Seorang teman tiba-tiba menyapaku dengan ucapan, "sudah beralih bro?" katanya sambil tersenyum melihatku berjalan bersama empat orang bule yang kebetulan juga adalah tamu yang dipercayakan untuk kubawa. Maklum saja karena memang sudah lama sekali aku tidak bekerja memandu tamu bule.
Membuat banyak teman seprofesi merasa heran dan agak agak menertawakanku.
Karena sudah hampir sepuluh tahun ini aku banyak memandu tamu kalau tidak dari malaysia ya pasti dari negeri sendiri yaitu Indonesia. Â Diantaranya dari Jakarta juga dari daerah seperti Kalimantan, Surabaya atau dari daerah lainnya.
Perbedaan cara kerjanya pun sudah pasti berbeda, misalnya kalau turis bule atau orang eropa mereka biasanya lebih "mandiri" dibanding turis dari negara seperti Malaysia dan Indonesia.  Mandiri disini artinya mereka tidak mau terlalu "merepotkan" pemandunya.sehingga begitu check-in hotel pemandu wisatanya  langsung 'bebas tugas' sampai besok paginya ketemu sehabis sarapan, untuk melanjutkan acara sesuai yang diprogramkan.
Sementara untuk tamu seperti malaysia, Indonesia maupun Singapura karena paket  tour termasuk makan siang dan malam atau dalam istilah pariwisata biasa disebut "Full board."  Oleh sebab itu pemandu wisata biasanya bekerja sampai selesai makan malam bahkan tidak jarang pula harus menunggu sampai larut malam khususnya bila membawa rombongan dari dalam negeri sendiri karena biasanya setelah makan malam "makan durian ucok" termasuk sebagai "highlight" acaranya.
Dalam hal pemberian informasi pun ada perbedaan misalnya apa apa yang tidak ada di benua eropa terutama dari Belanda bisa jadi bahan pembicaraan, misalnya pohon sawit, karet dan berbagai jenis buah buahan semua bisa jadi bahan untuk diinformasikan.
Begitu juga dengan perbedaan budaya antara Indonesia dengan orang Belanda bisa juga dijadikan bahan pembicaraan Contohnya, bersendawa dimeja makan bagi kita disini itu hal yang biasa tapi tidak bagi orang eropa pada umumnya.
Menyisi hidung di Meja makan itu hal yang biasa bagi mereka tapi sangat menjijikkan buat kita.
Disinilah letak perbedaan antara orang Indonesia dengan orang eropa khususnya Belanda karena memang orang Belanda adalah turis eropa yang paling banyak berkunjung ke Indonesia khususnya Danau Toba.
Selain perbedaan seperti diterangkan diatas masih ada lagi perbedaan yang lain misalnya, Â dalam hal "spending money" atau membelanjakan uang bagi turis eropa kebanyakan menghabiskannya untuk makan dan minum sedikit sekali yang membelanjakan uangnya untuk membeli oleh-oleh atau souvenir apalagi untuk kawan atau tetangga.
Kalau pun membeli mungkin untuk koleksi sendiri.
Karena mungkin tetangganya pun ga pernah bilang, "jangan lupa oleh olehnya ya..!
Beda dengan turis dari malaysia yang mengunjungi Danau Toba, Berastagi dan Medan mereka suka memborong semua mulai dari kain sarung, Â gantungan kunci, kain bakal baju, telekung dan tak lupa buah Salak, Â buah kasemak dan banyak lagi.
Bagaimana pula dengan turis domestik Indonesia?
Kalau di luar negeri turis Indonesia itu termasuk yang terkenal paling royal membelanjakan uangnya, Â begitu juga kalau mereka berkunjung ke Medan biasanya mereka akan menyerbu tempat oleh oleh khususnya, oleh oleh makanan mulai dari berbagai macam kueh mulai dari bika Ambon, bolu meranti, Rumah Markisa Noerlen, Napoleon, Laopo pia tak ketinggalan Durian Ucok.
Dan untuk mengangkutnya pun kadang memerlukan mobil khusus pengangkut barang.
Memang pariwisata itu "dahsyat" dalam sekejap para pengusaha oleh oleh bisa mendapatkan omzet sampai berjuta juta.
Itulah dia industri tanpa asap atau "non smoking industry" Â tapi menciptakan banyak peluang bisnis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H