Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Besar Tapi Kredibel Dalam Menggerakkan Energi Baik

22 Juli 2018   19:59 Diperbarui: 12 Agustus 2018   23:06 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jobi Triananda Hasjim (kanan) di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018 (Foto:Prattemm)

"Lebih baik menjadi tukang nasi, daripada menjadi pengacara," ujar Wagini, saat menjadi narasumber Seminar Hari Kartini "Wanita Tangguh, UKM Pasti Bisa!" di Jakarta pada 18 April 2018 lalu. 

Wagini yang akrab dengan panggilan Bu Kus (bersuamikan Pak Kus), memiliki latar pendidikan Sarjana Hukum (S1) dari Universitas Widyagama Malang Jawa Timur. Bersama koleganya, mereka sempat membentuk sebuah lembaga yang memberikan layanan advokasi di bidang hukum. Seiring berjalannya waktu, hati nurani mulai berkata lain.

Hingga pada akhirnya, tibalah waktu untuk dapat meninggalkan kegiatan kepengacaraannya secara elegan. Kebetulan sekali Pak Kus mendapatkan kepercayaan untuk penugasan baru dari instansinya ke Mataram di Nusa Tenggara Barat. Tak ingin sekedar berpangku tangan sebagai seorang ibu rumah tangga, tercetuslah ide memulai usaha sebagai tambahan penghasilan. 

Bu Wagini Kus (Foto: Istimewa YDBA)
Bu Wagini Kus (Foto: Istimewa YDBA)
"Tak ada kata telat memulai bisnis," ujar Bu Kus.

Awal mula usaha dimulai, dari sebuah kesempatan mengikuti pelatihan kewirausahaan dan membuat roti. Dengan keterbatasan peralatan, maka tanganlah yang menjadi mesin pembuat adonan. Roti yang dititipkan ke sebuah supermarket yang tak jauh dari rumah, ternyata sangat digemari dan cepat habis. 

Suatu waktu terbersit berjualan menu yang berfungsi sebagai sarapan, saat menikmati jalan pagi di sebuah taman kota. Berjualan lontong sayur, yang berbeda dari jualan pedagang makanan pada umumnya di taman tersebut. Bu Kus tak memikirkan keuntungan yang didapat. 

Kepuasan pelanggan dipelajari, dengan mencatat ranking masakan favorit pengunjung. Sehingga dapat melakukan penambahan porsi menu maupun tak menjual lagi menu yang kurang peminatnya. Terkadang ada hal yang tak diprediksi seperti keadaan cuaca. Manakala hujan deras, masakan banyak yang tak habis terbeli. Namun dengan pikiran positip, segera masakan tersebut dikirim ke panti asuhan. 

Bu Kus tak menampik semua tawaran order katering yang deras datang. Jika tak memiliki peralatan, maka akan diusahakan menyewa. Tak memiliki karyawan tetap, disiasati dengan mengikutsertakan ibu rumah tangga di sekitar rumah sebagai tukang masaknya. Standar resep khusus dibuat untuk menjaga kualitas rasa, siapapun yang memasak akan tetap terjaga rasanya.

Untuk terus memotivasi karyawan, Bu Kus tak segan turun langsung ikut memasak. Berbagai inovasi dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, terkadang dilakukan promo diskon, promo berhadiah, pemasaran daring. Bagi calon pemesan (terutama katering paket pernikahan), seluruh anggota keluarga akan dapat melakukan test food secara gratis. 

Tentu saja bulan puasa Ramadhan, merupakan kegiatan yang paling ditunggu oleh pelanggan setia Bu Kus. Kala itu Bu Kus melakukan open-house di sebuah gedung, mengajak para pelanggan loyalnya dapat menikmati sajian kuliner gratis dan sepuasnya. Maka tak heran pelanggan katering telah meluas hingga seantero Nusa Tenggara Barat, termasuk instansi pemerintahan propinsi dan kabupaten/kota.

Sebuah proyek yang didanai oleh AS di NTB, telah mempercayakan penuh menu katering pada Bu Kus. Selama hampir dua tahun, Bu Kus dapat sukses bertahan mengolah variasi menu tanpa pernah ada komplain hingga berakhirnya proyek. Berkat salah satu rekomendasi instansi pemerintah propinsi, Bu Kus mendapatkan kehormatan penyediaan katering untuk tamu VVIP kegiatan Kepresidenan di Mataram. 

Pembelajaran yang membuat Bu Kus semakin pintar, karena pengalaman tak mengenakkan hati kelakuan pelanggan. Salah satunya pelanggan yang meminta menu luks nomor satu, namun akhirnya tak ada keinginan melunasinya dengan berbagai alasan. Bu Kus hanya mengambil pelajaran, untuk menerapkan aturan baru yakni pemesan harus sudah melunasi pembayaran order tepat H-2. 

Kini tantangan besar berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal yang menjadi tempat usahanya. Usaha Bu Kus sudah dianggap besar dan mengganggu lingkungan perumahan. Namun Bu Kus mengambil sisi positip, untuk siap melirik dan berancang membangun usaha skala pabrik. 

Bu Kus pun bersama sesama pelaku UKM, membentuk Koperasi Cabe Rawit sebagai wadah pengayom kebersaman. Dari kegiatan simpan pinjam, kini melebar sebagai produsen dan pemasok produk ready to eat bagi Indomaret, TransMart dan berbagai toko oleh-oleh di Denpasar Bali dan NTB.

Katering Bu Kus dan Koperasi Cabe Rawit, telah menjadi sarana PKL dan studi banding dari berbagai institusi pendidikan di NTB. Kesibukan Bu Kus semakin bertambah, dengan didapuk sebagai instruktur pelatihan kuliner dan kewirausahaan oleh berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah. 

Nadhilah Khairuna (Foto: Istimewa YDBA)
Nadhilah Khairuna (Foto: Istimewa YDBA)
"Saya secara profesional di-hire oleh pemilik usaha sebagai pembuat perubahan," ungkap Nadhilah Khairuna, seorang profesional muda yang turut menjadi salah satu narasumber Seminar Hari Kartini.

Awalnya Nadhilah yang saat itu baru berusia 23 tahun, diberikan tantangan oleh sang pemilik usaha (owner) untuk bekerja sebagai seorang problem solver. Meskipun secara omzet usaha lumayan, namun sistem manajemen usaha banyak mengalami ketimpangan. Industri manufaktur skala UKM berlokasi di Tangerang ini, memiliki tak kurang dari 560 karyawan yang mayoritas lelaki. 

"Saya merasa dicemplungin ke samudera, tapi harus dapat berenang sendiri," ujar Nadhilah saat mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan bimbingan langsung dari sang owner, seusai me-review kondisi awal perusahaan secara menyeluruh. Sang owner malah mengharuskan Nadhilah dapat belajar mandiri, karena memiliki pendidikan yang relatif tinggi darinya. Sang owner yang telah berkali-berkali ingin menutup usahanya. Tercatat 12 orang sebelumnya telah gagal menciptakan sistem kerja baru dan rata-rata hanya bertahan kurang dari tiga hingga enam bulan saja. 

Sebagai orang baru di perusahaan, Nadhilah berusaha beradaptasi langsung terjun ke lapangan (genba). Bertindak sebagai seorang pemimpin (leader) yang menjadi penengah tanpa menghakimi, serta yang dapat memberikan solusi. Suara tim selalu didengar dengan baik, dan akan berusaha memecahkan berbagai masalah dalam kebersamaan. Prosedur kerja dibuat sesuai kemampuan dan pola pikir karyawan, yang banyak diantaranya tak memiliki pendidikan tinggi dan memadai. Pertemuan rutin (meeting) yang melibatkan keaktifan karyawan, agar mereka dapat lebih banyak berkontribusi.

Tim khusus improvement yang dibentuk dalam perusahaan, mampu mengubah mindset kerja dan diharapkan dapat menjaga kestabilan berkelanjutan operasional. Sistem kerja profesional untuk menghargai kesempatan prestasi yang sama bagi setiap karyawan. Bersih-bersih SDM yang telah lama bercokol dan menganggap dirinya sebagai superman, budaya kerja berhasil diubah menjadi superteam. Karakter keras budaya kerja dalam bidang manufaktur, berhasil ditransformasikan menjadi pola kerja yang dimusyawarahkan secara kekeluargaan. 

Baru sejak Mei 2017, jabatan direktur operasional diemban oleh Nadhilah. Perubahan sistem kerja ini berhasil menarik kepercayaan dari 34 pelanggan (customer), dimana pada awalnya perusahaan hanya memiliki 13 pelanggan. Rata-rata pelanggan berasal dari industri besar Jepang, Korea, Tiongkok, dan Grup Astra. 

"Banyak orang muda mendapatkan kesempatan peluang berkontribusi. Indonesia memiliki industri serta orang lokal dapat berjaya di negeri sendiri," ungkap Nadhilah, mengenai harapan kedepannya kelak.

Energi Baik yang digerakkan oleh Bu Kus dan Nadhilah Khairuna, berawal dari hal-hal bukan besar tapi kredibel. Mereka memulai dari hal-hal kecil yang selama ini mungkin diremehkan dan luput dari perhatian banyak orang. Kredibilitas yang dibangun oleh keduanya, akhirnya mendapatkan kepercayaan penuh dengan loyalitas dari para pelanggan. 

Instalasi GasLink milik PGN di kawasan Monas Jakarta Pusat (Foto:Prattemm)
Instalasi GasLink milik PGN di kawasan Monas Jakarta Pusat (Foto:Prattemm)
Menggerakkan energi baik itu, telah dilakukan dari tahun 1859 dalam sejarah perjalanan panjang sebuah industri gas di Indonesia. Industri yang resmi menjadi Perusahaan Gas Negara (PGN) pada 13 Mei 1965 ini, tak hanya berusaha menyediakan kebutuhan pengangkutan dan niaga gas bumi nasional. PGN juga berusaha menebar Energi Baik dalam setiap lini kehidupan.

"Panjangnya mata rantai penjualan gas, menjadi penyebab utama mahalnya harga gas domestik," kata Direktur Utama PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk Jobi Triananda Hasjim, saat menjadi narasumber seminar dalam ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Convex 2018 lalu di Jakarta Convention Center. 

Jobi mengatakan bahwa memperbaiki infrastruktur jaringan gas merupakan salah satu upaya penanggulangannya. Ini akan memperpendek distribusi gas hulu ke pengguna akhir (end-user). Biaya energi mahal akibat jauhnya supply dengan industri sebagai pengguna akhir. Andaikan industri dapat dibawa lebih dekat ke upstream, maka biaya akan jauh lebih murah. 

Jobi Triananda Hasjim di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018 (Foto:Prattemm)
Jobi Triananda Hasjim di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018 (Foto:Prattemm)
PGN pun siap mewujudkan mimpi Presiden Joko Widodo, dalam pembentukan holding BUMN Migas. Upaya ini dilakukan dengan akuisisi 51% saham PT Pertagas, yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero). Nilai transaksi mencapai 1,22 miliar dolar AS, yang setara dengan Rp. 16,5 triliun. Kapasitas distribusi dan usaha industri gas nasional, diharapkan akan dapat mengalami peningkatan. Nantinya gas akan dapat dinikmati oleh banyak orang. Dedikasi sebagai perusahaan yang memberikan keahliannya dalam pemanfaatan gas dan pemenuhan energi yang berkedaulatan, mendorong emiten berkode PGAS ini untuk menebar energi baik dalam mengupayakan kestabilan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam waktu jangka panjang. 

Dari berbagai anak usaha yang berinduk pada PGN, kita dapat pula memetik pelajaran dari salah satu anak usaha yakni PGN Saka. PT. Saka Energi yang dikenal sebagai PGN Saka dan memiliki slogan 'power to discover', bergeliat di sektor hulu. Peranannya adalah mencari gas untuk dipasok ke PGN. Dalam pencarian gas di wilayah Indonesia, dilakukan dimana belum adanya infrastruktur PGN. Nantinya infrastruktur PGN dapat dibangun apabila sudah mendapatkannya. Jadi PGN Saka tak sekadar mencari keuntungan seperti korporasi migas lainnya.  

Jobi Triananda Hasjim (kanan) di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018 (Foto:Prattemm)
Jobi Triananda Hasjim (kanan) di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018 (Foto:Prattemm)
Energi Baik dari PGN akan mendukung penuh penyelenggaraan Asian Games XVIII 2018 di Jakarta dan Palembang. Tak hanya dengan menjadi sponsor resmi, namun PGN terlibat aktif dalam penyediaan infrastruktur masa persiapan maupun dalam setiap pertandingan. Pawai Obor AG 2018 yang telah dimulai dari Yogyakarta pada 17 Juli 2018 lalu, akan melintasi 53 kabupaten/kota di 18 Propinsi. Ketika pawai melintasi Jambi dan Jakarta, atlet lari dan balap sepeda binaan PGN akan diikutsertakan dalam tim pembawa obor tersebut.

Sementara saat acara pembukaan AG 2018, PGN akan menyediakan satu unit perangkat CNG (compressed natural gas). Ini untuk memenuhi kebutuhan gas bumi bagi kauldron di dalam dan luar stadion. Satu unit food truck, turut pula disiapkan di arena seremoni. Lalu untuk feeder bagi para pengunjung dari area parkir ke arena Gelora Bung Karno, PGN akan menyiagakan kendaraan bajaj gas berwarna biru. 

"Motto "Energy of Asia"  yang diusung dalam Asian Games 2018, selaras dengan tekad PGN untuk menjadi perusahaan Energi Ter-Baik," ujar Jobi, saat berada di booth PGN Saka dalam IPA Convex 2018. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun