Mohon tunggu...
Prayitno
Prayitno Mohon Tunggu... Tentara - Blog pribadi

Marsma TNI (Purn) Prayitno.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Morotai: Surga Pariwisata di Indonesia Timur

19 Desember 2021   15:10 Diperbarui: 19 Desember 2021   15:28 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI Joko Widodo ketika melakukan penandatanganan prasasti Kawasan Ekonomi Khusus Morotai/dokpri

          

Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya meningkatkan devisa negara melalui beragam cara dan salah satunya melalui pariwisata. 

Pada sebuah webinar bertema Di Indonesia saja tentang pengembangan pariwisata di wilayah Indonesia Bagian Timur yang dicetuskan oleh PT Jababeka Morotai bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) di Gedung Batavia, Jakarta Pusat, (10/12/2021) dengan dua pembicara utama yakni President/CEO PATA Indonesia Chapter dan President ASITA dan juga tiga narasumber masing-masing Presiden Direktur PT Jababeka Morotai, Ketua DPD ASITA Sulawesi-Selatan dan Ketua DPD ASITA Sulawesi-Utara, perlu diacungi jempol.  

Hal ini karena di saat seluruh negara di dunia sedang bekerja keras mengatasi dampak pandemik global, terdapat sejumlah anak bangsa yang berusaha untuk mengembangkan wilayah Indonesia bagian timur melalui sektor pariwisata. 

Tidak banyak negara di dunia yang mengandalkan pemasukan devisa negara melalui pariwisata yang disebabkan minimnya kekayaan SDA yang akan ditampilkan kepada wisatawan, selain juga kurangnya SDM yang mumpuni dari negara tersebut. 

Menyadari pentingnya sektor pariwisata sebagai salah satu unggulan devisa negara, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pariwisata ditetapkan sebagai salah satu sektor ekonomi unggulan.  

Untuk itu, semua  Kementerian harus mendukung seluruh program kepariwisataan nasional. Ketegasan Presiden Jokowi tersebut diungkapkan pada tanggal 1 April 2019 saat menetapkan Morotai sebagai salah satu Zona Ekonomi Khusus di Indonesia dengan penandatanganan prasasti Kawasan Ekonomi Khusus Morotai.  

Lebih dari itu, Morotai dipilih sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional dan bahkan dikatakan sebagai salah satu dari 10 Bali Baru (one of the 10 New Bali).   

Sebelumnya, khususnya pada dekade 80-90an, di Indonesia terdapat hanya tiga kota sebagai tujuan pariwisata utama yakni Jakarta sebagai the First Visit Destination, Yogyakarta the Second dan Bali the Third/Final Destination. 

Kunjungan tamu resmi diterima dan diselesaikan di Jakarta, kemudian berekreasi ke Yogyakarta dan ke Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia, selanjutnya tour ke Bali dan kembali lagi ke Jakarta untuk pulang ke negara asal tamu.  

Kebijakan tersebut berakhir saat krisis moneter melanda dunia, termasuk Indonesia. Dengan pemilihan Morotai dan kota lainnya sebagai destinasi wisata, bahkan Morotai dan Manado ditetapkan sebagai Sister-City,  perlu didukung penuh baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta pihak swasta andalan yang dapat dipercaya dan diunggulkan. 

Hal ini dikarenakan sebagian wilayah Indonesia masih banyak kekurangan, baik struktur maupun infrastrukturnya dan secara tidak langsung membutuhkan pembiayaan anggaran yang tidak sedikit. 

Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI didukung oleh semua stakeholder terkait perlu terus bergegas mendorong perintah Presiden RI dengan mengembangkan zona-zona wisata secara bertahap, sehingga menjadi ciri khas daerah wisata tersebut.

Sebenarnya di hampir semua titik-titik wisata unggulan di Indonesia, daerah wisata tersebut telah memiliki kekhasan kegiatan wisata tertentu. Sail Bunaken di Manado, tahun 2009, misalnya, telah mampu menampilkan Armada ke-7 Komando Pasifik (sekarang Indo-Pasifik) AS yakni Kapal Induk George Washington dengan satuan gugus-tugasnya.  

Tampilan yang menarik adalah saat seluruh kekuatan alat perang tersebut melakukan fleet review  dan Komandan Satuan Gugus tersebut berbicara dan  menyapa Presiden SBY dan Ibu Negara serta seluruh pengunjung yang hadir, di samping menampilkan pesawat terbang tempur yang lepas landas dari geladak kapal-induk tersebut. 

Tidak ada negara lain di dunia yang mampu menampilkan satuan gugus tugas tempur laut AS dalam suatu kegiatan semacam Sail Bunaken 2009. Kapal Induk AS Abraham Lincoln yang lego jangkar di laut lepas Aceh pada awal 2005 berbeda tujuan, karena sedang memberikan bantuan kemanusiaan sehubungan terjangan bencana tsunami akhir Desember 2004.    

Selain bernilai strategis, Morotai memiliki nilai sejarah yang melibatkan AS dan sekutunya pada PD-II sebagai pangkalan aju Panglima legendaris Sekutu Jenderal McArthur dalam menahan serbuan Jepang sebelum lanjut ke Australia.  Infrastruktur yang telah dibangun PT Jababeka Morotai, sebagaimana dijelaskan Presdir-nya, guna mendukung pengembangan wilayah  telah sangat lebih dari sekedar memadai.  

Pengembangan jalur link melalui direct flight antar kota di sejumlah pulau wilayah Indonesia timur, hingga ke Darwin, Australia-Utara, (sebenarnya lebih tepat Sydney), merupakan langkah strategis. Bahkan Dubes Polandia untuk RI, Mrs. Beata Stoczyska, didampingi keluarga beserta rombongan telah mengunjungi Morotai selama seminggu pada akhir November yang lalu atas undangan Presdir PT. Jababeka Morotai. 

Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan selain dari langkah yang dilakukan  seperti yang juga dikembangkan oleh sejumlah negara yang sektor pariwisatanya telah maju, misal Pulau Sentosa, Singapura, yang 'memindahkan'  beberapa keajaiban dunia ke wilayah tersebut, seperti Universal Studio, Menara Eiffel, kincir raksasa the Eye of London, dlsb.  

Perairan sempit di antara beberapa pulau kecil mereka tutup dengan pasir putih yang didatangkan dari Indonesia dan Kamboja.  Di Kamboja, selain Angkor Wot, mereka juga membuka tempat bekas penyiksaan  tahanan oleh pasukan Khmer Merah pimpinan Pol Pot, dikenal sebagai bangunan P-21, sedangkan di Hanoi, Vietnam, Musoleum berisi tubuh Ho Chi Min yang dibalsem, terus didatangi pengunjung.  

Belum di Thailand, Korea Utara, Malaysia dan Filipina. Indonesia  benar-benar memiliki lebih dari sekedar itu. Harus ada pemikiran strategis tentang apa yang akan dibangun sebagai benchmark Morotai.

Sejumlah langkah, di luar yang telah disusun PT. Jababeka Mototai,  untuk merealisasikan program yang telah dirintis tersebut perlu diaktualisasilan dengan terjadwal, terprogram dan terlaksana serta terkelola dengan profesional dan profitable, antara lain :

Pertama,  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sebagai regulator dan instansi di bawahnya termasuk Pemda harus turun tangan secara penuh dengan kebijakan yang pro-rakyat dan terintegrasi, misal pertemuan kementerian dan lembaga negara yang bersifat nasional dan regional bahkan internasional dapat diselenggarakan di Morotai.  Ini akan menyangkut pembiayaan lebih besar, namun tujuannya untuk peningkatan pengembangan pariwisata nasional;

Kedua, PT Jababeka yang telah menyiapkan infrastruktur, harus mampu menyiapkan sarana  dan tempat yang berkategori MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).  Hotel-hotel di Phuket, Thailand dan di Pulau Langkawi, Malaysia, telah dipersiapkan dengan baik walau Pameran LIMA di Langkawi dilaksanakan sekali dalam dua tahun;

Ketiga, perlunya pengembangan dan peningkatan bandara dan pelabuhan setempat, misal landasan pacu yang diperpanjang dan diperlebar serta dermaga tempat bertambat kapal pesiar atau kapal penumpang, guna kemudahan direct flight dan pelayaran kapal pesiar terjadwal antar kota di antara pulau-pulau yang telah diprogramkan.  

Selain itu, perlu dipikirkan wisata dengan sea airplane seperti di Sydney dan mini submarine untuk wisata bawah air.  Juga jet ski dan sarana evakuasi penyelaman dengan standar dunia perlu tersedia.

Keempat, SDM pengelola bandara dan pelabuhan sebagai pintu gerbang masuknya wisatawan dalam negeri atau wisatawan luar negeri dan pengunjung umum harus memiliki hospitalitas yang memadai, terlebih bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah.  Sedangkan aparat keamanan 24-jam harus lebih manusiawi, namun mampu bertindak tegas.  

Di Pulau Sentosa Singapura, Pantai Pattaya, Thailand, Pantai Waikiki, Hawaii, dan perairan sekitar Opera House, Sydney, Australia,  jarang terlihat petugas berseragam, padahal mereka ada di sekitar pengunjung;  

Kelima, Sarpras di wilayah resort pariwisata Morotai perlu disediakan free shuttle bus atau kendaraan kecil dan sepeda motor bertenaga listrik serta sepeda ontel untuk gowes sehingga semua ramah lingkungan.  

Selain itu, perlu ada peluang pertandingan golf atau turnamen tenis lapangan kawasan dan internasional setara Wimbledon dengan para pemain tingkat dunia.  Juga selain untuk health tourism, perlu dipikirkan wisata reliji tingkat regional dan internasional di Morotai.  

Keenam, hal yang sering dilupakan adalah pelibatan Perwakilan RI di luar negeri, seperti KBRI dan Konjen RI.  Mereka harus diajak rembug guna berperan sebagai corong pariwisata nasional agar pengembangan Morotai sebagai surga pariwisata di wilayah Indonesia Timur akan dikenal lebih luas di mancanegara melalui pameran, tayangan iklan di TV negara tersebut, selain jurnal, leaflet, majalah atau buletin KBRI.

Semua program tersebut terkesan sangat rumit.  namun usaha besar ini akan mengangkat nama Indonesia semakin harum melalui  pariwisata baik di lingkup kawasan maupun internasional.  

---------------------------------------- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun