Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Awasi Kemungkinan Sabotase Pesawat Pengangkut Chan dan Sukumaran

1 Maret 2015   15:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:19 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14251731632055872394

Nah, bagaimana dengan Australia? Penulis sebetulnya mencurigai Australia yang menempatkan dirinya sebagai Deputy Sherif AS di kawasan Asia ini. PM Australia kini masih terus berusaha menyelamatkan, paling tidak jangan sampai Chan dan Sukumaran di eksekusi. Penulis membuat artikel dengan judul "Waspadai Kemungkinan Langkah Ekstrem Australia Terkait Eksekusi Mati," http://ramalanintelijen.net/?p=9517. Penulis menyarankan pengamanan dua gembong narkoba itu diperketat terhadap kemungkinan tidak penculikan penyelamatan. Memang banyak yang menilai kecil kemungkinan pasukan khusus Australia melarikan keduanya dengan operasi khusus.

Penulis mengapresiasi langkah Panglima TNI yang meningkatkan pengamanan di Bali, khususnya dalam kaitan eksekusi mati tersebut. TNI menggelar satu flight pesawat tempur Sukhoi 27/30 di Bandara Ngurah Rai dan menempatkan pasukan khusus. Juga TNI menyiagakan kapal perangnya di kawasan Samudera Hindia (Selatan Indonesia). Jelas dalam hal ini Bais TNI juga sudah memonitor gerakan senyap pasukan khusus  Australia yang dikabarkan melakukan latihan penyelamatan sandera di NSW dan Darwin.

Mengapa rencana eksekusi gembong narkoba demikian serius? Ini adalah pertaruhan pemerintah Australia atas keselamatan warganya dari hukuman mati yang tidak diberlakukan di Australia. Yang dipertaruhkan adalah kredibilitas serta citra pemerintah. Disamping itu, popularitas Abbott juga sedang mengalami penurunan, dan baru saja dia selamat dari voting mosi tidak percaya. Berarti kita bisa menilai yang utama adalah kepentingan nasional Australia sebagai negara yang merasa besar di kawasan Asia, ini intinya.

Mengingat Indonesia sudah melakukan pengamanan sangat serius, kini langkah operasi khusus militer jelas dapat ditangkal oleh TNI, jelas Australia tidak berani mengambil resiko apabila harus berhadapan TNI yang sudah siaga. Unsur penggentar TNI sudah siaga di Bali dan sekitarnya. Kemampuan pesawat tempur Australia kini berada dibawah kemampuan pesawat tempur TNI AU (Baca artikel penulis ; "Australia makin Gundah dengan Modernisasi Alutsista TNI AU," http://ramalanintelijen.net/?p=6833 ).

Lantas, apa perkiraan langkah penyelamatan pihak Australia. Pada prinsipnya, pemerintah Australia tidak mengharapkan   tekanan dalam kasus dua warga negaranya ini. Pada intinya eksekusi tidak dilaksanakan. Chan dan Sukumaran tidak ditembak mati di Nusakambangan.

Nah, dalam kaitan ini, dari sudut pandang pengamanan intelijen, Indonesia sebaiknya mewaspadai operasi intelijen pihak Australia. Jelas dengan kemampuannya, mereka akan mampu menyadap jalur komunikasi baik pejabat mulai dari Presiden Jokowi, Wapres JK , Jaksa Agung, Menkum HAM, Pejabat Polri serta pejabat-pejabat terkait lainnya. Mereka mampu memonitor perkembangan nasib Chan dan Sukumaran. Baik didalam selnya maupun saat akan dipindahkan ke Nusakambangan.

Disinilah penulis menyarankan pengetatan pengamanan penggeseran. Kedua terpidana akan digeser dengan pesawat tebang charter. Apakah sudah dipikirkan kemungkinan upaya sabotase saat pemindahan. Pesawat terbang akan sangat mudah di sabot apabila pelaksana tidak di-cover oleh aparat intelijen udara yang terlatih. Dalam pemahaman pengamanan intelijen, harus dilakukan beberapa langkah tindak yaitu, pengamanan personil, marteriil, informasi dan kegiatan.

Pengamanan yang dimaksud adalah bagaimana pelaksana ops geser melakukan pembatasan informasi dalam kegiatan penggunaan pesawat terbang saat menggeser. Pesawat harus  disteril dalam 24 jam, dan para crew harus dicek satu persatu latar belakangnya, demikian juga petugas ground handling, untuk menghindari disusupkannya bom dalam pesawat. Pada dasarnya pengamanan penerbangan Chan dan Sukumaran harus diperlakukan mirip sebagai VVIP.

Pertanyaannya, mengapa sampai sejauh itu? Inilah yang harus kita antisipasi, bagi pemerintah Australia, yang penting kedua warganya jangan sampai berhadapan dengan regu tembak. Apakah mungkin Australia melakukan sabotase pesawat? Semestinya kita jangan lupa, bahwa jaringan narkoba di Indonesia sangat besar dan kuat, bisa saja mereka dimanfaatkan oleh aparat intelijen Australia.

Kesimpulannya, apabila upaya diplomasi, lobi, ancaman gagal dalam upaya penyelamatan, langkah paling ekstrem kini hanyalah sabotase pesawat pengangkut tahanan. Ini yang paling mungkin dan paling kecil dampaknya. Pesawat terbang apabila jatuh sulit dibuktikan penyebabnya. Terlebih apabila peyabot adalah mereka yang ahli dalam bidang penerbangan. Kira-kira demikian, yang penting lakukan counter intelijen apabila tidak mau kecolongan. Bagi Australia yang penting keduanya tewas dalam sebuah kecelakaan lebih baik daripada tewas ditembak mati, masyarakat akan menerimanya lain. Seperti Brasil, warganya lebih baik gila tetapi tidak dihukum tembak. Pemerintahan Rousseff tidak akan menerima resiko dari rakyatnya.

Sepertinya kok mengada-ada soal sabotase ini? Inilah cara berfikir intelijen, melihat, membaca serta membuat perkiraan apa langkah dari lawan. Cara pandang dengan dasar melihat kemungkinan terburuk adalah langkah pengamanan dalam arti yang sebenarnya, maksudnya agar kita tidak terkena unsur pendadakan apabila itu memang terjadi. Kembali dua kata keramat,  "Who knows?".

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun