Mohon tunggu...
prawinda anzari
prawinda anzari Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati gender dan media. Dosen Sosiologi Universitas Negeri Malang

Meluangkan waktu untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen Sosiologi UM Berikan Literasi Digital Untuk Pencegahan Cyberbullying

25 Juli 2020   22:02 Diperbarui: 25 Juli 2020   21:59 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan buku saku "Pencegahan Cyberbullying dan Etika Bermedia Sosial bagi Remaja" kepada Ibu Dwi Agustin selaku Wakil Kepala Sekolah SMA Nasional

Sejak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan aturan untuk belajar dari rumah di masa pandemi, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan internet dan media sosial. Terlebih lagi adanya pembelajaran daring yang mengharuskan mereka untuk mengakses internet dengan durasi yang lebih lama membuat anak-anak lebih lekat menggunakan gawai mereka masing-masing.

Dengan durasi penggunaan internet yang meningkat, terdapat kekhawatiran baru yang muncul karena anak-anak akan lebih rawan terdampak kasus cyberbullying atau perundungan melalui media sosial. Salah satu penyebab terjadinya peningkatan cyberbullying kepada anak-anak adalah adanya kebosanan karena kegiatan yang terbatas, kurangnya literasi digital, dan stress yang meningkat.

Seperti yang diungkapkan Doree Bogdan Martin, direktur International Telecommunication Union (ITU) bahwa pelajar yang mengakses internet di usia dini dan menghabiskan waktu yang lama di internet memiliki peluang yang sangat besar akan terjadinya cyberbullying karena mereka terus menerus berada di rumah ketika pandemi. (Reuteurs, 2020)

Literasi digital sendiri merupakan hal yang sangat awal dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Orang dewasa saja terkadang masih belum memahami apa itu literasi digital, terlebih lagi para anak-anak yang duduk di bangku sekolah.

Tertarik menggaungkan pentingnya literasi digital dalam bermedia sosial, tiga dosen muda dari Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang melangsungkan kegiatan pengabdian yang bertujuan meningkatkan literasi media digital serta etika dalam bermedia sosial kepada siswa SMA di kota Malang. Ketiga dosen tersebut adalah Prawinda Putri Anzari, S.I.Kom., M.Si., Desy Santi Rozakiyah, S.Pd., M.Pd., dan Seli Septiana Pratiwi, S.Pd., M.Pd.

SMA Nasional menjadi mitra pilihan kegiatan pengabdian ini. SMA Nasional sendiri merupakan SMA swasta yang memiliki banyak sekali prestasi baik di tingkat regional maupun nasional. Salah satu prestasinya adalah SMA nasional pernah menyabet penghargaan sebagai Sekolah Swasta Terbaik Indonesia 2019 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhajir Effendy.

Kegiatan pengabdian denga tema "Pencegahan Cyberbullying dan Etika Bermedia Sosial Bagi Pengurus OSIS SMA Nasional Malang" ini dilakukan pada hari Sabtu, 18 Juli 2020 di SMA Nasional Malang dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Meskipun hari Sabtu merupakan hari libur, tetapi para pengurus OSIS SMA Nasional yang baru saja rampung mengadakan MPLS untuk siswa baru tetap bersemangat datang ke sekolah dan mengikuti kegiatan sosialisasi ini. Kegiatan dilakukan di Aula berkapasitas 100 orang, namun pengurus OSIS yang diikut sertakan hanya 20 siswa saja untuk mematuhi aturan physical distancing antar individu. Kegiatan ini juga dilaksanakan tidak lebih dari 60 menit. Harapannya, para pengurus OSIS ini kemudian dapat menjadi agen literasi digital di SMA Nasional, dan mereka dapat turut mengedukasi teman-temannya dalam menggunakan media sosial yang bijak.

Sebelum mendapatkan materi sosialisasi, hampir seluruh peserta tidak mengetahui apa itu literasi digital. Peserta yang sebagian besar perempuan ini juga mengaku sudah beberapa kali melakukan kegiatan cyberbullying seperti, memberikan komentar yang tidak pantas di media sosial, tidak mengikut sertakan beberapa teman dalam grup WhatsApp, hingga membagikan gambar temannya di grup WhatsApp tanpa izin temannya tersebut.

Dalam kegiatan tersebut, Desy selalu pemateri utama menjelaskan mengenai efek dari tindakan cyberbullying. Desy bahkan tidak ragu membagikan ceritanya di SMA saat menjadi korban bullying. Desy juga menekankan kepada para peserta supaya tidak takut untuk melaporkan kegiatan bullying kepada guru di sekolah, maupun orangtua di rumah. "Kalau kalian menjadi korban bullying, jangan takut melawan. Jangan takut bercerita kepada bapak ibu di sekolah maupun di rumah." tutur Desy.

Sementara Prawinda yang memiliki memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi menakankan pentingnya berpikir kritis dalam bermedia sosial. Prawinda mengingatkan peserta untuk berhati-hati ketika mengunggah data pribadi di internet, juga memikirkan kembali penting atau tidaknya kita membagikan maupun mengomentari sesuatu hal di media sosial. Dalam kesempatan singkat tersebut, Winda jugaa menjelaskan delapan komponen penting dalam literasi digital, seperti: kemampuan fungsional, kreativitas, berpikir kritis dan evaluasi, pemahaman budaya dan sosial, kolaborasi, kemampuan memilah informasi, komunikasi yang efektif, serta E-safety.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun