Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamat Tak Terpapar Radiasi Nuklir

3 Oktober 2018   20:59 Diperbarui: 4 Oktober 2018   21:10 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Incredible Hulk (Foto:i.amz.mshcdn.com)

Ketika mendengar kata radiasi, pastinya akan lebih teringat dengan nuklir. Banyak ingatan masyarakat awam yang tertanam akan istilah radiasi nuklir. Apalagi dalam mata pelajaran sejarah di sekolah, selalu diperbincangkan peristiwa dua kota di Jepang yang harus merasakan pedihnya bom nuklir pada tahun 1945. Pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua, justru pihak Jepang banyak membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hingga saat ini terdapat total 56 PLTN di daratan Jepang. Dari sekian rentetan peristiwa gempa bumi yang pernah melanda Jepang, PLTN Fukushima Daichi harus terguncang kebocoran hebat pada bulan Maret 2011. PLTN pertama di Jepang tersebut yang mulai dibangun tahun 1966 dan beroperasi tahun 1971, melengkapi kedahsyatan rusaknya reaktor nuklir sesudah peristiwa Threemile Island, AS (1979) dan Chernobyl, Uni Soviet (1986)

Sementara rangkaian uji coba rudal balistik antar benua oleh Korea Utara pada tahun 2017, telah mengkhawatirkan dunia khususnya pihak Jepang yang paling terdampak wilayahnya atas uji coba tersebut. Uji coba ini memiliki laiknya ciri-ciri uji nuklir, seperti yang diklaim pihak Korea Utara maupun para tetangganya seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Reaksi internasional terutama Amerika Serikat, melakukan rangkaian tekanan keras terhadap Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya.

Masyarakat awam akhirnya memahami bahwa nuklir itu identik dengan peperangan, dimana terjadi penggunaan bom nuklir dan rudal nuklir. Banyak penderitaan yang harus dialami akibat terpapar radiasi nuklir, misalnya kerusakan lingkungan dan kecacatan genetika tubuh manusia. Sementara perubahan genetika manusia akibat reaksi nuklir yang diceritakan dalam film fiksi, tentunya sangat membekas dalam ingatan yang menontonnya. Film serial televisi "The Incredible Hulk" yang telah ditayangkan perdana sejak 1978, mengisahkan ilmuwan yang terkena pancaran sinar gamma dalam rangkaian penelitiannya. 

Namun 'kecacatan' yang terjadi adalah perubahan dirinya menjadi makhluk berwarna hijau terang dengan ketinggian tujuh kaki. Sang ilmuwan akan selalu bertransformasi menjadi makhluk bernama "Hulk", tatkala sedang mengalami kemarahan luar biasa terutama akibat perlakuan tekanan fisik yang berat. Rasa amarahnya akan dilampiaskan dengan menghancur leburkan siapa saja yang telah berusaha menyakitinya. Ketika telah mengalami ketenangan di tempat yang sunyi, akan kembali berwujud sebagai manusia normal kembali.

The Incredible Hulk (Foto:i.amz.mshcdn.com)
The Incredible Hulk (Foto:i.amz.mshcdn.com)
Jadi gak bisa bayangkan seandainya terpapar radiasi nuklir beneran. Jadi berpikiran seperti apakah teknologi nuklir, seandainya diaplikasikan di Indonesia...

Beruntunglah diriku mendapatkan kehormatan dalam rombongan Badan Pengawasan Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN), untuk menyaksikan secara langsung Reaktor Nuklir ketiga Indonesia bernama Pusat Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (PRSG-GAS) BATAN yang beroperasi penuh pada 20 Agustus 1987. Namun para pengunjung harus mematuhi aturan ketat dan tegas dari BATAN. Alat tulis, tas, kamera, ponsel, harus rela dititipkan di konter pintu masuk PRSG-GAS. Kalau dipikir-pikir sih, ini demi keamanan dan keselamatan bersama. 

"Reaktor Serba Guna G.A.Siwabessy merupakan reaktor untuk kegiatan produksi isotop, penelitian iptek, tes dan uji material, dan lainnya," ujar Poerwadi (Kasubdit Layanan Informasi PRSG-GAS BATAN), saat mendampingi kunjungan rombongan BAPETEN pada 26/09/2018 lalu di area lobi Pusat Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (PRSG-GAS) dalam Kompleks BATAN di Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan.

Poerwadi menjelaskan bahwa PRSG-GAS telah dimulai pembangunannya sejak 1983, dimana telah mencapai titik kritis di bulan Juli 1987. Sebulan kemudian pada 20 Agustus 1987, Presiden Soeharto meresmikan beroperasinya PRSG-GAS. Operasi reaktor telah dapat dilakukan dengan daya penuh 30 MW sejak bulan Maret 1992. Untuk efisiensi dalam operasional harian, PRSG-GAS dijalankan dalam kapasitas 15 MW.

Pastinya banyak yang masih awam, mengapa nama reaktor nuklir dinamakan Pusat Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (PRSG-GAS). Siapakah gerangan G.A. Siwabessy?

Ketika Amerika Serikat melakukan banyak percobaan bom hidrogen di kawasan Pasifik di era 1950-an, Presiden RI Soekarno menunjuk Gerrit Augustinus Siwabessy untuk mengatasi dampak yang mungkin akan timbul bagi Indonesia. G.A. Siwabessy yang kala itu memimpin Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan, segera membentuk Panitia Penyelidikan Radioaktivitas & Tenaga Atom pada tahun 1954. Selang empat tahun kemudian, G.A. Siwabessy membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada dalam naungan Sekretariat Negara. Untuk menyiapkan tenaga ahli di bidang fisika, kimia, dan matematika, G.A. Siwabessy juga mendirikan Fakultas Ilmu Pasti & Ilmu Alam (FIPIA) Universitas Indonesia pada tahun 1963.

Tahun 1964 berdirilah Direktorat JenderalBadan Tenaga Atom Nasional (BATAN), dimana G.A. Siwabessy diamanatkan sebagai direktur jenderal yang pertama. Setahun kemudian G.A. Siwabessy diangkat sebagai Menteri BATAN. Jabatan sebagai Menteri Kesehatan pertama pun diamanatkan ke pundaknya. Bapak Atom Indonesia ini juga diamanatkan sebagai Menteri Kesehatan pada tahun 1966. Kemudian mendapatkan apresiasi  Bintang Mahaputera III pada 1976, atas jasa-jasanya dalam pengembangan penelitian dan pembangunan tenaga nuklir di Indonesia.

PRSG-GAS merupakan reaktor nuklir ketiga yang ada di Indonesia, setelah sebelumnya telah beroperasi Reaktor Triga-2000 di Bandung Jawa Barat (1965) dan Reaktor Kartini di Sleman DIY (1979). PRSG-GAS merupakan sebuah reaktor nuklir fluks neutron cukup tinggi. Ini sangat ideal sebagai sarana iradiasi untuk produksi radioisotop, pengembangan elemen bahan bakar & komponen reaktor, serta riset sains bidang industri nuklir lainnya.

Setelah mendapatkan penjelasan sejarah dan fasilitas teknologi PRSG-GAS dari Poerwadi, rombongan segera diajak untuk memasuki bunker yang menjadi jantungnya reaktor nuklir. Sekali lagi demi kebaikan bersama, harus melepaskan atribut yang dapat jatuh hingga dapat mengganggu keamanan dan keselamatan. Topi, jam tangan, kartu pengunjung, semuanya harus dititipkan di konter lobi PRSG-GAS.


Rombongan BAPETEN terbagi menjadi tiga kelompok, ketika memasuki area reaktor nuklir yang sesungguhnya. Hari Prijanto merupakan salah satu anggota Tim Perawatan PRSG-GAS yang menjadi pemandu bagi kelompok kedua. Sepatu diberikan sarung penutup, sementara jaslab berwarna kuning menutupi sebagian besar tubuhku. Satu lift yang hanya mampu menampung kisaran 8 orang, mengantarkan rombongan ke lantai tiga. Bagaikan di film-film yang mengisahkan kecanggihan instalasi laboratorium berteknologi tinggi, rombongan hendak memasuki pintu besi berdiameter tebal. Hari Prijanto melalui akses kartu digital, meminta izin operator untuk dapat masuk.

