Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Dalami Keganjilan Air Asia di Juanda, di situ Awal Musibah QZ8501

4 Januari 2015   04:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:52 3113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John Nance, seorang mantan pilot Angkatan Udara dan konsultan ABC News, mengatakan bahwa bom mungkin telah diledakkan dari dalam pesawat sehingga pesawat mendadak hilang dari layar radar, dan pilot tidak sempat mengirimkan distress signals pada saat sebelum jatuh ke laut. Bom tersebut kecil dan mampu mengganggu sistem hidrolik pesawat. Pesawat ini sebagian besar diperkirakan masih utuh karena petugas bisa melihat bayangan pesawat di air yang relatif dangkal.

Dari pengumpulan dan penyelidikan data penumpang, Tim Disaster and Victim Identification (DVI) gabungan untuk AirAsia QZ8501 masih kesulitan mengontak pihak keluarga Copilot Remy Emmanuel Plesel. Keluarga Remy dibutuhkan untuk menghimpun data antemortem sebagai keperluan identifikasi. DVI pun meminta bantuan polisi internasional atau Interpol. "Kami kesulitan mengontak keluarga Remy Plesel yang ternyata ada di Karibia. Jadi kami minta bantuan Interpol," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Awi Setiyono dalam jumpa pers, Jumat (2/1/2015).

Plesel menjadi satu-satunya korban yang belum memiliki data antemortem. Menurut Awi, alasan transportasi menjadi kendala utama bagi keluarga Plesel datang ke Surabaya untuk menyerahkan langsung data antemortem tersebut. Data antemortem itu berguna untuk melakukan verifikasi.

Investigator Keselamatan Udara dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) A. Toos Sanintioso mengatakan bahwa kotak hitam (black box) yang diharapkan bisa memberikan jawaban terkait penyebab kecelakaan tersebut belum ditemukan hingga hari Jumat (2/1/2015). Sanintioso menduga pinger yang memancarkan sinyal lokasi kotak hitam tak berfungsi. Menurut dia, ada kemungkinan pinger bersama kotak hitam telah rusak akibat hantaman yang sangat keras. KNKT kini sedang berusaha terus menemukan black box, menurut ketua KNKT Marsda TNI (Pur) Tatang Kurniadi (teman penulis satu angkatan di AU), fokusnya mencari suara dan sinyal yang dipancarkan dari black box.

Analisis

Basarnas dibawah pimpinan Marsdya TNI FHB Sulistiyo telah menunjukkan hasil yang sangat baik, mampu mengordinasikan dalam waktu singkat kekuatan yang ada dalam membantu Basarnas untuk menemukan Air Asia QZ8501. Kemampuan Basarnas perlu di apresiasi karena dalam waktu tiga hari mampu menemukan puing, lokasi jatuhnya pesawat serta mengevakuasi beberapa jenazah. Sulistyo kelahiran 1959 itu adalah alumnus AAU 1982 dan pernah disebut menjadi calon Kasau yang akhirnya terpilih Marsdya Agus Supriyatna.

Basarnas bertugas mencari dan menemukan pesawat serta penumpang, disisi lain terdapat BIN, BNPT dan Intelijen Polri yang penulis perkirakan akan mendalami latar belakang dari sisi lain kecelakaan ini. Penulis menyusun artikel dengan judul "Hilangnya Air Asia QZ 8501 Dari Sudut Pandang Intelijen", (http://ramalanintelijen.net/?p=9394), yang menyoroti kemungkinan kaitan antara kecelakaan MH370, MH17 dan QZ8501. Ketiganya adalah perusahaan Malaysia, walaupun saham Indonesia Air Asia diberitakan 51 persen dimiliki orang Indonesia (Tidak diberitakan p[emilik dan tidak dimunculkan oleh media). Yang terlihat sibuk adalah Tony Fernandes, warga negara Malaysia, CEO Air Asia.

Nah, dari beberapa fakta diatas, terlihat bahwa ada sesuatu yang memang harus didalami dari Bandara Juanda terkait Air Asia. Apabila ditinjau dari fakta-fakta tehnis operasi penerbangan, ada pengabaian dari Air Asia terhadap laporan cuaca dari BKMG yang seharusnya juga tertera dalam flight plan kepada pilot sebelum terbang. Tidak diberikannya kondisi cuaca akhirnya menyebabkan pilot hanya mengandalkan radar cuaca, tanpa mengetahui peta cuaca secara utuh. Entah apakah data lainnya juga diberikan kepada pilot? Apakah flight lengkap atau tidak? Ini sebuah pertanyaan.

Menarik yang disampaikan panel diskusi CNN, dimana Iriyanto akhirnya harus menghadapi intertropical convergence storm ganas yang dihadapkan dengan keterbatasan kemampuan pesawat. Ini salah satu titik kerawanan dari manajemen Air Asia terkait flight QZ8501, dimana kerawanan menurut teori pengamanan intelijen adalah titik lemah apabila kemudian alam menjadi jauh lebih tidak bersahabat, makin ganas akan menyebabkan kelumpuhan, bahkan kelumpuhan permanen (pesawat jatuh). Perlu diteliti sejak kapan pilot tidak mendapat briefing tentang cuaca, kalau cuaca menjadi penyebab seperti yang diperkirakan? Atau mungkin bukan hanya Air Asia saja.

Kedua, Air Asia melakukan pelanggaran prinsip, melakukan penerbangan di hari yang bukan jadualnya. Sebuah pertanyaan bagi lid intelijen, mengapa dia tidak mengajukan ijin dan mengapa melakukan pelanggaran? Apakah alasan peak season cukup menjadi alasan bagi Air Asia yang nekat melanggar ketentuan, kini hanya dibekukan sementara. Kita lihat bagaimana reaksi Menhub Jonan atas pelanggaran yang sangat prinsip ini. Penulis membacanya ada sesuatu dibalik ke-"nekatan"-an ini.

Masalah lain yang juga perlu menjadi perhatian, mengapa pesawat mendadak lenyap dari radar? Hanya berselang dua menit mendadak hilang. Mengenai menghilangnya dari radar, masih menjadi pertanyaan apakah pesawat dalam kondisi stall? Dalam kondisi ini Capt Iriyanto penulis perkirakan akan mengirimkan distres signal. Menurut Pangkohanudnas Marsda Hadian, Iriyanto pernah, saat latihan dog fight dengannya (sebagai pilot pesawat tempur F5E Tiger II) pernah mengalami kondisi emergency stall dan dia mampu mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun