Kemungkinan Kaitan QZ8501 dengan Kasus MH370 dan MH17
Memang hingga kini belum ada yang mampu menyimpulkan penyebab hilangnya QZ8501 tersebut. Pada umumnya mayoritas sementara berpendapat  bahwa pesawat mengalami kecelakaan (jatuh) karena disebabkan memasuki awan CB. Data pendukung beberapa pihak memang mendukung, karena pilot menyatakan melakukan berbelok kekiri dan request naik dari FL320 ke 380 karena menghadapi CB.
Mari kita lihat data intelijen 'the past', dimana beberapa fakta pendukung penulis analisis sebagai sebuah serangan psikologis (aksi teror). Dalam terminologi intelijen, teror adalah sebuah sarana pengalangan (penciptaan kondisi) untuk merubah kondisi target, agar mau berpikir, berbuat dan memutuskan seperti apa yang diinginkan si perencana. MH370 menurut penulis dibajak, penumpang dibunuh (ada teori diberhentikannya suply oxygen dan teori red out, pesawat sengaja di stall-kan dengan cara high speed stall).
MH370 kemudian diterbangkan ke Samudera Hindia Selatan dengan ketinggian hanya 5.500 ft untuk menghindari military radar Indonesia (meeting investigator di Australia, Oktober 2014). Dari teori intelijen pesawat dilenyapkan pembajak agar black box tidak ditemukan, dengan tujuan menutupi motif. Hingga kini memang pesawat belum ditemukan, walau sudah coba dicari dengan teknologi canggih sekalipun. Perencana teror  mampu melumpuhkan teknologi dengan memanfaatkan alam sebagai sarana terornya. Inilah kehebatan perencanaan aksi teror yang tetap merupakan sebuah misteri.
Dalam kasus MH17, pesawat mendadak ditembak di wilayah konflik Ukraina. Hingga kini tidak jelas mengapa hanya pesawat Malaysia Airline tersebut yang ditembak jatuh, sementara terdapat beberapa penerbangan di dekat titik kejadian. Black Box yang ditemukan tidak dapat berbicara banyak, karena semua penerbangan berlangsung normal. Mendadak pesawat hancur ditembak.  Setelah kejadian, pihak  Barat (AS) menyalahkan bahwa penembak MH17 adalah pemberontak terhadap pemerintah Ukraina yang mendapat dukungan Rusia dalam penembakan. Hingga kini tidak dapat dibuktikan siapa penembaknya. Kasus kemudian meleleh tanpa kejelasan. Hanya pihak Malaysia yang faham ada apa di belakangnya.
Dari dua kasus tadi, penulis berpendapat, bahwa nampaknya Malaysia Airlines menjadi target yang diserang. Jelas sebagai flag carrier, citra MAS sangat terkait dengan Malaysia. Penulis dalam beberapa artikel saat terjadinya kasus MH17 berharap semoga Garuda tidak dijadikan target serupa.
Kini kasus hilangnya pesawat Air Bus 320-200 Flight QZ8501 memunculkan misteri. Apakah terkait dengan penyebab serangan berupa  "pesan" teror? Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa Air Asia adalah perusahaan penerbangan low-cost carrier milik warga negara Malaysia (Tonny Fernandez). Air Asia Indonesia bisa disebut sebagai sister company (afiliasi ke Air Asia Malaysia). Di bagian hidung tertulis Indonesia dengan bendera merah putih. Tetapi tetap saja dengan nama Air Asia, akan diterjemahkan dengan brand milik Malaysia. Khusus untuk Air Asia Indonesia, menurut konon kabar sahamnya dimiliki oleh salah seorang konglomerat muda Indonesia, tetapi membeli sahamnya dengan beberapa perusahaan di luar negeri.
Nah, melihat kasus QZ8501, ada yang penulis cermati (sebagai hasil diskusi dengan rekan-rekan purnawirawan di PPAU), pertama, terhentinya ADS-B detect utamanya karena transponder pesawat mati. Menjadi pertanyaan mengapa transponder mati? Apakah sengaja dimatkan atau ada sebab lain . Kedua apabila dikaitkan dengan ELT yang tidak aktif, juga menarik dipelajari lebih lanjut. ELT (Emergency Locator Transmitter) dimonitor oleh satelit  merupakan no go item yang pada kasus ini tidak berfungsi sebenarnya mengapa?(Juwono).
ELT pada Air Bus 320-200 ini sama dengan ELT pada Boeing 737-900 , akan mulai on saat engine running dan off saat engine shut down, ELT akan mengirimkan auto signal (bekerja) apabila ada impact gravitasi 3,5 G atau masuk ke air. Signal ELT bisa ditangkap pada secondary frequency  di 121,5 Mhz (Djantun).