[caption id="attachment_341614" align="aligncenter" width="560" caption="Beberapa sandera melarikan diri setelah terjadi penembakan (Foto: bbc.com)"][/caption]
Penyanderaan yang terjadi di Lindt Cafe, Martin Place, Sydney yang terjadi sejak tanggal 16 Desember 2014, pukul 09.44/LT (Local Time) berakhir setelah pasukan antiteror polisi menyerbu ke dalam cafe. Penyanderaan selama sekitar 16 jam lebih itu telah menarik perhatian dunia, karena aksi yang berbau teror dapat dikatakan terus mendapat perhatian serius polisi Australia maupun badan intelijennya.
Dalam penyerbuan itu yang diwarnai oleh letusan senjata api, polisi berhasil menembak mati penyandera yang diidentifikasi bernama Man Haron Monis (50). Di samping itu telah jatuh korban, dua orang meninggal dunia dan empat orang mengalami luka tembak, di antaranya seorang anggota kepolisian.
Sandera yang meninggal adalah Tori Johnson, seorang pria berusia 34 tahun, yang adalah manajer Lindt Cafe dan Katrina Dawson (38), pengacara di Sydney Central Business District (CBD). Sementara yang dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka tembak dan terguncang adalah wanita usia 75 tahun yang menerima luka tembak di bahu, wanita usia 52 tahun yang menerima luka tembak pada kaki, wanita berusia 43 tahun dengan luka tembak di kaki, seorang anggota polisi, 39 tahun yang menerima cedera wajah ringan. Dua orang mengalami shock, seorang wanita hamil berusia 35 tahun dan seorang lainnya juga wanita hamil usia 30 tahun.
Kronologis Penyanderaan
Pagi hari, Senin (16/12/2014), Lindt Cafe yang terbilang kecil dipenuhi para pelanggannya. Diketahui saat Katrina Dawson serta temannya Julie Taylor yang sedang hamil masuk ke cafe pada pukul 09.30/LT, jumlah pengunjung menjadi sembilan orang dan delapan staf. Terlihat Elly Chen, mahasiswi Universitas NSW, Tori Johnson, manajer kafe (34), Harriette Denny (30) dari Sunshine Coast tetapi bekerja di kafe di Sydney. Seorang wanita 75 tahun dan seorang pria berusia 80-an nya juga di antara para pelanggan. Selain itu ada empat staf dari gedung Westpac di mal, termasuk manajer proyek Marcia Mikhael, seorang ibu (43) dari Glenwood, Sydney (SMHU).
Kemudian dari pintu geser otomatis masuk seorang pria berjanggut lebat, dan langsung menonaktifkan pintu sehingga orang luar tidak dapat masuk. Ia (Man Haron Monis) yang memakai bandana, membawa tas biru kemudian mengeluarkan senjata dan memerintahkan ke-17 orang di dalam cafe agar tiarap. Seorang wanita yang akan masuk melihat kejadian tersebut dan melaporkan kepada polisi. Kemudian Elly Chen terlihat di jendela kaca dan menempelkan bendera hitam, dengan huruf Arab putih bertuliskan dua kalimat Syahadat.
Situasi dan kondisi di dalam cafe menjadi lebih jelas setelah Marcia menuliskan di laman Facebook-nya, pada Senin sore. "Dear teman-teman dan keluarga, aku di Lindt Cafe di Martin Place disandera oleh anggota IS (Islamic State). Penyandera telah meminta permintaan kecil dan sederhana dan belum ada telah dipenuhi. Dia sekarang mengancam untuk memulai membunuh kita. Kita perlu bantuan sekarang. Pria itu ingin dunia tahu bahwa Australia sedang diserang oleh Negara Islam," demikian status Maria di FB.
Sekitar pukul 16:35/LT, dua sandera, Stefan Balafoutis dan pria berusia 80-an, berhasil lari meloloskan diri dari kafe  melalui pintu otomatis. Setelah itu, seorang pekerja kafe melarikan diri melalui pintu layanan. Sebelum 17:00/LT, dua wanita, Elly Chen dan rekan sekerjanya dari cafe Bae Ji-eun, seorang mahasiswa Korea(20) juga berhasil meloloskan diri.
Monis menggunakan sandera termuda Jarrod Hoffman (19) yang diancam dengan senjata, untuk menyampaikan tuntutannya, minta berkomunikasi dengan PM Tony Abbott serta minta agar dikirim bendera IS (Islamic State). Polisi terus mencoba melakukan negosiasi, karena tidak ingin kendali ada di tangan penyandera.
Monis (penyandera) memerintahkan agar sandera merekam pesan via YouTube, dan ditayangkan melalui akun Joel Herat (21). Selina Win Pe muncul di You Tube, menyampaikan pesan penyandera, "Kami memiliki tiga permintaan khusus dan tidak ada yang dipenuhi. "Salah satunya adalah untuk mengirim bendera IS sesegera mungkin dan satu sandera akan dilepas. Dua, silakan disiarkan ke semua media bahwa ini adalah serangan terhadap Australia oleh Negara Islam. "Dan nomor tiga adalah untuk Tony Abbott untuk menghubungi saudaranya dan lima sandera akan dibebaskan.
"Yang paling penting, ada tiga bom di sekitar George Street, Martin Place dan juga di Circular Quay dan agar ini tidak diledakkan, permintaan harus dipenuhi secepatnya," kata  Win Pe. "Tolong bantu kami."  Win Pie menjadi lebih putus asa, setelah permintaan penyandera tidak ditanggapi pemerintah Australia.
Pada pukul 02.00/LT, dinihari yang dingin, terjadi upaya perebutan senjata oleh Tori Johnson, setelah melihat Monis tertidur. Monis bangun dan melepaskan tembakan, Tori Johnson mengalami luka tembak. Pukul 02.03/LT enam sandera berhasil melarikan diri (termasuk Harriette Denny, Jarrod Hoffman dan Viswakanth Ankireddy). Polisi yang mendengar suara tembakan dan melihat Johnson jatuh. Police Commisioner Andrew Scipione akhirnya memutuskan melakukan penyerbuan.
Scipione mengatakan, "Saya mengerti ada beberapa tembakan yang terdengar, yang menyebabkan petugas untuk bergerak langsung ke apa yang kita sebut EA (emergency action plan) rencana tindakan darurat, dan itu yang menyebabkan mereka untuk masuk."
Pada pukul 09.10/LT polisi melakukan serbuan komando, mendobrak pintu kaca dan menggunakan peluru sinar yang membutakan serta melakukan tembakan, terjadi aksi tembak-menembak. Saat itu Katrina Dawson ibu dari tiga anak tewas tertembak. Polisi menyatakan Dawson tewas karena peluru dari Monis. Selain itu Monis kemudian melakukan tembakan membabi buta dan mengakibatkan empat orang terluka. Dalam penyanderaan itu lima belas sandera masih hidup tetapi dua meninggal dengan tragis.
Monis, Lone Wolf?
Media di Australia menyebutkan bahwa aksi Man Harod Monis adalah aksi serigala tunggal (lone wolf) gila yang ingin agar dunia percaya bahwa dia adalah pejuang dari Islamic State. Monis, yang nama aslinya Mohammad Hassan Manteghi adalah seorang emigran Iran yang pada tahun 1993 mendapat suaka dari pemerintah Australia. Monis terlibat dalam kasus kekerasan dan pembunuhan, kini bebas dengan jaminan. Belum diyakini Monis mempunyai hubungan formal dengan organisasi teror.
Dia adalah muslim syiah dan selalu mengatakan bahwa operasi pemerintah Australia yang menangkapi simpatisan Islamic State pada bulan September 2014 di sekitar Sydney dan sekitarnya adalah sebuah perang melawan muslim (Baca: Analisis Ancaman ISIS di Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=9065). Monis menghadiri pertemuan dari organisasi Hizbut Tahir di Sydney. Organisasi itu menurut Monis bertujuan untuk mendirikan sebuah kekhalifahan global yang diatur oleh hukum Syariah. Saat diwawancarai sebelumnya Monis mengatakan, "Saya percaya pidato tidak cukup. Kita harus melakukan sesuatu."
Dengan demikian maka kemungkinan Monis sudah bergabung dengan kelompok pengikut Islamic State. Tindakan penyanderaan dilakukan karena rasa putus asanya setelah dalam pengadilan tinggi Monis kehilangan banding dalam kasus pembunuhan dan kekerasan seksual. Instabilitas mental, rasa kesal, keyakinan agama, serta tekanan hukum nampaknya sangat berpengaruh kepada Monis dalam melakukan aksi teror. Dia bukanlah pengurus sebuah mesjid dan bukan tokoh organisasi keagamaan.
Aksi tunggalnya bisa disebut sebagai aksi teror lone wolf memang. Monis terinspirasi oleh aksi Islamic State yang sangat radikal dan dia bertindak sendiri. Aksi ini tidak secara langsung dilakukan oleh IS atau Al Qaeda, tetapi untuk tercapainya tujuannya yang sama, yaitu teror, kekacauan dan promosi ideologi ekstremis. Ini bisa saja menginspirasi siapa saja, yang jelas Australia harus semakin waspada, kemungkinan aksi-aksi teror dengan pelaku tunggal bisa terjadi di kota-kota lainnya dengan ancaman yang lebih mengerikan yang dikenal sebagai "behead," (pemenggalan kepala).
Aparat keamanan Australia nampaknya kecolongan karena kepemilikan senjata Monis yang sedang dalam kasus kriminalitas. Atau mungkin ada support agent di belakang Monis yang memperalatnya, kita tunggu penyelidikan polisi Australia. Yang jelas dan pasti, aksi teror memang menakutkan, terlebih apabila disiarkan media dengan gencar.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H