Mohon tunggu...
Prawira Tama
Prawira Tama Mohon Tunggu... Insinyur - Pembaca

Prawira Tama, lahir di Lumajang dan hidup secara nomad di beberapa kota. Pernah terlibat dalam beberapa penulisan buku bersama. Buku (solo) kumpulan puisinya akan terbit segera.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

PPKM

14 Juli 2021   11:30 Diperbarui: 14 Juli 2021   11:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelan-pelan kematian mengecupku
seperti kecupan Dementor dari Azkaban.

Ambil saja jiwa ini!
Jiwa yang sudah gila
karena mabuk dunia.

Siapa tahu di balik kematian
nurani akan bangkit lagi
dengan nyawa paling suci.

Pelan-pelan kematian menggerayangi
seolah aku takmampu gembira
seolah aku sengsara dibuatnya.

Padahal ketakutanku lebih dulu
terbunuh oleh kata-kata Kiai Baha
yang digema Om Ded di podcast lalu.

Hidup perihal menjawab kematian
bila memang mati harus diterima
akan kurayakan dengan gairah menggelora.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun