"MRT akan menjadi media untuk membentuk kebiasaan dan budaya baru," terang Anies, yang percaya bahwa MRT bukan sekedar alat transportasi.
Nantinya 173 ribu penumpang per harinya, akan belajar disiplin budaya antre, menjaga kebersihan, dan dapat tepat waktu (on time). Tak hanya itu, MRT diharapkan akan menjadi media interaksi warga Jakarta tanpa membedakan strata kehidupan. Ini akan membentuk rasa kesatuan antar warga Jakarta.
Tiara yang merupakan alumni Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun ini, akan menjadi salah satu dari 5 masinis wanita yang akan mengendalikan perjalanan MRT. Gadis berusia 21 tahun asal Bekasi ini, keinginan menjadi masinis ini atas kemauannya sendiri dan didukung penuh oleh kedua orang tuanya.Â
Masinis wanita lainnya bernama Nidya Larasyuniati yang masih berusia 22 tahun. Gadis yang akrab dipanggil Laras ini, merupakan alumnus Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Jakarta. Bagi dirinya tantangan menjadi masinis ini, akan menunjukkan jati dirinya bahwa wanita pun dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan kaum laki-laki.
"Mereka telah berpengalaman dalam mengoperasikan kereta Metro di Arab Saudi dalam musim haji," ungkap Agung Wicaksono (Direktur Operasi & Pemeliharaan MRT Jakarta), ketika ditanya mengapa program pelatihan dilakukan di Malaysia.Â
Lalu Agus menerangkan bahwa untuk instruktur bagi para masinis MRT akan berasal dari masinis senior yang telah pensiun dari PT KAI (Persero).Â
Sementara kedatangan 14 kereta MRT lainnya akan dimulai bulan Juli hingga November 2018 ini. Proses pengintegrasian sistem yang ada (power, tracking, signal, construction) akan dinulai pada bulan Agustus. Nantinya akan dimulai trial run pada bulan Desember. Diharapkan bulan Maret 2019, MRT Jakarta fase pertama akan dapat beroperasional penuh.
Untuk pembangunan fase kedua MRT Jakarta akan dimulai pada bulan Desember 2018. Groundbreaking akan dimulai di Stasiun Monas, sementara depo akan berlokasi di Kampung Bandan.Â
Senentara harga tiket masih dalam tahap kajian. Bulan April ini akan diajukan ke pemerintah, dan akan menyerahkan sepenuhnya berapa subsidi yang akan diberikan.Â
"Nantinya tarif komersial (perkiraan Rp. 18.000,-) tanpa subsidi akan diberlakukan," terang William Sabandar. Â