Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamat Tak Terpapar Radiasi Nuklir

3 Oktober 2018   20:59 Diperbarui: 4 Oktober 2018   21:10 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petugas BAPETEN (Foto: Prattemm)

Kehadiran IGMP merupakan sebagai jawaban akan kondisi pengolahan pasca panen produk pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan di tanah air. Hasil panen cepat membusuk akibat berbagai masalah teknis maupun non-teknis sistem pengolahan pasca panen. Misalnya karena pengaruh cuaca, gangguan serangga dan mikroba, hingga lamanya perjalanan logistik transportasi di jalan. Proses iradiasi pangan ini telah sesuai peraturan menteri kesehatan dan menggunakan label kemasan dari BPOM.

Salah satu contoh produk pangan yang memiliki keunggulan setelah diiradiasi adalah rendang sapi, dimana telah ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan Nomor SNI-7764.:2012 . Proses iradiasi akan membuat rendang dapat awet hingga 18 bulan dengan rasa yang tetap enak. Bahan pangan lainnya yang diiradiasi antara lain tahu, bandeng, udang, nasi uduk, dan makanan lainnya. Zat alergen pada udang, setelah diiradiasi akan membantu orang yang memakannya tidak akan gatal lagi. Selain itu  makanan iradiasi akan dapat meningkatkan antioksidan, yang sangat dibutuhkan oleh para pasien kanker dan sejenisnya. Nah, makanan siap saji tersebut tentu saja sangat simpel saat dibawa bepergian, terutama untuk kebutuhan angggota SAR, militer, hingga ibadah haji.

Logo BAPETEN (Foto:Prattemm)
Logo BAPETEN (Foto:Prattemm)

Kinerja BATAN yang keren ini, tak terlepas dari kinerja BAPETEN yang paten. Dari tadi telah seringkali  disebutkan institusi yang bernama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Masa sih BAPETEN itu paten?

BAPETEN berdiri tahun 1999 berdasarkan UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Biro Pengawasan Tenaga Atom (BPTA) yang dalam naungan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), bertransformasi menjadi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Ini tak terlepas dari pemikiran para pimpinan BATAN dan International Atomic Energy Agency (IAEA) , yang memandang perlunya pemisahan antara lembaga Litbang dan Pengawasan. Mendesaknya akan pengawasan yang kuat, obyektif, transparan, dan profesional, dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi nuklir secara global.

"Kasus kecelakaan Chernobyl dan Fukushima memiliki latar belakang yang berbeda," ujar Abdul Qohhar (Kepala BagianHumas & ProtokolBAPETEN), saat berbicara dalam Media & Blogger Gathering BAPETEN di Harris Vertu Harmoni Jakarta Pusat pada 25/09/2018 lalu.

Ada Standar Operasi Prosedur (SOP) yang dilanggar oleh operator PLTN Chernobyl. Adanya kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh operator yang akhirnya mem-bypass sistem keamanan, sehingga ada parameter yang melebihi  batas. Sedangkan empat unit PLTN Fukushima secara teknis telah memiliki prosedur  yang baik, terutama ketahanan menghadapi gempa bumi berskala tinggi. Saat terjadi gempa bumi berskala 8,9 SR, reaktor otomatis padam sesuai sistem keselamatan. Namun masih ada sisa panas tersisa sekitar 7%. Ketika ingin melakukan pendinginan mengggunakan pompa, terjadi tsunami yang menenggelamkan genset dari ketiga unit reaktor. Sementara satu unit reaktor selamat karena genset telah dipasang di bagian atas.

Guncangan kebocoran PLTN Fukushima saat itu, BAPETEN menerjunkan tim Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir untuk memantau dampak yang timbul bagi Indonesia. Wilayah utara seperti Manado dan Papua dipantau dengan seksama oleh tim inspeksi. Untunglah saat itu arah angin yang membawa zat radoaktif bergerak ke timur laut. Seandainya arah angin bergerak ke barat daya, ada kemungkinan wilayah udara Indonesia akan terpapar.

Amanat yang diemban oleh BAPETEN cukup berat, dengan tugas membuat peraturan, perizinan, serta inspeksi terhadap pemanfaatan tenaga nuklir. Dalam pemanfaatan teknologi nuklir yang canggih, masih membutuhkan proses edukasi yang panjang di Indonesia. Bom atom dan rudal nuklir, merupakan jawaban yang masih ada dibenak sebagian besar masyarakat awam apabila ditanyakan mengenai istilah nuklir.

Tingkat kekhawatiran dan stigma masyarakat akan risiko yang tinggi dari nuklir, yang membuat belum ada pemahaman bahwa teknologi nuklir tanpa disadari telah bersentuhan langsung di kehidupan sehari-hari. Mulai dari radiodiagnostik dan radioterapi sebagai metode pengobatan, seperti misalnya rontgen, CT-scan, mammografi, renograf, dll. Kemudian dapat diterapkan pula sebagai radiografi industri yang dikenal sebagai uji tak rusak, misalnya untuk memeriksa material kayu, aluminium, plastik, komponen pesawat,dan lainnya. 

Lalu teknologi nuklir dapat pula diaplikasikan dalam pengawetan & pengemasan produk pangan, hingga pemuliaan bahan utama pangan. Pengawetan rendang dengan iradiasi, akan tetap enak rasanya dan tetap awet hingga 18 bulan. Gandum yang tumbuh di kawasan beriklim dingin, dengan inovasi pemuliaan gandum oleh BATAN telah menjadikannya sebagai gandum tropis dataran rendah. Masih banyak produk dan bahan pangan lainnya yang telah mengalami manfaat unggul dari pengaplikasian teknologi nuklir.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun