Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dengan Standardisasi Pasar Rakyat, Sudah Seharusnya Kita Rayakan Hari Pasar Nasional

3 Februari 2017   11:53 Diperbarui: 14 Februari 2017   17:38 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pusat perbelanjaan modern seperti mal di Balikpapan dapat berjalan seiring tanpa membunuh pasar tradisional. Selain kebijakan pembatasan mal yang harus berada di pusat kota, namun juga mal yang dibangun diwajibkan untuk membangun / menjaga pasar tradisional di lantai dasar. Kombinasi ini diharapkan tak kan menggusur pasar tradisional di perkotaan. Diakui seharusnya pasar dikelola oleh dinas pasar yang telah ada, namun fungsi kelembagaan pasar terpusat ke Kementerian Perdagangan maka saat ini pasar dikelola dalam salah satu naungan Dinas Perdagangan.

Pemkot Balikpapan turut menjamin kehadiran pasar tradisional di setiap kecamatan, dalam menyangga kebutuhan pokok masyarakat. Ini sejalan dengan filosofi Danamon Peduli akan terbentuknya pasar yang sejahtera, sehat, hijau dan terawat. Salah satu pasar di kota Balikpapan yang unik adalah Pasar Buton, dimana para pengunjung tak dapat menawar harga. Para pedagang menawarkan komoditas buah & sayur mayur organik, yang menetapkan harga pas tanpa bisa ditawar. Namun para pedagang tak marah dan tak tersinggung ketika pengunjung menawar harga.

Menanggapi pertanyaan peserta diskusi, Rizal Effendi berharap kemahalan harga komoditas pangan tidak terjadi terus menerus  seiring adanya tol laut. Selama ini kebutuhan bahan pangan warga Balikpapan masih didatangkan dari Surabaya Jawa Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Maka warga kota dihimbau memanfaatkan lahan kosong sebagai lahan produktif untuk berkebun & bertani, agar kota tidak mengandalkan lagi hasil batubara & minyak lagi. 

Menurut Restu Pratiwi dikatakan bahwa pasar rakyat itu merupakan tempat mata rantai perekonomian. Jika pasar hilang akibat terbakar maupun terkena bencana lainnya, maka tak hanya pedagang namun para pemasok seperti petani, peternak, nelayan tak dapat memasarkan produknya.

Pengalaman pribadinya berkunjung ke pasar dilakukan rutin dengan bersepeda. Tak pernah menawar harga karena merasa sudah merasa mendapatkan harga terbaik. Jika kita ke mal membesarkan yang sudah besar, maka saat kita ke pasar rakyat turut menjaga & membesarkan pasar.

Ketika berkunjung ke salah satu pasar di pedalaman Kalimantan tiga tahun lalu, saat itulah terakhir melihat kunang-kunang. Fungsi pasar sebagai tempat ngopi masih berlaku mulai Aceh hingga Papua hingga saat ini.  Pasar Santa Jakarta telah menjadi acuan bagi ruang publik yang bukan sekedar jual beli, namun juga tempat nongkrong komunitas, etalase industri kreatif anak muda & destinasi wisata.

Pasar ekstrim yang mengundang penasaran wisatawan seperti di Pasar Tomohon, tak kalah menarik dibandingkan pasar ekstrim yang berada Tiongkok, Taiwan, Kamboja dan Vietnam. Saat ini hanyalah Pasar di Jogja & Bali  yang telah siap sebagai destinasi wisata. Nantinya semua pasar akan berstandar sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Dok,Pribadi
Dok,Pribadi
Sementara pengalaman bisnis Bank Danamon berinteraksi dengan pasar melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP), telah menjadi inspirasi Danamon Peduli akan isu strategis namun jarang tersentuh untuk diberdayakan agar tak menghilang menjadi kenangan. Danamon Peduli sangat memberikan perhatian akan keberlangsungan pasar rakyat agar tak punah ditelan jaman, diantaranya mengusulkan ke pemerintah agar ditetapkan pelaksanaan Hari Pasar Rakyat Nasional. Ini pun sejalan dengan Nawacita Presiden Joko Widodo yang memiliki program pengembangan 5.000 pasar rakyat di seluruh nusantara. Selain itu kedepannya Pasar Rakyat akan memiliki sertifikasi SNI (Standardisasi Nasional Indonesia). Hari Pasar Rakyat Nasional diharapkan menandai semangat baru peradaban pasar agar tak hilang di bumi Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun