Mohon tunggu...
ono Prayetno
ono Prayetno Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Bekerja sebagai Pramuwisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengunjungi Sekolah di Pulo Samosir Bersama Serombongan Bule dan Seandainya "FDS" Jadi Diberlakukan

11 Agustus 2016   15:29 Diperbarui: 11 Agustus 2016   15:38 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bon..bon..!   Money.. money..!

Anak anak itu terus berlarian sambil berteriak teriak mendekati rombongan kami dan mereka bergerombol mengelilingi kami. macam macam celotehan keluar dari mulut mulut mereka yang mungil. Sambil senyum dengan mata yang penuh rasa ingin tahu mereka terus mendekat sampai tak ada lagi ruang untuk turis turis itu bergerak.

Aku coba menenangkan mereka agar mereka tertib sambil menyuruh mereka berdiri membentuk setengah lingkaran dan menyuruh mereka untuk menyanyi, " ayoo adik adik sekalian kita nyanyi sama sama ya..!"  Kataku dan disambut riuh oleh anak anak itu. Mereka pun menyanyikan lagu yang biasa mereka nyanyikan di sekolah mereka dengan sebuah harmoni yang sangat indah dengan suara yang masih terdengar ciri kekanak kanakannya yang berlogat batak.

Mereka adalah anak anak yang selalu mengiringi kami setiap kali aku membawa Rombongan turis  menuruni bukit Parmonangan di Pulo Samosir  yang kebetulan setiap kami sampai di perkampungan  anak anak ini sudah keluar dari sekolahnya.

Kadang kami pun singgah juga di sekolah mereka bertemu dengan para pengajar yang semuanya ramah ramah dan mengijinkan kami untuk masuk kedalam kelas melihat bagaimana proses belajar dan mengajar di Sekolah Dasar di kampung ini. Dan biasanya disetiap  aku Datang dengan rombongan yang kebanyakan dari Belanda mereka para guru selalu kerepotan menenangkan anak anak yang berlarian riang dan gembira segera ingin mendekat kearah kami..guru guru itu kadang terpaksa berteriak lantang sambil memukul mukul mejanya menggunakan penggaris kayu agar anak anak itu tenang sedikit mengganggu memang untuk kelas yang muridnya sedang belajar, karena mata mereka semua tertuju bukan kepadaku yang Indonesia tapi kepada turis turis yang dibelakangku. ( sedikit diskriminatif hehehe)

"tenang semua jangan ribut..! Kata guru yang kelasnya kami masuki.

"semua lipat tangannya..!"  Sambil memberikan aba aba "satu..dua, tiiiiga !"  Dan murid murid itu semua mengikuti dengan tertib.

"ayo sekarang semua kasi salam kepada tamu tamu kita..satu, dua.., tiiga..!! " H O R A S !!!"  Dengan serentak anak anak itu berteriak sesukanya dengan nada  yang terdengar beragam menggema ke seantero ruangan kelas itu.

Dan kemudian bu guru menyuruh anak anak itu berdiri sigap masih dibelakang meja belajar masing masing ,

"sekarang ayo kita bernyanyi sama sama"  seperti seorang dirigen bu guru menggerakkan tangannya sambil memberikan contoh suara dan memimpin murid muridnya membawakan lagu kebangsaan kita "Indonesia Raya" yang mereka nyanyikan dengan penuh hikmat dan mimik wajah serius dan kemudian disusul dengan Lagu "father Jakoob" (versi indonesia) yang kemudian membuat suasana jadi berubah seketika, tanpa dikomandoi bule-bule itupun tak tahan untuk tidak ikut bernyanyi didalam lagu yang sama "father Jakoob" tentu dalam versi bahasa belanda.

Suasana jadi begitu indah seolah tidak ada lagi jarak diantara kami semua tumpah ruah menyatu dalam sebuah kehangatan kekeluargaan. Kadang sering tak terasa membuatku meneteskan airmata (sok punya perasaan hehehe) airmata keharuan akan ketulusan orang orang  di Sekolah ini  yang setia menjaga dan mendidik anak anak ini untuk sebuah tujuan mulia yaitu membentuk generasi Indonesia yang berkarakter. Sekolah ini letaknya agak jauh dilereng bukit terpisah dari perkampungan. Anak anak itu, mereka sudah terbiasa berjalan jauh dari kampungnya menuju sekolah dibawah teriknya panas matahari di Pulo Samosir ini, bahkan diantara mereka berjalan tanpa alas kaki juga tanpa bekal makanan atau sekedar air untuk diminum.

Satu yang menjadi perhatianku disetiap kunjungan ke sekolah ini hampir tidak ada murid murid yang berbadan tambun atau gemuk, semua kelihatan kecil kecil mungkin karena kelelahan. Karena masih banyak sekali murid murid yang harus berjalan kaki setiap hari menempuh jarak  dua sampai tiga kilometer untuk sampai ke sekolah mereka.

Bisa kita bayangkan seandainya program Full Day School diberlakukan di sekolah kampung ini, bisa bisa semua  muridnya akan terkena Gizi buruk karena kelelahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun