Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Besar Tapi Kredibel Dalam Menggerakkan Energi Baik

22 Juli 2018   19:59 Diperbarui: 12 Agustus 2018   23:06 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadhilah Khairuna (Foto: Istimewa YDBA)

Pembelajaran yang membuat Bu Kus semakin pintar, karena pengalaman tak mengenakkan hati kelakuan pelanggan. Salah satunya pelanggan yang meminta menu luks nomor satu, namun akhirnya tak ada keinginan melunasinya dengan berbagai alasan. Bu Kus hanya mengambil pelajaran, untuk menerapkan aturan baru yakni pemesan harus sudah melunasi pembayaran order tepat H-2. 

Kini tantangan besar berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal yang menjadi tempat usahanya. Usaha Bu Kus sudah dianggap besar dan mengganggu lingkungan perumahan. Namun Bu Kus mengambil sisi positip, untuk siap melirik dan berancang membangun usaha skala pabrik. 

Bu Kus pun bersama sesama pelaku UKM, membentuk Koperasi Cabe Rawit sebagai wadah pengayom kebersaman. Dari kegiatan simpan pinjam, kini melebar sebagai produsen dan pemasok produk ready to eat bagi Indomaret, TransMart dan berbagai toko oleh-oleh di Denpasar Bali dan NTB.

Katering Bu Kus dan Koperasi Cabe Rawit, telah menjadi sarana PKL dan studi banding dari berbagai institusi pendidikan di NTB. Kesibukan Bu Kus semakin bertambah, dengan didapuk sebagai instruktur pelatihan kuliner dan kewirausahaan oleh berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah. 

Nadhilah Khairuna (Foto: Istimewa YDBA)
Nadhilah Khairuna (Foto: Istimewa YDBA)
"Saya secara profesional di-hire oleh pemilik usaha sebagai pembuat perubahan," ungkap Nadhilah Khairuna, seorang profesional muda yang turut menjadi salah satu narasumber Seminar Hari Kartini.

Awalnya Nadhilah yang saat itu baru berusia 23 tahun, diberikan tantangan oleh sang pemilik usaha (owner) untuk bekerja sebagai seorang problem solver. Meskipun secara omzet usaha lumayan, namun sistem manajemen usaha banyak mengalami ketimpangan. Industri manufaktur skala UKM berlokasi di Tangerang ini, memiliki tak kurang dari 560 karyawan yang mayoritas lelaki. 

"Saya merasa dicemplungin ke samudera, tapi harus dapat berenang sendiri," ujar Nadhilah saat mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan bimbingan langsung dari sang owner, seusai me-review kondisi awal perusahaan secara menyeluruh. Sang owner malah mengharuskan Nadhilah dapat belajar mandiri, karena memiliki pendidikan yang relatif tinggi darinya. Sang owner yang telah berkali-berkali ingin menutup usahanya. Tercatat 12 orang sebelumnya telah gagal menciptakan sistem kerja baru dan rata-rata hanya bertahan kurang dari tiga hingga enam bulan saja. 

Sebagai orang baru di perusahaan, Nadhilah berusaha beradaptasi langsung terjun ke lapangan (genba). Bertindak sebagai seorang pemimpin (leader) yang menjadi penengah tanpa menghakimi, serta yang dapat memberikan solusi. Suara tim selalu didengar dengan baik, dan akan berusaha memecahkan berbagai masalah dalam kebersamaan. Prosedur kerja dibuat sesuai kemampuan dan pola pikir karyawan, yang banyak diantaranya tak memiliki pendidikan tinggi dan memadai. Pertemuan rutin (meeting) yang melibatkan keaktifan karyawan, agar mereka dapat lebih banyak berkontribusi.

Tim khusus improvement yang dibentuk dalam perusahaan, mampu mengubah mindset kerja dan diharapkan dapat menjaga kestabilan berkelanjutan operasional. Sistem kerja profesional untuk menghargai kesempatan prestasi yang sama bagi setiap karyawan. Bersih-bersih SDM yang telah lama bercokol dan menganggap dirinya sebagai superman, budaya kerja berhasil diubah menjadi superteam. Karakter keras budaya kerja dalam bidang manufaktur, berhasil ditransformasikan menjadi pola kerja yang dimusyawarahkan secara kekeluargaan. 

Baru sejak Mei 2017, jabatan direktur operasional diemban oleh Nadhilah. Perubahan sistem kerja ini berhasil menarik kepercayaan dari 34 pelanggan (customer), dimana pada awalnya perusahaan hanya memiliki 13 pelanggan. Rata-rata pelanggan berasal dari industri besar Jepang, Korea, Tiongkok, dan Grup Astra. 

"Banyak orang muda mendapatkan kesempatan peluang berkontribusi. Indonesia memiliki industri serta orang lokal dapat berjaya di negeri sendiri," ungkap Nadhilah, mengenai harapan kedepannya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun