Dalam perhelatan otomotif GIIAS 2017 lalu, sangat beruntung untuk hadir dalam kegiatan pameran pada hari pertama. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang membuka pameran kemudian berkeliling arena pameran ke setiap hall. Ada yang menarik ketika Airlangga sempat mengunjungi booth YDBA, yang sempat melihat secara dekat produk hasil industri kecil menengah (IKM) yang berbasis logam untuk kebutuhan industri otomotif.
Oh ternyata, komponen mobil yang dibuat oleh industri otomotif dalam Grup Astra, telah dapat dipenuhi oleh IKM yang telah sesuai dengan standar prinsipal Jepang. Produksi komponen melibatkan 1st tier supplier hingga 2nd tier supplier. Airlangga bahkan sangat terkesan dengan sebuah prototype teknologi parkir pintar hasil desain sebuah himpunan bengkel binaan YDBA, dan tertarik untuk dapat mengaplikasikannya kelak di kantor Kementerian Perindustrian.
Dari pengalaman ketika berdomisili di kota Surabaya di tahun 2004 hingga 2016, terkadang miris ketika melihat masyarakat sangat gandrung dengan berbagai macam bekas impor yang memiliki merek mendunia. Masyarakat cenderung untuk semangat membeli pakaian impor bekas yang sangat diragukan dalam kacamata kesehatan, dibandingkan membeli produk pakaian buatan industri lokal.
Sementara itu di era 1940-an, kualitas barang konsumsi yang diproduksi oleh industri Jepang masih terbilang tak terlalu bagus. Namun masyarakat Jepang tetap memiliki kebanggaan produk dalam negeri, dengan membeli produk sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Maka tak heran produk Jepang dapat terserap dengan baik di dalam negeri, yang dapat terus menjaga perputaran ekonomi domestik dengan stabil.
"Cintailah produk Indonesia dengan memilikinya," ujar Haris Munandar (Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian RI) saat pada kesempatan sebagai narasumber pertama.
Haris Munandar menyatakan bahwa dengan membeli produk dalam negeri, ada penyerapan angkatan kerja pada seluruh sektor industri  mulai dari sektor kecil, menengah hingga besar. Dari keseluruhan angkatan kerja yang berjumlah 118 juta orang, tercatat ada 16,57 juta orang angkatan kerja yang terserap dalam sektor industri. Kemudian ini akan memberikan pendapatan pajak bagi negara dan meningkatkan pertumbuhan PDB.Â
Hal ini dapat terlihat misalnya pada sektor tekstil dan alas kaki, dimana 30% produk dari merek ternama di dunia telah dipasok dari produksi Indonesia.Â
Akhyari Hananto menyatakan bahwa tak hanya ada perputaran uang di dalam negeri, namun juga ada pengembangan R&D yang akhirnya menuntut perubahan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan tenaga trampil bagi industri tak pelak akan dibutuhkan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah kejuruan dan perguruan tinggi. Sementara bahan baku domestik yang melimpah dapat terserap dengan baik.
Akhyari Hananto kemudian menyebut produk-produk Indonesia yang telah dikenal dan diakui oleh dunia internasional. Teknologi alat pemadam kebakaran Hartindo berbasis baku kulit ketela, ternyata ditemukan dan diproduksi oleh arek Rungkut Surabaya Jawa Timur.