Yang terbayang bila libur panjang tiba adalah antrian kendaraan bermotor memadati setiap ruas ruas jalan disetiap daerah tujuan wisata. Wajah wajah lelah, stress, pasrah, Â jengkel, Â ditambah suara klakson yang memekakkan telinga dan suara anak-anak yang merengek menambah suasana semakin emosi dan tak terkendali.
Belum lagi melihat supir angkot yang ugal-ugalan menerobos antrian tanpa perasaan "bersalah". Â "semakin lengkap lah penderitaan" Â Maksud hati, menenangkan jiwa menyenangkan keluarga, Â apa daya belum sampai ke tujuan sudah lemas duluan.
Seperti biasanya kota wisata Parapat pun penuh sesak nyaris tak bergerak karena kapasitas daya tampung kendaraan pun sebegitu adanya mau direkayasa bagaimanapun tetap saja tak mampu menampung luberan kendaraan yang datang dari seluruh penjuru kota
Kalo kawasan wisata Tomok apalagi, manusia berjubel seperti semut keluar dari sarang. jalan masuk dan keluar orang tak dipisahkan akhirnya macet dan berdesakan.
Pengelola hanya mengutip uang retribusi masuk tanpa memikirkan bagaimana membuat pengunjung nyaman. Kadang kapal pun tak punya tempat untuk bersandar karena pelabuhannya memang dari dulu tak pernah dikembangkan. Ferry penyeberangan sudah pasti antrinya dari pagi sampai siang dari siang terus ke malam untuk pengunjung segera siapkan makanan dan minuman, agar tak haus dan kelaparan. kamar hotel yang sudah dipesanpun kadang tak sempat digunakan karena waktu sudah habis dijalan.
Kepada penduduk setempat harap bersabar ada yang kebagian karena pandai memanfaatkan peluang ada juga yang cuma diam menggumam, memandang keramaian dalam ruang kehampaan cuma jadi korban dari kemajuan jaman.
Lain Parapat Lain pula Berastagi,  Kalau macet memang sudah mulai menjadi pemandangan keseharian  Katanya macet adalah "indikasi dari sebuah kemapanan,  atau ketidak disiplinan?"
Berastagi - Medan biasa 2 Jam jadi 4 jam.
Pasar buah pun tak mampu menampung kepadatan kendaraan sering terjadi kendaraan terjebak di keramaian setelah merayap jauh jangankan dapat ruang untuk parkir untuk sekedar memutar saja harus pergi berjauh jauh dulu keluar kota untuk kemudian siap siap untuk bermacet macet lagi. "Pusing memang..!"
Di objek wisata pasar buah kotoran kuda pun kadang berserakan aromanya berseliweran tak ada yang peduli.
Ruang terbuka hijau ada tapi belum termanfaatkan pompa bensin ditengah kota pun jadi salahsatu biang kemacetan semua jadi tak karuan.
Satu lagi tambahan dikala musim hujan seperti sekarang harap berhati-hati bila melewati kawasan hutan dan perbukitan karena rawan bencana setiap saat bisa terjadi tanah longsor.
Sudah seharusnya pemkab setempat bersiaga mengantisipasi dengan menyiapkan posko penanggulangan bencana di titik titik yang dicurigai rawan longsor dengan  alat berat yang standby setiap saat. Selain juga mencarikan solusi bagaimana agar kemacetan bisa dikurangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H