Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sudah Seharusnya Kuliner Indonesia Mendunia

4 September 2016   19:16 Diperbarui: 4 September 2016   19:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka ragam kuliner nusantara yang unik, beberapa diantaranya telah diakui kelezatannya oleh dunia seperti sate, bakso, nasi goreng dan Rendang (asal Sumatra Barat). Jika sate, bakso, nasi goreng tetap melekat dalam ingatan Barack Obama, maka rendang telah ditahbiskan menjadi kuliner terlezat di dunia tahun 2006. Bahkan beberapa brand pangan/kuliner Indonesia telah menjelajah berbagai negara seperti mi instan Indomie, Es Teler 77, Kebab Turki Baba Rafi, J.CO, SilverQueen. 

Namun kenyataannya brand global maupun negara tetangga justru yang mampu memanfaatkan kepopuleran kuliner Indonesia yang telah mendunia. Kita akan menemukan di internet resep daging rendang rasa Malaysia. Starbuck's pun salah satu produknya adalah JavaChip, sementara Rendang Beef Burger telah menjadi salah satu menu resto siap saji terkenal. 

Kenyataan lainnya masih banyak kuliner Indonesia yang tak sekedar lezat, namun juga sangat unik karena hanya dapat dinikmati dalam jumlah terbatas dan dalam waktu tertentu saja.  Namun diperlukan upaya khusus dalam mengenalkannya pada dunia. Begitulah kira-kira perbincangan menarik Talkshow Dunia Kuliner bertemakan "Petualangan Kuliner Indonesia & Kuliner Indonesia di Mata Dunia" beberapa waktu lalu, yang berlangsung di Mall Basura City Jakarta Timur. Ada 15 anggota KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) diterjunkan untuk hadir, dimana nantinya akan melakukan icip-icip 7 jenis kuliner nusantara unik.

Lidia Tanod dan Harry Nazaruddin sang duet Penulis seri buku kuliner membagikan cerita menarik beberapa kuliner unik Indonesia yang belum begitu familiar di mata publik. Ada jamur di daerah Bangka yang hidup di pohon Pelawan, namun ternyata memiliki nilai ekonomis yang dapat menguras kocek. Lho kok bisa? Dikenal sebagai menu favorit orang Bangka, Jamur Kulat Pelawan dimasak sebagai 'lepah kulat pelawan' /gulai bersantan dan dihargai  1,5 juta hingga 2 juta rupiah per kilogram. Hanya dua kali panen setahun , hanya tumbuh alami (tak dapat diproduksi secara perkebunan) saat tertentu pada musim hujan dengan disertai intensitas petir. Di Jakarta dapat dinikmati di daerah Greenville Jakarta Barat.

Kemudian adà latoh (rumput laut) yang dikenal di kota Lasem (Jawa Tengah) dan bulung yang dikenal di Bali. Latoh tumbuh di laut dan hanya ada pada musim mangga. Di belahan dunia lain ternyata ada di wilayah Okinawa Jepang. Jika di Jepang langsung disantap, maka di Indonesia dimasak sebagai makanan berkuah.

"Haute cuisine" hanya disebut pada masakan Prancis pada era 1980-an, namun sejak tahun 1990-an Spanyol mampu merevolusi dunia Kuliner melalui gastromi molekuler. Chef Spanyol seperti Ferran Adria dan Joan Roca telah berhasil memperkenalkan kuliner internasional dengan sistem waiting-list. 

Dijelaskan bahwa pendekatan ala William Wongso itu , melakukan improvisasi pada bahannya. Misalnya Rendang yang menggunakan daging wagyu, mengangkat naniura pada kuliner Batak.

Ada toko kue tradisional di Makasar yang mengubah bentuk kue menjadi kecil-kecil agar dapat menjadi teman ngopi yang mantap. Ini dikemas dalam bentuk modern tanpa mengubah rasa. Konsep seperti ini yang harus dilakukan oleh pebisnis kuliner Indonesia jika ingin dapat dilirik oleh pasar global. Konsekuensi ini harus dihadapi ketika makanan yang enak buat kita, belum tentu enak buat dunia. 

Menurut Ira Lathief (Pemilik bisnis kuliner) masih diperlukan upaya khusus dalam mengenalkan kuliner Indonesia pada dunia. Pengalaman sebagai Tour Guide menunjukkan rata-rata wisatawan asing yang datang ke Indonesia, justru lebih mengenal kuliner Thailand dan Vietnam. Untuk lebih mengenalkan kuliner unik nusantara pada turis mancanegara dan warga Jakarta sendiri, maka dilakukan jelajah Kuliner secara berkala di berbagai kawasan di Jakarta. Ada tiga strategi dalam promosikan kuliner Indonesia untuk mendunia, yaitu iconic food, good story serta good packaging & promotion. 

Usai talkshow saatnya icip-icip kuliner yang dilakukan di dua tempat berbeda. Di tempat pertama diberi kesempatan merasakan kue lampet (Tapanuli), kue timpan (Aceh), es Pallubutung (Makassar), sayur Babanci (Betawi).

Es Pallubutung (kiri), kue timpan (tengah atas), kue lampet (tengah bawah), sayur babanci (kanan) (Foto:dokpri@prattemm)
Es Pallubutung (kiri), kue timpan (tengah atas), kue lampet (tengah bawah), sayur babanci (kanan) (Foto:dokpri@prattemm)
Kue lampet (baca: kue lappet) yang juga sering ditulis lapet, merupakan cemilan tradisional khas Batak dari daerah Tapanuli. Lapet yang terkenal berasal dari Kecamatan Siborong-Borong (antara Tarutung & Boliga). Biasanya tersaji dalam upacara adat perkawinan, arisan hingga main gaplek di sawah. Ada dua jenis yaitu Lapet Beras dan Lapet Ketan, dengan bungkusan daun pisang berbentuk menyerupai limas. Kami kebetulan menyantap yang terbuat dari tepung beras, gula aren dan kelapa parut.

Kue timpan yang manis lezat terbuat dari tepung Ketan berisi srikaya dan telur. Banyak ditemui saat jamuan pesta adat pernikahan maupun khitanan masyarakat Aceh, serta saat hari-hari besar Islam. Tidak semua restoran Aceh menyajikan kue timpan. Salah satu rumah makan Aceh di Pasar Baru dapat menyajikannya berdasar pesanan.

Es Pallubutung memiliki kemiripan dengan es Pisang Ijo, yang sama-sama minuman pencuci mulut favorit masyarakat Bugis. Namun Pallubutung tidak dilapisi balutan adonan hijau, juga sangat nikmat dalam keadaan panas maupun dingin (es). Pisang kukus yang telah dipotong dengan sirup warna merah, susu, santandan es batu, menjadi kesegaran yang mantap. 

Sayur Babanci merupakan kuliner ikonik Betawi yang mulai langka, karena sulitnya menemukan 17 Jenis bahan rempah di Jakarta. Dinamakan babanci karena tak jelas Jenisnya bukan sayur, soto maupun kare, serta tidak ada campuran sayuran didalamnya. Ternyata isinya hanya terdiri dari daging dan irisan kelapa muda,plus cabe dan taburan petai hijau mentah. Menu keluarga Betawi ini kini hanya dihadirkan pada hari -hari besar keagamaan. Namun kota dapat mencicipinya di salah satu rumah makan di kawasan Kota Tua Jakarta. 

Kemudian icip-icip dilakukan di tempat kedua dengan menu kue khas Kampung Tugu, teh Talua (Sumatera Barat), martabak Rendang.

Teh Talua (kiri), Martabak Rendang (kanan atas), Kue khas Kampung Tugu (kanan bawah) (Foto:dokpri@prattemm)
Teh Talua (kiri), Martabak Rendang (kanan atas), Kue khas Kampung Tugu (kanan bawah) (Foto:dokpri@prattemm)
Martabak telur mudah dijumpai di seantero Indonesia, juga umum ada di Malaysia dan Singapore. Martabak telur dipadukan racikan bumbu rendang dengan tingkat kepedasan tertentu, menghasilkan inovasi Martabak Rendang yang unik dalam kemasan beku (martabak frozen). 

Di salah satu sudut wilayah Semper Jakarta Utara terselip sebuah Kampung Portugis yang telah sangat dikenal para wisatawan yaitu bernama Kampung Tugu. Salah satu keunikannya adalah kuliner khas seperti kue Ketan Unti dan Pisang Udang, namun hanya akan dapat dinikmati pada hari perayaan tertentu saja. Ketan unti terbuat dari beras ketan putih  dengan bagian atas diberi gula merah plus parutan kelapa. Sementara pisang udang berbentuk segitiga terbuat dari tepung beras dengan parutan pepaya muda, dengan isian udang bumbu. Namun kita dapat juga menikmatinya dengan memesan katering kue khas Kampung Tugu saat kunjungan wisata.

Teh Talua telah dianggap sebagai minuman berkelas yang tersaji dalam acara adat budaya Minangkabau bagi parà petinggi dan orang kaya. Namun juga dianggap berkhasiat menambah tenaga bagi para petani yang hendak berladang. Minuman ini terdiri dari teh, telur, gula plus sedikit perasan jeruk nipis. Kebetulan saat itu talua dicampur dengan susu bubuk milo, menjadikan terasa minuman berkelas. Teh Talua merupakan salah satu menu wajib di restoran khas Padang. 

Foto: KPK
Foto: KPK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun