"Last but not Least. Matematika Tuhan tak pernah salah," ujar Dea Valencia Budiarto dalam akun Instagram pribadinya, ketika menerima sebuah apresiasi. Wirausahawan muda asal Semarang ini, membuktikan bahwa hitungan matematika dalam akal pikiran manusia tak sama dengan Sang Maha Pencipta. Seni berbagi yang telah ditanamkan sang ibundanya Ariyani Utoyo sejak kecil, mampu dipraktikkan secara berkesinambungan dalam menjalankan roda usaha Batik Kultur.
Keunikan usaha fesyen batik ini adalah begitu banyaknya warga disabilitas yang dipercaya sebagai operator produksi. Dea Valencia yang merupakan sarjana Sistem Informasi Universitas Multimedia Nusantara, merekrut mereka yang telah dianggap sebagai sampah terbuang oleh sebagian besar anggapan masyarakat.
"Masih banyak stigma negatif di masyarakat yang melihat warga disabilitas dari kekurangannya. Kita kesulitan untuk melihat kelebihan mereka," lanjut gadis berusia 23 tahun ini, dalam akun Instagram-nya.
Permintaan tinggi akan produk Batik Kultur yang tersimpan makna mendalam dari kegiatan produksinya, juga ditopang dengan kecerdikan Dea Valencia memanfaatlan media sosial Instagram dan Facebook sebagai media komunikasi pemasaraannya.
Danamon Entrepreneur Award yang telah berjalan selama sepuluh tahun ini, kini akan menambahkan kategori penghargaan dalam DEA 2017. Ketiga kategori itu adalah Small & Medium Enterprise (SME) Entrepreneur (Pengusaha Usaha Kecil Menengah), Social Entrepreneur (Pengusaha yang fokus kepada pemberdayaan masyarakat sekitar), dan Fintech Entrepreneur (Pengusaha di bidang teknologi keuangan).
Masa pendaftaran nominasi yang telah dibuka sejak 22 September, akan berakhir pada 15 Oktober 2017. Masih ada dua hari lagi lho, Yuk segera nominasikan Danamon Entrepreneur Award 2017 dan Saatnya Pegang Kendali!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H