Jihadis ISIS (IS), dimana Mohammad Ali Baryalei (33) adalah tokoh IS yang kini berada di kawasan Timur Tengah. Ali Baryalei yang keturunan Afghanistan dan kemudian beremigrasi ke Australia, kemudian merupakan tokoh 'jegger' di King Street dan kemudian pada April 2013, Baryalei melakukan perjalanan ke Timur Tengah, ikut berperang bersama kelompok Jabhat al-Nusra (Al-Qaeda), kemudian pindah dan bergabung ke IS.
Saat ini pemerintah Australia memperkirakan ada 60 warganya yang bergabung dengan kelompok teroris di Timur Tengah. PM Australia Tony Abbott mengumumkan bahwa pemerintah Australia telah membatalkan 60 paspor warganya yang akan bergabung dengan IS di Timur Tengah. Tercatat sudah ada sekitar 20 warga Australia yang kembali dari Timur Tengah baik yang pernah bergabung dengan Jabhat al-Nusra ataupun dengan Islamic State. Dan PM Abbott menyebutkan ada sekitar 100 simpatisan IS yang memberikan dana kepada IS.
Warga Australia diketahui ada yang meninggal di Timur Tengah, setelah beredarnya foto kematian keduanya di Suriah, yaitu Tyler Casey, 22 tahun, dan istrinya, Amira Karroum, 22 tahun. Mereka terbunuh di Aleppo, Suriah, awal Januari lalu. Keduanya kemudian terdeteksi terlibat dalam jaringan ISIS yang direkrut Baryalei.
Keterlibatan warga Australia dalam gerakan Islamic State, lebih ditegaskan dengan aksi dari Khaled Sharrouf yang mengunggah foto-foto pemenggalan kepala, pembunuhan yang dilakukan oleh IS, dan bahkan menayangkan foto anaknya yang masih kecil sedang memegang kepala yang sudah dipenggal.
Dari beberapa kasus serta perkembangan jaringan terorisme Islamic State di seantero dunia, nampaknya kini Australia yang terletak demikian jauh dari kawasan Timur Tengah mulai merasakan dampaknya. Seperti fatwa yang disampaikan oleh Amir IS, Abu Bakr al-Baghdadi, agar jaringan serta simpatisannya melakukan serangan teror terhadap Amerika serta sekutunya. Dalam penyanderaan di cafe ini, walaupun ada bendera hitam bertuliskan huruf Arab, menurut analis intelijen Australia bukanlah bendera dari ISIS (IS).
Australia memang mempunyai pengalaman berperang melawan terorisme bersama-sama dengan AS baik di Afghanistan, Irak, Syria dan negara lainnya di Timur Tengah, tetapi Australia jelas harus melakukan introspeksi terhadap sistem keamanan nasionalnya, dengan perkembangan ancaman teroris IS. Karena yang dihadapi Australia bukan musuh dari luar dengan senjata militer, tetapi musuh utamanya yang akan mengganggu keamanan serta ketenangan hidup warganya adalah serangan teror yang dilakukan oleh warganya sendiri.
Yang kini terjadi dan dikembangkan oleh kelompok jihadis dibawah Abu Bakr al-Baghdadi adalah "Homegrown Terrorism," yaitu terorisme yang dibentuk di internal masing-masing negara. Siapkah Australia menghadapi ini? Teror semacam ini juga pernah dan diperkirakan akan terus terjadi di negara AS serta sekutu-sekutunya yang lain. Semakin banyak warga sebuah negara Barat kembali dari medan pertempuran di Irak dan Syria, maka akan semakin banyak pelatih teror yang akan mengembangkan teori teror di negara tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia? Hingga kini belum muncul gerakan signifikan berupa ancaman keamanan teror yang langsung. Memang diketahui beberapa orang yang pernah bergabung dengan IS maupun Jabhat al-Nusra telah kembali ke tanah air, walaupun tenang diperkirakan mereka sedang menyusun kekuatan, melatih jaringannya.
Beberapa analis intelijen serta kontra teror memperkirakan dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan akan muncul gerakan tersebut dan menjadi ancaman bahaya. Tetapi kita percaya dengan pengalaman yang cukup lama, baik Densus-88 maupun aparat intelijen telah semakin baik dalam melakukan mapping kelompok teror tersebut.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Analisis Ancaman ISIS di Australia,http://ramalanintelijen.net/?p=9065
-Uni Emirat Arab Rilis Daftar 82 Kelompok Teroris, Al Qaeda dan ISIS Yang Utama, http://ramalanintelijen.net/?p=9277
-Apabila Baghdad Jatuh Seperti Saigon, Apa Tindakan Amerika?, http://ramalanintelijen.net/?p=9195
-Awas ; ISIS Akan Menyerang dengan Senjata Teror Ebola, Target Utama Warga AS Dimanapun, http://ramalanintelijen.net/?p=9174
-“The Siege of Kobane,” Islamic State Menggabungkan Antara Terorisme, Perang Gerilya dan Perang Konvensional, http://ramalanintelijen.net/?p=9165
-Teroris Khorasan Grup, Elit Al-Qaeda Akan Menyerang Maskapai Penerbangan AS, http://ramalanintelijen.net/?p=9135
-Menilai Ancaman Islamic State Terhadap AS, Negara Barat dan Indonesia, http://ramalanintelijen.net/?p=8965
-Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes, http://ramalanintelijen.net/?p=8910
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H