Matematika dan Fisika merupakan mata pelajaran yang sangat bikin "galau to the max" bagi sebagian para pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah yang termasuk golongan pelajar "goblok to the max" ( baca: bodoh banget). Matematika dan Fisika yang diajarkan di Kelas 7 hingga Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP), menjadi pelajaran yang tak gampang, tak asyik dan tak menyenangkan. Bahkan menjadi horor dan momok menakutkan bagi sebagian besar pelajar.
Namun tidak bagi pelajar terbaik di sekolahnya seperti Wahyu Dian Nugroho (pelajar Kelas 7 Â SMP Negeri 2 Gedangsari Kabupaten Gunungkidul), Azis Adi Pratama (pelajar Kelas 7 SMP Negeri 4 Pandak Kabupaten Bantul), Mohammad Fahri Sugandhi (pelajar Kelas 7 SMP Negeri 4 Leuwiliang Kabupaten Bogor), Adhit Pramudita (pelajar kelas 7 SMP Negeri 2 Donorojo Kabupaten Pacitan), Sri Wulandari (pelajar kelas 7 SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan), serta beberapa pelajar lainnya.
Mereka yang baru duduk di kelas 7 serta mendapatkan kesempatan menjajal materi matematika dan fisika hingga kelas 9, ternyata sangat kewalahan. Azis nilai pre-test 17,4, Wahyu nilainya 27,6, Fahri nilainya 36,1, Adhit nilainya 22 dan Sri nilainya 40. Lalu apa yang akan terjadi?
Ketika berbincang dengan mereka (Azis, Fahri, Wahyu) awalnya sangat menutup diri. Bahkan sekedar ingin menjepret mereka dari kamera ponsel, semuanya pada berusaha menghindar diri. Mereka intinya sangat sulit mengerti kedua mata pelajaran tersebut. Azis sendiri akhirnya mau sedikit terbuka, setelah keceplosan berbicara sepakbola. Ternyata Azis terobsesi dengan klub sepakbola Persib Bandung & Febri Haryadi serta CR7 & Real Madrid.
Namun kini hanya dalam waktu tak sampai 1,5 bulan saja, telah terjadi peningkatan ber-matematika dan ber-fisika mereka. Mereka telah dapat mengerti materi matematika dan fisika hingga kelas 9, bahkan mengerti konsep dasar materi untuk mengikuti Olimpiade Sains. Wow. Kok bisa jadi Gampang, Asik dan Menyenangkan gitu ya?
Gara-gara Gasing, mereka beserta rekan siswa dan guru-guru lainnya dapat dengan mudah mencerna mata pelajaran eksakta yang dapat mengantarkan diri menjadi seorang ilmuwan. Gampang Asik Menyenangkan (Gasing) merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh pendiri Yayasan Surya Institute Profesor Yohanes Surya PhD sejak tahun 2010.
Sementara batch pertama bulan Mei 2017 lalu, diselenggarakan untuk tingkat sekolah dasar (SD) khusus mata pelajaran matematika. 18 guru dan siswa SD pendampingnya, dimana siswa terpilih yang dikategorikan "bodoh to the max" (paling terbodoh). Guru yang terpilih merupakan terbaik dengan kategori tersebut dimaksudkan dapat mengentaskan kebodohan siswa yang nilainya paling rendah.
Aguslina mengatakan Gasing pertama kali diujicoba Prof Yohanes pada 5 anak-anak Papua yang paling bodoh. Hasilnya memang sangat luar biasa setelah dilatih selama enam bulan dengan materi 6 tahun pendidikan SD. Satu anak mendapatkan nilai 100, tiga anak bernilai 95, satu anak bernilai 92, saat mengikuti ujian nasional (UN). Menurut Prof Yohanes, anak-anak itu tak ada yang tak mampu namun tak pernah mendapatkan kesempatan. Aguslina pun mengakui jelas ada perbedaan Gasing dengan metode seperti sempoa, sakamoto, kumon, calistung. Hal ini didasari pengalaman berbagai metode les yang telah diikuti oleh anaknya.
Para pelajar dan guru dari beberapa sekolah binaan PT Astra International Tbk di daerah prasejahtera, mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dalam Pendidikan & Pelatihan Matematika dan Fisika Metode Gasing pada 11 September hingga 1 Nopember 2017 di Amaris TangCity Kabupaten Tangerang. Sekolah binaan Astra yang berada naungan  Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Ruslim (YPA-MDR) ini, merupakan sekolah yang banyak berlokasi dalam daerah prasejahtera (3T- terluar, terdepan, tertinggal) di berbagai wilayah tanah air.
YPA-MDR menggandeng Surya Institute dalam mempersiapkan guru dan siswa sekolah binaan Astra untuk dapat berpentas dalam Olimpiade Sains tingkat Nasional dan International. Guru terbaik yang terpilih mengikuti diklat program gasing ini, dibebaskan dari tugas pengajaran dengan izin cuti dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten setempat.
Herawati mengatakan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Astra bidang pendidikan yang dinaungi YPA-MDR sejak 2006, telah mengucurkan donasi lebih dari 200 milyar rupiah. Namun ini diberikan dalam bentuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, serta melalui empat pilar pembinaan yaitu pembinaan akademis, pendidikan karakter, kecakapan hidup dan seni budaya untuk menjadi Sekolah Swapraja yang menuju Sekolah Unggul.