150 ribu bisa tawar mau berapa? Â Tawarlah.. !
Ungkapan yang sering terdengar bila kita mengunjungi desa wisata Tomok atau Ambarita di Pulau Samosir Danau Toba.
Sambil mengacungkan  barang dagangannya kepada pengunjung yang lewat inang inang sebutan untuk ibu ibu disana berjuang dan berusaha agar dagangannya laku dan dibeli oleh para pengunjung.
Cuma yang kadang menjadi perhatianku adalah kenapa ketika menawarkan barang dagangannya mereka selalu menyebutkan jumlah nominalnya lalu dibubuhi dengan kata boleh "tawar" maksudnya boleh ditawar kenapa tidak langsung saja buat label harga seperti di shopping centre atau di Mall di kota besar.
Sehingga para turis tidak merasa tertipu ketika  ternyata secara tak sengaja mereka dapati di tempat lain harga dari benda yang sama jauh lebih murah ketimbang barang yang sudah dibelinya. Cuma gara-gara kurang pandai atau tak sampai hati menawar terlalu rendah.
Dan ini sudah sering terjadi didaerah wisata pada umumnya di Indonesia khususnya di Daerah wisata disekitar danau toba. Cara cara berdagang seperti ini bagi sebagian kalangan dianggap lumrah tapi tidak bagi para pembeli yang kritis.
Mereka kadang sampai mengumpat tak akan pernah mau lagi berbelanja atau datang lagi ke danau toba.
Sudah seharusnya cara cara dagang seperti ini patut untuk dihindari mengingat semakin kritisnya pengunjung yang datang dan untuk memberikan kesan yang baik kepada setiap wisatawan yang datang ke setiap daerah wisata tak terkecuali Danau toba dan sekitarnya.
Biar untung sedikit tapi banyak pembeli daripada sekali untung banyak tapi orang jadi jera untuk berbelanja bahkan takut mau datang lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H