Setelah melewati pintu besi pertama tersebut, masih ada satu pintu besi tebal lagi yang harus dilewati. Sambil menanti pintu besi kedua dibuka, terlihat semacam alat untuk mendeteksi apakah orang tersebut terpapar radiasi atau tidak. Kemudian Hari Prijanto mulai memandu kelompok kedua di instalasi reaktor nuklir. Alumni dari Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) BATAN di Yogyakarta ini, menjelaskan bahwa PRSG-GAS didesain dan dibangun dalam pengawasan Interatom GmbH dari Jerman. Untuk pengerjaan prasarana fisik dan bangunan sipil, dilakukan pihak kontraktor dalam negeri.

Kapasitas pengayakan uranium di PRSG-GAS hanyalah 10 kikogram, yang berfungsi sebagai reaktor riset.  Ini berbeda dengan Reaktor Nuklir di negara lain yang beroperasi untuk kegiatan multifungsi, dengan kapasitas ribuan kilogram. Kokohnya bangunan PRSG-GAS dapat terlihat dengan diameter dinding yang berukuran 1,5 meter. Jadi seandainya PRSG-GAS mengalami guncangan gempa bumi berskala tinggi pun, tingkat kerusakan yang timbul tak kan semasif reaktor yang berkapasitas ribuan kilogram.

Hari Prijanto menginformasikan bahwa reaktor dalam keadaan libur beroperasi (shutdown) pada hari Rabu tersebut. Operasional normal reaktor dilakukan pada hari Jumat hingga hari Selasa.

"Puji Tuhan," ucap syukurku dalam hati, setelah mengetahui reaktor lagi beristirahat. Seandainya reaktor lagi bekerja, bisa saja kan dapat terjadi sesuatu pada diriku...

Hari Prijanto kemudian menunjukan kolam reaktor, yang ternyata di dalamnya terdapat batu-batu topaz. Nah, bagi yang mengerti, topaz memiliki rumus kimia AI2SiO4(F,OH)2 ("aluminium silicate fluoride hydroxide").

"Batu topaz dicemplungin ke dasar kolam?," pikirku dalam hati.

Hari Prijanto menjelaskan bahwa batu topaz ini merupakan milik perusahaan permata asal Jerman. Sejauh ini memang hanya batu topaz yang mengalami kesesuaian mendapatkan perlakuan iradiasi. Sementara batu lain yang pernah dicoba diiradiasi seperti kalsedon dan agate, tak menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan topaz.

Prosedur iradiasi dimulai dengan dimasukkannya batu topaz seberat 2,5 kg dalam tabung aluminium setinggi 100 mm yang berdiameter 60 mm ke dalam pipa pengarah target (stringer). Kemudian pipa di teras mencuat enam meter di atas kolam reaktor, dalam posisi iradiasi di atas lubang lempeng nozzle grid. Proses iradiasi batu topaz dinyatakan selesai dalam beberapa jam (maksimal 10 jam), ketika tabung dikeluarkan dari pipa di teras reaktor.

Tak lama berkeliling masih di dalam ruang reaktor, tibalah di sebuah instalasi. Sepertinya ada peralatan motorisasi yang berbau robotik. Kedua tangan kita akan dapat menggerakkan peralatan tersebut, dimana dapat melihat dari luar ruang apa yang kita gerakkan dari kaca transparan.

"Ini namanya Hot Cell," kata Hari Prijanto, sambil menggunakan kedua tangannya menggerakkan alat yang dikenal sebagai Lengan Robot.

Penggunaan lengan / tangan robot (manipulator) untuk menghindarkan pekerja terhindar dari paparan radiasi tinggi. Dalam hot cell ini akan dilakukan pengujian untuk mendeteksi apakah ada tidaknya kecacatan pada bahan bakar nuklir (BBN) yang telah dipakai oleh reaktor. Nantinya akan sebagai masukan pendapat bagi fabrikator, agar kedepannya produksi BBN dapat lebih menekankan prinsip keselamatan.  

Hari Prijanto mengatakan bahwa reaktor milik BATAN dijalankan sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia, dan dapat beroperasi dengan selamat dan aman tanpa insiden selama puluhan tahun. Ini tak terlepas dari terbentuknya perguruan tinggi untuk penyiapan sumber daya manusia di bidang teknologi nuklir yang mumpuni. Perguruan tinggi yang awalnya berdiri tahun 1985 dan bernama Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN), bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN). Seperti dirinya yang alumni STTN, Hari Prijanto mengatakan lulusan STTN memiliki kompetensi tinggi dalam bidang teknologi nuklir. Ini tak terlepas dari para lulusan yang dilengkapi Sertifikat Ijin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan atau Operator Radiografi (OR).

Seusai kunjungan di dalam ruang reaktor, rombongan keluar kembali melewati pintu besi. Namun kali ini harus melewati mesin detektor radiasi. Setelah sarung sepatu dilepas dan diletakkan di bak yang telah disediakan, diriku memasukkan dan meletakkan kedua tangan ke alat pembaca radiasi.

Seusai kunjungan di dalam ruang reaktor, rombongan keluar kembali melewati pintu besi. Namun kali ini harus melewati mesin detektor radiasi. Setelah sarung sepatu dilepas dan diletakkan di bak yang telah disediakan, diriku memasukkan dan meletakkan kedua tangan ke alat pembaca radiasi.

"Seandainya pun ada zat radioaktif yang menempel di tangan, cukup dicuci dengan sabun maka akan hilang," ujar Hari Prijanto.

"Puji Tuhan," ungkapku dalam hati, setelah mengetahui tiada satu pun butiran zat radioaktif yang mau menempel di tangan maupun tubuhku.

Setelah melewati pintu besi yang kedua, rombongan kembali ke lantai dasar untuk melepas dan mengembalikan jaslab. Tanpa pakai waktu lama di ruang lobi, segera rombongan bergegas menuju ruang kedatangan dan bersiap naik bus untuk melanjutkan perjalanan.



Seusai selamat tak terpapar radiasi nuklir di PRSG-GAS, rombongan BAPETEN melanjutkan perjalanan ke salah satu sudut lain di kawasan Puspiptek. Namanya adalah Gedung Iradiator Gamma Merah Putih (IGMP). Salah satu instalasi milik BATAN ini, telah diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 15 Nopember 2017 lalu. Fasilitas IGMP ini merupakan instalasi iradiasi untuk layanan sterilisasi alat kesehatan serta pasteurisasi produk pangan dari berbagai macam industri. Proses teknik iradiasi menggunakan sinar Gamma yang bersumber dari Cobalt-60. Pemberian dosis radiasi telah sesuai dengan Permenkes No.701/Menkes/Per/VIII/2009.

"Proses tanpa bahan kimia ini jauh lebih aman dan menguntungkan, karena pengawetan produk tak meninggalkan residu serta tak merubah kondisi fisik produk," ujar Arif Rakhmanto (Staf Pranata Nuklir Pusat Aplikasi Isotop & Radiasi BATAN). 

Kehadiran IGMP merupakan sebagai jawaban akan kondisi pengolahan pasca panen produk pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan di tanah air. Hasil panen cepat membusuk akibat berbagai masalah teknis maupun non-teknis sistem pengolahan pasca panen. Misalnya karena pengaruh cuaca, gangguan serangga dan mikroba, hingga lamanya perjalanan logistik transportasi di jalan. Proses iradiasi pangan ini telah sesuai peraturan menteri kesehatan dan menggunakan label kemasan dari BPOM.

Salah satu contoh produk pangan yang memiliki keunggulan setelah diiradiasi adalah rendang sapi, dimana telah ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan Nomor SNI-7764.:2012 . Proses iradiasi akan membuat rendang dapat awet hingga 18 bulan dengan rasa yang tetap enak. Bahan pangan lainnya yang diiradiasi antara lain tahu, bandeng, udang, nasi uduk, dan makanan lainnya. Zat alergen pada udang, setelah diiradiasi akan membantu orang yang memakannya tidak akan gatal lagi. Selain itu  makanan iradiasi akan dapat meningkatkan antioksidan, yang sangat dibutuhkan oleh para pasien kanker dan sejenisnya. Nah, makanan siap saji tersebut tentu saja sangat simpel saat dibawa bepergian, terutama untuk kebutuhan angggota SAR, militer, hingga ibadah haji.

Logo BAPETEN (Foto:Prattemm)
Logo BAPETEN (Foto:Prattemm)

Kinerja BATAN yang keren ini, tak terlepas dari kinerja BAPETEN yang paten. Dari tadi telah seringkali  disebutkan institusi yang bernama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Masa sih BAPETEN itu paten?

BAPETEN berdiri tahun 1999 berdasarkan UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Biro Pengawasan Tenaga Atom (BPTA) yang dalam naungan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), bertransformasi menjadi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Ini tak terlepas dari pemikiran para pimpinan BATAN dan International Atomic Energy Agency (IAEA) , yang memandang perlunya pemisahan antara lembaga Litbang dan Pengawasan. Mendesaknya akan pengawasan yang kuat, obyektif, transparan, dan profesional, dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi nuklir secara global.

"Kasus kecelakaan Chernobyl dan Fukushima memiliki latar belakang yang berbeda," ujar Abdul Qohhar (Kepala BagianHumas & ProtokolBAPETEN), saat berbicara dalam Media & Blogger Gathering BAPETEN di Harris Vertu Harmoni Jakarta Pusat pada 25/09/2018 lalu.

Ada Standar Operasi Prosedur (SOP) yang dilanggar oleh operator PLTN Chernobyl. Adanya kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh operator yang akhirnya mem-bypass sistem keamanan, sehingga ada parameter yang melebihi  batas. Sedangkan empat unit PLTN Fukushima secara teknis telah memiliki prosedur  yang baik, terutama ketahanan menghadapi gempa bumi berskala tinggi. Saat terjadi gempa bumi berskala 8,9 SR, reaktor otomatis padam sesuai sistem keselamatan. Namun masih ada sisa panas tersisa sekitar 7%. Ketika ingin melakukan pendinginan mengggunakan pompa, terjadi tsunami yang menenggelamkan genset dari ketiga unit reaktor. Sementara satu unit reaktor selamat karena genset telah dipasang di bagian atas.

Guncangan kebocoran PLTN Fukushima saat itu, BAPETEN menerjunkan tim Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir untuk memantau dampak yang timbul bagi Indonesia. Wilayah utara seperti Manado dan Papua dipantau dengan seksama oleh tim inspeksi. Untunglah saat itu arah angin yang membawa zat radoaktif bergerak ke timur laut. Seandainya arah angin bergerak ke barat daya, ada kemungkinan wilayah udara Indonesia akan terpapar.

Amanat yang diemban oleh BAPETEN cukup berat, dengan tugas membuat peraturan, perizinan, serta inspeksi terhadap pemanfaatan tenaga nuklir. Dalam pemanfaatan teknologi nuklir yang canggih, masih membutuhkan proses edukasi yang panjang di Indonesia. Bom atom dan rudal nuklir, merupakan jawaban yang masih ada dibenak sebagian besar masyarakat awam apabila ditanyakan mengenai istilah nuklir.

Tingkat kekhawatiran dan stigma masyarakat akan risiko yang tinggi dari nuklir, yang membuat belum ada pemahaman bahwa teknologi nuklir tanpa disadari telah bersentuhan langsung di kehidupan sehari-hari. Mulai dari radiodiagnostik dan radioterapi sebagai metode pengobatan, seperti misalnya rontgen, CT-scan, mammografi, renograf, dll. Kemudian dapat diterapkan pula sebagai radiografi industri yang dikenal sebagai uji tak rusak, misalnya untuk memeriksa material kayu, aluminium, plastik, komponen pesawat,dan lainnya. 

Lalu teknologi nuklir dapat pula diaplikasikan dalam pengawetan & pengemasan produk pangan, hingga pemuliaan bahan utama pangan. Pengawetan rendang dengan iradiasi, akan tetap enak rasanya dan tetap awet hingga 18 bulan. Gandum yang tumbuh di kawasan beriklim dingin, dengan inovasi pemuliaan gandum oleh BATAN telah menjadikannya sebagai gandum tropis dataran rendah. Masih banyak produk dan bahan pangan lainnya yang telah mengalami manfaat unggul dari pengaplikasian teknologi nuklir.    

Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games (AG) 2018 di Jakarta dan Palembang yang baru saja berlalu, ternyata salah satunya dengan keterlibatan komprehensif dari pihak BAPETEN. #AG2018 aman dari gangguan potensi ancaman penggunaan nuklir yang mungkin saja terjadi. Ini berkat kontribusi dari kesiapsiagaan BAPETEN dalam aspek keamanan nuklir. Perhelatan #AG2018 yang termasuk Major Public Event (MPE), menjadi salah satu tantangan strategis BAPETEN ditengah keterbatasan jumlah peralatan dan personil.



Seusai diskusi dalam Media Gathering, peserta berkesempatan untuk melakukan kunjungan ke kantor BAPETEN yang lokasinya sangat dekat dengan Harris Vertu Harmoni. Kunjungan dilakukan pada fasilitas Direktorat Keteknikan & Kesiapsiagaan Nuklir (DKKN). Selain mengunjungi ruangan Satuan Tanggap Darurat (STD) SubdirektoratKesiapsiagaan Nuklir, ternyata terdapat pula ruangan tempat berkumpulnya antar lembaga yang tergabung dalam Indonesia Center of Excellence on Nuclear Security and Emergency Preparedness (I-CoNSEP). 

Sementara peralatan Radiation Portal Monitor (RPM) terus menyala dan bekerja memantau dan mengawasi tingkat radiasi nuklir di kawasan Istana Negara, PRSG-GAS BATAN Serpong, Reaktor Triga-2000 Bandung, serta Reaktor Kartini di Yogyakarta. Para petugas inspeksi BAPETEN telah dilengkapi berbagai macam peralatan untuk pemeriksaan tingkat radiasi di lapangan. Alat-alat tersebut ada yang seharga ratusan juta hingga milyaran rupiah. Tak semua alat dimiliki oleh BAPETEN, namun juga ada alat pinjaman dari pihak IAEA.  

Beberapa alat yang cukup menarik perhatian adalah identiFinder (FLIR) yang dikenal juga sebagai Radionuclide Identification Device (RID). Alat ini selain dapat mengetahui laju paparan radiasi, dapat juga melakukan pencarian sumber zat radioaktif serta mengindentifikasi jenis radionuclida yang terlibat. Untuk jangkauan jarak yang jauh dan lebih sensitif, alat yang bernama backpack detector dalam tas ransel akan menyerupai fungsi dari RID. Sementara alat bernama Neutron Search Detector (NSD) akan mendeteksi keberadaan dari neutron.

I-CoNSEP BAPETEN yang telah digagas sejak 2014, merupakan wadah koordinasi bagi antar lembaga dalam penanganan isu-isu terkait keamanan dan kesiapsiagaan nuklir. Tak hanya penyediaan SDM handal, namun dukungan teknis peralatan dan analisis berdasarkan uji pemodelan maupun laboratorium. Organisasi ini memiliki semboyan "We are Prepared to Respond" yang menggambarkan "No Preparedness with Exercise, No Respond without Strategy, To be Rapid, Correct, and Safe". 

Selamat tak terpapar radiasi nuklir, pastinya karena BATAN  yang keren dan tentunya BAPETEN yang paten. "BATAN Keren, BAPETEN Paten!" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun