Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pegang Kendali Membatik, Jaga Warisan Bangsa untuk Dikenal Dunia

15 April 2017   13:01 Diperbarui: 15 April 2017   22:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses mencanting / menggambar batik (Foto:prattemm)

Awalnya suami dari Nelty Fariza Kusmilianti yang bekerja di salah satu Kedutaan Besar negara asing, sering mendapatkan tugas untuk mencari souvenir / cinderamata kerajinan tradisional Indonesia. Maka Nelty kadangkala harus turut mencarikannya di Pasaraya. Seiring waktu akhirnya terpikirkan kenapa mereka tak memproduksinya sendiri. Itulah dimulainya usaha pada tahun 2004 yang turut disertai keinginan melestarikan warisan budaya bangsa, khususnya untuk batik. Momentum tersebut yang membuat Nelty dan suami #SaatnyaPegangKendali melestarikan batik, dengan spesialisasi mengangkat corak / motif batik Banten. 

Begitulah pengakuan Nelty Fariza dalam diskusi interaktif bersama Ketapels (Kompasianer Tangerang Selatan Plus) yang didukung penuh oleh Bank Danamon - Kompasiana, yang diselenggarakan di Sanggar Batik Sekar Purnama Pondok Aren Tangerang Selatan pada .. Maret 2017 lalu. Seiring perubahan status wilayah Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi Kota yang terpisah dari Kabupaten Tangerang, maka motif batik Tangsel. Apresiasi yang baik terutama para ekspatriat, semakin melecut Nelty untuk mengangkat segala potensi motif batik Tangsel. Pengalaman menarik saat Nelty berhasil lolos kurasi untuk mengikuti pameran batik di Tokyo Jepang, dimana saat itu berangkat bersama pengrajin batik terkenal yang telah berpengalaman. Dengan kenekatan modal pinjaman perbankan sebesar seratus juta rupiah, Nelty mampu mencuri perhatian pemerhati batik di Jepang. Kuncinya adalah mampu membuat batik yang sesuai habit dan kultur budaya Jepang. Nelty merasa bahwa batik itu 'roh' nya ada di Indonesia, maka ketika harus berpameran ke Tiongkok tak merasa kuatir akan penerimaan pasar setempat. Selain beberapa negara di Asia, maka  Australia dan Eropa khususnya Bremen Jerman pun telah dirambah produk batik etnik Tangsel. 

Nelty pun sangat berterimakasih atas dukungan penuh pemerintah daerah melalui dinas terkait. Selain itu harapan lainnya adalah kemudahan modal perbankan untuk ekspansi usaha. Terutama modal untuk belanja bahan baku yang selalu mengalami kenaikan cepat. Nelty percaya bahwa dengan kualitas dan komitmen, maka justru uang yang akan mencari dirinya. Dahulunya batik dipakai saat acara berbau sakral seperti kematian, khitanan, pernikahan. Busana batik kini dapat dipakai kapanpun dalam berbagai even, baik sebagai busana kasual maupun busana resmi acara nasional. Motif batik itu akan menyesuaikan keinginan pasar. Gambar dari batik merupakan hasil inspirasi ekspresi jiwa sang desainer. Dalam diam sambil duduk berimajinasi, motorik yang berjalan merupakan filosofi dalam membuat batik. Motif Batik Kontemporer dibuat menyesuaikan dengan kultur budaya masa kini. Dalam membuat batik harus berpola dan kini ada jenis batik sintetis dan pewarna alam (seperti kulit manggis). Motif batik etnik Tangsel antara lain situgintung, anggrek, ondel-ondel, debus, blandongan,  lereng jawara. Corak batik semakin beraneka ragam dengan adanya batik print sablon.  Menurut Nelty dikatakan bahwa produk Tiongkok yang membanjiri pasar tanah air itu merupakan tekstil bermotif batik. Sementara batik itu merupakan hasil tangan dan ekspresi jiwa sang pembuat.  

Lifestyle Blogger Leoni Julian turut berbagi pengalaman trend busana batik masa kini terutama di kalangan anak muda. Aktivitas blogger dimulai saat mengikuti Jakarta Fashion Week (JFW) dan mampu menjadi kampiun di salah satu kategori. Kemudian Leoni secara rutin mengikuti Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week setiap tahunnya. Menurutnya batik klasik Indonesia masih melekat pada diri beberapa desainer seperti Obin, Anne Avantie dan Iwan Tirta. Karakter batik harus disesuaikan dengan diri kita sendiri, belum tentu cocok dikenakan pada setiap orang. Kemudian memberikan contoh seperti Lenny Agustin yang membuat desain batik sarung Indonesia menjadi origami. Jenis kain akan berpengaruh pada penyesuaian kapan penggunaan di setiap event. Warna ceria sangat klop dengan kebutuhan anak muda, dan ini dapat terlihat pada corak batik daerah Garut Jawa Barat. Batik yang simpel sesuai psikologi anak muda masa kini, akan relatif mudah untuk diterima. Padu padan busana batik yang fashionable menurut Leoni adalah untuk wanita muda jika bawahannya batik, maka sebaiknya bagian atas itu bahan polos saja. 

Nelty Fariza (tengah) berdiskusi bersama tIm Bank Danamon (Foto:prattemm)
Nelty Fariza (tengah) berdiskusi bersama tIm Bank Danamon (Foto:prattemm)
SME (small medium enterprise) atau yang dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM) , dalam pengembangan usahanya akan selalu terbentur pada masalah permodalan. Fasilitas Pinjaman perbankan khusus kegiatan produktif dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha oleh pelaku UKM. Segmentasi pinjaman tercakup untuk usaha mikro, usaha kecil menengah hingga besar. Produk perbankan untuk kebutuhan UKM dari SME Bank Danamon, dapat terpenuhi melalui KRK (Kredit Rekening Koran), KB (Kredit Berjangka), KAB (Kredit Angsuran Berjangka). Ketiga produk tersebut memiliki karakteristik sesuai kebutuhan ekspansi usaha, yang sangat tidak memberatkan pelaku UKM. Dalam mendisiplinkan pencatatan pembukuan yang baik dan tertib, sebaiknya dalam setiap transaksi usaha untuk menghindari menggunakan pembayaran tunai dengan rekanan. Dengan transaksi via perbankan secara rutin maka akan ada jejak rekam transaksi usaha yang dapat dipantau dan dijadikan referensi oleh bank.

Setelah berdiskusi interaktif mengenai pengenalan batik etnik Tangsel, penggunaan batik di masa kini serta bagaimana UKM dapat mengakses permodalan perbankan, maka acara dilanjutkan dengan #KetapelsMembatik. Ketapels dan perwakilan Bank Danamon yang hadir mendapatkan kesempatan belajar membuat batik dengan peralatan klasik yaitu canting. Meskipun saat ini dalam perkembangan masa kini telah ada pula yang menggunakan listrik.  

Proses mencanting / menggambar batik (Foto:prattemm)
Proses mencanting / menggambar batik (Foto:prattemm)
Proses mewarnai motif batik (Foto:prattemm)
Proses mewarnai motif batik (Foto:prattemm)
Batik yang telah dicelupkan dari pewarnaan kain (Foto:prattemm)
Batik yang telah dicelupkan dari pewarnaan kain (Foto:prattemm)
Motif blandongan digunakan sebagai bahan gambar batik, yang gambar dasarnya telah dipersiaplan untuk memudahkan para pemula yang akan belajar. Para hadirin kemudian melanjutkan kreasi gambarnya sesuai imajinasi hatinya masing-masing. Setelah proses menggamabr selesai, dilanjutkan proses pewarnaan motif batik seperti melakukan kegiatan melukis. Setelah kedua proses tersebut selesai, maka kain batik yang telah dipenuhi gambar motif dicelupkan pada ember yang telah berisi cairan pewarna yang dikehendaki. Cairan yang panas ini merupakan berasal dari bahan baku pewarna alami seperti dari kulit buah manggis. Lalu kain yang telah diangkat dari ember pewarna, langsung dijemur untuk proses pengeringan.

Begitu rumit dan kompleksnya pembuatan batik yang alami, maka tak usah heran jika memang relatif mahal harga yang harus dibayar untuk memproduksinya. Mulai dari waktu, tingkat kesabaran serta mengolah bahan baku produksi.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun