Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelahiran Kembali Nalanda

20 Februari 2017   16:23 Diperbarui: 20 Februari 2017   18:37 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lalu apa yang dipelajari di dalam sistem pendidikan monastik biara ini yang merupakan tradisi dan silsilah dari Nalanda? Di dalam biara-biara Gelug, sistem pendidikannya mencakup lima topik utama yang didasarkan pada teks-teks besar dari India. Kelima topik tersebut adalah:

  • Prajnaparamitra, yang mempelajari tahapan-tahapan yang terjadi di dalam batin untuk mencapai pencerahan sempurna;
  • Madhyamaka, yang mempelajari secara khusus tentang filosofi kesunyataan;
  • Pramana, yang mempelajari logika dan kognisi valid untuk menganalisa kebenaran dari konsep-konsep penting di dalam Buddhadharma seperti keberadaan Triratna, hukum kelahiran kembali dan kemahatahuan;
  • Abhidharma, yang mempelajari pengetahuan lebih tinggi (higher knowledge), mencakup pembahasan tentang faktor-faktor mental dan fisik, proses karma, proses kelahiran kembali, klesha dan sebagainya;  dan
  • Vinaya, yang mempelajari peraturan-peraturan disiplin biksu Sangha.

Di luar kelima topik utama di atas, tentu saja mereka juga diwajibkan untuk mempelajari bahasa, matematika, studi-studi sosial, ilmu budaya, ilmu pengetahuan, ilmu pengobatan, ilmu perbintangan dan sebagainya, persis sebagaimana yang terjadi di Nalanda ribuan tahun yang lalu. Biasanya  seorang biksu membutuhkan waktu sekitar 25 tahun untuk bisa menyelesaikan semua topik tersebut.

Di Tibet, khususnya di sekolah Gelug, dikenal adanya tiga biara yang paling besar dan berpengaruh sehingga kadang juga disebut sebagai The Great Three, yaitu: Biara Gaden, Biara Drepung dan Biara Sera.  Gaden dibangun pada 1409 oleh Je Tsongkhapa sendiri. Dan seperti halnya Nalanda, dan bahkan juga misalnya Universitas Oxford dan Cambridge di Inggris, Gaden juga terdiri dari beberapa “college” dan masing-masing pun masih terbagi lagi menjadi banyak divisi, berdasarkan lokasi ataupun jurusan keahliannya.  Pada puncak kejayaannya, Gaden memiliki 7.500 biksu yang belajar di dalamnya. Ketika menghadapi invasi Cina di tahun 1950-an, biara Gaden di Tibet akhirnya ditutup dan dibangun kembali di India.

Biara Drepung dibangun pada 1416 oleh Jamyang Choje Tashi Palden, murid langsung dari Je Tsongkhapa. Dalai Lama Pertama banyak belajar langsung dari Je Tsongkhapa di biara ini. Dan untuk selanjutnya garis silsilah Dalai Lama selalu memiliki koneksi yang kuat dengan biara ini dan biasanya Dalai Lama memiliki sebuah tempat tinggal khusus di dalam kompleks biara ini.

Sama halnya dengan Gaden, biara Drepung juga terbagi menjadi beberapa “college” dan dua yang paling besar adalah Drepung Gomang dan Drepung Loseling. Pada puncak kejayaannya, Drepung pernah memiliki sampai dengan 10.000 biksu yang belajar di dalamnya. Dan mereka semua sangat mahir mempelajari dan mempraktikkan Tripitaka. Banyak murid lulusan Drepung yang kemudian mengembara dan menjadi kepala biara di banyak biara kecil di Tibet, sehingga Drepung juga sering dikenal sebagai rumah besar dari ajaran Buddha. Pasca invasi Cina di tahun 1950-an, biara Drepung juga berhasil dibangun ulang pada tahun 1970-an di India.

Jadi sungguh seperti sebuah proses kelahiran kembali yang sangat menarik, di mana tradisi dan silsilah Nalanda di India berhasil diselamatkan dan dititipkan ke Tibet dan kemudian sejak tahun 1960-an, biara-biara tersebut beserta seluruh tradisi dan silsilahnya secara utuh dikembalikan lagi ke India. H.H. Dalai Lama ke-14 pernah berkata bahwa Buddhisme di Tibet dapat dikatakan adalah sebuah bentuk Buddhadharma yang sangat komplit karena mewarisi tradisi-tradisi utama dari Buddhadharma di India sejak zaman Buddha Sakyamuni.

Dan yang lebih menarik lagi adalah bahwa Indonesia pun memiliki sebuah peran yang tidak kecil di dalam proses kelahiran kembali Nalanda, khususnya adalah peran Sriwijaya. Oleh karena itu, kita sebagai umat Buddha Indonesia sebagai pewaris, sudah seyogyanya merasa bangga. Namun  tentu saja tidak sekedar berhenti di bangga, karena setelah itu, kita memiliki sebuah tanggung jawab untuk melestarikan silsilah dan tradisi ini sehingga permata berharga ini pun bisa diwariskan kepada anak cucu kita dan seterusnya.

Sumber:

  • “Meditation on the Nature of Mind” oleh H.H. Dalai Lama XIV
  • “How Did Tibetan Buddhism Develop?” oleh Dr. Alexander Berzin
  • “A Brief History of Gaden Monastery” oleh Dr. Alexander Berzin & Tsenzhab Serkong Rinpoche II
  • “A Brief History of Drepung Monastery” oleh L.T. Doboom Tulku
  • “Overview of the Gelug Monastic Education System” oleh Tsenzhab Serkong Rinpoche II

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun