Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Itu Harus Begini, Baru Bisa Bermanfaat

27 Desember 2018   22:55 Diperbarui: 28 Desember 2018   00:43 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar itu tidak hanya di sekolah. Akan tetapi, belajar harus dilakukan selama 24 jam dalam sehari. Y.M. Biksu Bhadra Ruci di dalam sesi pembukaan Indonesia Lamrim Retreat (ILR) pada 21 Desember 2018 yang lalu, menjelaskan bahwa belajar bukanlah sekedar datang ke wihara dan mendengarkan ceramah.

Akan tetapi, belajar adalah proses mencatat poin-poin yang 'menampar' kita dan kemudian merenungkan poin-poin berulang-ulang di dalam batin kita, "Apakah kita seperti ini ataukah tidak?"

Dengan cara beginilah, baru proses belajar kita bisa memberikan manfaat bagi perkembangan batin kita, tidak hanya berada di tataran otak dan intelektualitas saja.

Biksu Bhadra Ruci juga menjelaskan bahwa ketika kita datang ke sebuah sesi pengajaran, kita harus ingat bahwa kita tidak sedang mencari tontonan atau hiburan saja.

Kita tidak seharusnya hanya mencari guru Dharma yang ceramahnya menyenangkan saja, karena pada dasarnya guru Dharma bukanlah seorang komedian yang berfungsi untuk membuat kita tertawa.

Selain itu, yang terpenting pula sebelum kita memasuki sesi pengajaran kita seharusnya membangkitkan motivasi yang sebaik-baiknya. Apa tujuan kita datang ke tempat ini? Apa yang ingin kita peroleh?

Motivasi datang ke sebuah sesi pengajaran dan retret seperti ILR 2018 ini, bukanlah demi bertemu seorang guru yang kita anggap seperti selebriti dan kita kagum padanya. Bukan pula hanya untuk bersosialisasi dan reuni dengan teman-teman lama.

Apa motivasi yang benar yang seharusnya dibangkitkan? Alasan kita belajar Dharma yang paling utama adalah karena kita tidak bahagia dan ingin memperbaikinya, dengan kata lain, kita ingin bahagia.

Belajar Dharma dalah belajar untuk melihat fenomena-fenomena dan permasalahan melalui sudut pandang yang benar sehingga pada gilirannya, kita bisa pula menghindari penderitaan-penderitaan yang pada dasarnya disebabkan oleh kekeliruan kita dalam mempersepsi sebuah fenomena atau permasalahan.

Selain itu, cara belajar yang benar juga adalah kita harus menghindari sikap buruk yang menyerupai tiga jenis cacat sebuah wadah, yakni kotor, terbalik, dan bocor.

Selain itu, juga ada enam sikap yang harus dibangkitkan ketika kita belajar. Empat di antaranya, yakni: bisa melihat diri sebagai pasien, melihat guru sebagai dokter, melihat Dharma sebagai obat dan melihat bahwa satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan meminum obat tersebut.

Jika kita tidak bisa melihat dan jujur mengakui bahwa kita sedang sakit (tidak bahagia) kemudian memiliki keinginan untuk sembuh, maka niscaya, kita tidak akan bisa belajar dengan baik, karena kita tidak akan termotivasi untuk benar-benar belajar dan mengejar kesembuhan.

Satu lagi sikap yang harus dihindari pula adalah sikap menyaring ajaran Dharma yang tidak enak di kuping dan menolaknya lalu hanya mau mendengarkan hal-hal yang menyenangkan saja.

Demikianlah cara membangkitkan motivasi yang baik dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang rawan terjadi ketika kita mengikuti sebuah sesi pengajaran Dharma. Y.M. Biksu Bhadra Ruci menguraikan ini dalam rangka mempersiapkan batin para peserta ILR 2018. Retret berdasarkan metode Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim) ini dimulai pada 22 Des 2018 dan akan berlangsung sampai dengan 1 Januari 2018.

==

Ditulis oleh Manavacary Jayawardhana & Prawirawara Jayawardhana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun