Mohon tunggu...
Prawira Tama
Prawira Tama Mohon Tunggu... Insinyur - Pembaca

Prawira Tama, lahir di Lumajang dan hidup secara nomad di beberapa kota. Pernah terlibat dalam beberapa penulisan buku bersama. Buku (solo) kumpulan puisinya akan terbit segera.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asal-usul Rengginang

22 Maret 2021   11:45 Diperbarui: 22 Maret 2021   12:04 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nasi sudah tak mau lagi menjadi bubur
Dia bosan bersikap pasrah menanggapi kenyataan
Tampak lemah diaduk lakon keserakahan

Suatu hari di terik siang dia mengeras hati
Merenung tentang masa lalu yang indah
Di mana tanah kelahiran berwarna hijau padi
Orang-orang menyebutnya sebagai sawah
Tempat asal mula harapan singgah
Tanah yang subur untuk menanam rezeki
Diairi oleh tetes keringat para petani

Kini sawah menjelma bangunan-bangunan
Siang menjadi bertambah terik
Dan nasi semakin keras hati
Dalam perenungannya terbisik impian
Dia ingin meremah-remah kegundahan
Menikmati hidup dengan cara paling renyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun